Tag
Banh cam si onde-onde, Banh kep, Banh Mi sandwich Viet Nam, Banh pia, caramel baby fish in clay pot, Cha Gio Fried spring roll, Goi cuon, Kuliner Da Nang
Kuliner Da Nang yang Sayang Terlewatkan
Asyiknya blusukan ke tempat baru, menikmati alam setempat. Menjajal transportasi setempat. Tentunya juga budaya setempat. Salah satu bagian budaya adalah kuliner. Sehingga incip kuliner lokal tak hanya sebatas memenuhi kebutuhan primer asupan energi.
Ini adalah bagian dari kuliner saat dolan ke Da Nang. Sayang saja bila terlewatkan. Banyak kemiripan dengan kuliner Nusantara. Tentunya dengan sentuhan budaya lokalnya.
Sarapan pagi di penginapan, biasanya dibarengi ekspose kuliner lokal. Mau coba semacam bubur dengan taburan ayam? Buryam ala Da Nang tentunya. Terasa segar dengan tambahan sayuran mentah semisal sledri hingga daunt mint.
Wah ketemu soto nih. Bukanlah… Semacam sup khas Vietnam dengan mi putih layaknya bihun plus suwiran daging ayam, sayatan daging sapi. Kuah kaldu bumbu bening ataupun kuning. Kembali denga sesori aneka sayuran segar. Lidah saya memindai macam soto atau mie kuah, hehe.
Salah satu penganan andalan adalah semacam bakpia. Namanyapun mirip B’anh Pia. Mau isi kacang hijau atau durian nan leker. Setiap keping bakpia dibungkus personal baru disusun dalam kemasan dos.
Salah satu oleh-oleh khas Viet Nam, menurut saya adalah Lotus seed. Yuup biji lotus yang gurih. Bisa pilih masih mentah atau sudah digoreng tinggal cemil. Juga ada teh bunga lotus dalam wujud celup.
Jajanan yang saya incar adalah onde-onde. Alamak onde mande, celetuk teman-teman. Jauh-jauh hanya mau incip onde-onde. Membuktikan bahwa ada kesamaan selera jajanan antar negara. Ukuran lumayan besar, ketan legit dan masih hangat eh panas keluar dari penggorengan. Namanya, ntar ngintip dulu… bánh cam.
Telusur sejarah, onde-onde berasal dari Tiongkok saat zaman dinasti Tang. Berkedudukan sebagai kue resmi daerah Changan (sekarang Xian) yang disebut ludeui. Kini meluas hingga daerah-daerah Asia timur dan tenggara. Termasuk akrab sebagai jajan pasar di Indonesia.
Tergoda mencicip pancake alias bánh kep dengan toping madu. Adonan divariasi dari semacam waffle dengan aneka aroma. Mencicip sekeping berbagi dengan teman. Utamanya mencoba aneka penganan lokal.
Ada lagi semacam putu bihun dengan taburan bawang goreng. Wah cukuplah sebagai sumber karbohidrat. Beberapa sahabat membeli bahan mentahnya hendak bereksperimen dengan putu mayang ini.
Tampilannya mirip sekali dengan lunpia semarang, berisi sayuran dengan balutan putih bening transparan, Goi Cuon. Isinya paduan antara sayuran dengan hidangan laut. Mirip ya dengan rebung plus udang. Kalau lumpia Semarang dipadu kucai, lunpia Vietnam dengan daun ketumbar.
Ada pula yang digoreng mirip risoles kita, namanya Cha Gio. Fried spring roll. Kembali si bihun putih menjadi pengisi utamanya. Dicocol dengan saos sambal gurih asam manis.
Yang ini semacam pangsit dengan topping sayuran tomat berbumbu asam manis. Paduan gurih kriuk plus asam manis mengurangi rasa eneg dari aneka santapan lain.
Asimilasi makanan ala Barat juga merasuk. Semisal sandwich khas Vietnam alias Bahn Mi. Roti baguette Perancis lumayan keras yang diisi dengan sosis, daun ketumbar, aneka sayuran mentimun, acar wortel- kol-lobak dan mayonaise. Terpikat dengan keramahan ibu penjual di depan penginapan, menjajal dari gerobak dorongnya.
Jajanan menggoda ini namanya Bánh Tráng Nướng. Izin mengambil gambar dari pedagang kaki lima. Selembar rice paper ditopping dengan cacahan daging, daun bawang dan kocokan telur. Mirip martabak dengan kulit tipis sejenis crepes. Dimasak dengan cara dipanggang.
Vietnam penghasil padi untuk wilayah Asia Tenggara. Variasi nasi putih adalah nasi dengan campuran ketan sehingga terasa pulen dan khas. Terasa lekatnya si sticky rice.
Oh ya ada pula cara penyajian yang unik. Nasi disajikan dalam semacam kuali tanah liat mungil. Dialasi anyaman bambu. Kalau diambil isinya wow lumayan banyak sekali sehingga cukup untuk 2-3 porsi mini.
Jelang pulang keturutan nih ketemu lauk yang saya cari caramel baby fish in clay pot, entah nama lokalnya. Perpaduan rasa gurih, asin, manis dan pedas mirip dendeng ikan pedas. Dimakan dengan nasi putih hangat plus lalapan sayuran segar, lagi-lagi dengan daunt mint penambah selera.
Kalau ini iseng saja. Selalu ada kesamaan budaya. Seekor ayam utuh dicabik-cabik kemudian ditata ulang. Mengingatkan pada ingkung suwir dan ayam binatur khas masakan adat Batak
Begitupun tampilan ikan ini. Kalau di daerah kita mengenal ikan gurameh terbang. Gurameh goreng utuh dengan penataan khas siap terbang. Lah ini dengan tampilan menantang penyantapnya.
Sebagai penutup, Vietnamese Drip Coffee atau nama aslinya ca phe sua da, disingkat jadi cafe da, merambah publik Indonesia. Penggunaan cangkir tetes penyaring kopi, sari kopi menetes menyentuh krem kental manis.
Ternyata tak satupun teman dolan, penyuka kopi. Gagal deh mau mencicip kopi Vietnam di daerah asalnya. Berpuas dengan menimba penjelasan di museum kopi dan membawa kemasan dos kopi sachet untuk incip-incip di kebun.
Catatan: artikel ini merespon komen sahabat kebun. Beliau mengatakan, asiik ya simbok kebun masih menyajikan artikel tanaman. “Lah saya ‘Cuma’ artikel dolan dan kuliner”, begitu sambutnya. Nah ternyata membuat artikel dolan dan kuliner yang asiik itu sulit. Artikel ini terasa kering tanpa info harga apalagi cara memasaknya. Intinya mari menulis sesuai minat. Blog ini bersifat gado-gado minat penulisnya. Tanpa ramuan racikan yang pakem.
harumhutan said:
travelling dan kuliner itu 1 paket bu, kalo buat saya heheh
ga syah kalo travelling ga nyicipin makanan negara yang kita kunjungi
dan saya salfok sama pia yg mirip bakpia ya bu, onde onde..haha mirip indonesia..
rynari said:
Aha kita satu paket kesukaan ya Jeng Wiend. Bakpia dan onde-onde jadi ledhekan teman-teman, karena saya ngebet banget hehe.
Salam kangen
Olive B said:
jadi pengen kembali ke Viet Nam
rynari said:
Mbak Olive apa khabar? Suka juga longokin kompasiana mbak Olive. Ya mbak, Vietnam menarik ya. Salam hangat
Olive B said:
kabar baik, K-nya lagi hiatus haha
bersapedahan said:
memang kalau kita jalan2 ke satu daerah … kita sekalian kulineran khas daerah sana, merasakan rasa khas lokal … dan ternyata jauh2 ke vietnam ternyata banyak makanan yang mirip mirip ya mba Prih.
salam
rynari said:
Hehe iya lah onde-onde sama pancake Nusantara. Kalau ada tamu manca mari suguhin combro, misro…kalau yg datang tukang ngeblog bakal diulas hehe…
Allisa Yustica Krones said:
soto atau mie kuah….berarti soto mie, bu…hehehehehe…
Namanya masih sama2 Asia ya bu, pengaruh jejak kulinernya gak jauh2 dari Tiongkok serta Eropa 😁
rynari said:
Terima kasih Jeng Lisa, singgah di sini incip jajanan maya. Betul sekali kuliner lokal yang regional ya.
Kalau ada tamu asing singgah di Palembang, mari suguhkan mpekpek
Mechta said:
Aduduuu..semuanya bikin ngileeer..haha.. Bu, masakan & jajanan di sana memang ada mirip2 dg di negeri kita nggih..
rynari said:
Terima kasih, rawuhnya Diajeng. Ya Jeng, kemiripannya cukup tinggi. Apalagi buah tropisnya. Manggis, apokat yg sangat khas kita. Salam hangat
lianny hendrawati said:
Wah melihat foto-foto makanannya kelihatan enak-enak semua Bu Prih, jadi pengin icip-icip 😀
Tapi penampakan ikannya itu yang bikin pengin ketawa, jadi nggak tega mau makannya hehe.
rynari said:
Terima kasih Jeng Liany sudah singgah ‘incip jajanan’ bersama. Idem, saya foto ikannya dan nggak tega ikut makan, kenangan lucunya lekat. Salam hangat.
ysalma said:
Awalnya melihat foto-fotonya sepintas, saya kira penganan khas Indonesia, ternyata jajanan Viet Nam. Banyak kemiripan dan kesamaan ya, bu.
Kulinerannya sungguh lengkap dan ditutup dengan manis oleh2 kopi Vietnam.
rynari said:
Jenis penganan yang saling mempengaruhi antar tetangga ya Uni.
Terima kasih berkenan ‘incip kulineran’ ini.
Makin cinta kekayaan masakan nusantara. Salam hangat
masHP said:
Onde mande, ternyata ada juga jajanan nusantara di Da Nang.
Lucu2 nama kulinernya, pangsit berdandan, ikan becanda…😂
rynari said:
Penanda kita saudaraan tetangga ya Mas. Lah berdandan dan becanda, saya labeli sendiri lah nggak ketemu namanya dan sulit mengejanya hehe..
Terima kasih berkenan ‘incip’ jajanan ini. Salam