Tag
Arya Senjaya, Festival Mata Air Senjoyo, Menapak Hulu Kali Senjoyo, pemandian Senjoyo, Sanja Senjoyo, sendang kungkum patilasan keraton Pajang, umbul Senjoyo
Sanja Senjoyo (1)
Menapak Hulu Kali Senjoyo
Beberapa hari aliran PDAM di rumah mampet. ‘Sanja umbul Senjoyo yook, menengok adakah debit sumber mata air Senjoyo berkurang di awal kemarau ini?’ Kamipun menuju Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran tlatah Kabupaten Semarang yang tak terlalu jauh dari rumah. Setelah lewat terminal bus Tingkir (jalur Semarang-Solo) hanya sesaat kemudian kami berbelok ke kiri mengikuti petunjuk arah jalan Senjoyo.
Weladalah sungguh ramai luar biasa, sepeda motor dan mobil pickup membawa muatan tikar dan karpet memenuhi pinggiran tempat wisata Umbul Senjoyo. Ooh menjelang bulan puasa salah satu kebiasaan masyarakat sekitar umbul adalah mencuci tikar dan karpet mushola maupun masjid di sendang maupun kali Senjoyo. Ya wis kami menyisir menapak hulu kali Senjoyo dulu yang lebih sepi.
Inilah aliran kecil yang kami susuri, tepat di atas kawasan sumber mata air Senjoyo. Aliran yang melintasi ladang sawah dengan tenang. Memasuki kawasan wisata Senjoyo, aliran kecil ini berdandan dengan tebing batu penguat di pinggirannya. Tampak beberapa kanak-kanak asyiik memancing di keteduhan pohon rindang. Dari sulur panjang pohon beringin di tepian aliran beberapa remaja menikmati ayunan alami ala Tarzan.
Aliran kecil ini berdampingan dengan sendang besar di kawasan Senjoyo. Sendang berupa kolam raksasa yang menampung aliran masuk aliran-aliran sangat kecil dari sela pereng/tebing bertanaman rimbun. Tampak menjulang pohon pule seolah menjaga sendang besar. Saat kami ngobrol dengan penduduk setempat, yang manakah sumber air utamanya? Beliau menjawab semua sama penting ada aneka sendang semisal sendang lanang, sendang bandung maupun tuk sewu yang menggambarkan banyaknya sumber yang menyatu di kawasan.
Yuup aliran kecil laksana kanak-kanak yang bergandengan tangan dengan limpasan dari sendang besar. Aliran yang semula sempit mulai berubah wajah menjadi alian yang lebar. Semakin lebar dan gemuk dengan pasokan limpahan air dari sendang sedang atau pemandian Senjoyo yang berada di sebelah rumah biru salah satu sumber air PDAM yang memasok air bagi warga Salatiga.
Tak hanya makin besar namun juga makin ‘bergizi’ berkat limpasan air dari sendang kungkum patilasan keraton Pajang. Bagaimana tidak ‘bergizi’ lah banyak pyayi bahkan dari aneka daerah yang berani berendam tengah malam hari tertentu dengan aneka tujuan. Dari sendang-sendang ini juga mengalir air bagi industri semisal penanda pipa Damatex, ataupun rumah pengolahan/penata air bagi keperluan penjaga keamanan negara.
Tak hanya menggemukkan diri sendiri badan air yang kini menyandang nama kali Senjoyo berkat Arya Senjaya yang menjadi lakon legenda cerita rakyat umbul Senjoyo juga berbagi berkat. Nah ini dia ‘sidatan’ belokan air irigasi yang akan mengaliri sawah di daerah isep-isep.
Sejak di daerah hulu, di kawasan ini berbagai kepentingan yang melibatkan air berpadu. Ada perusahaan daerah air minum, industri, instansi keamanan, daerah pertanian maupun kepentingan penduduk setempat yang perlu saling diselaraskan. Melihat kawasan ini tidak hanya bisa mandeg/berfokus di satu titik ini, namun air yang muncul di kawasan ini pada hakekatnya adalah bagian panenan dari daerah resapan yang melingkupinya. Konservasi daerah atasan hulu kawasan inilah yang sangat perlu dipelihara fungsinya agar peran penyangga hidroorologis penyimpan air dapat lestari. Salah satu event yang mendapat pujian adalah Festival Mata Air Senjoyo, meramu kearifan lokal pemelihara kelestarian kawasan.
Melewati jembatan aliran kecil yang telah bermetamorfose menjadi kali Senjoyo mengalir bebas. Meliuk, gemrojog turun, mengikis tebing mengairi sawah hingga akhirnya harus rela kehilangan identitas sebagai kali Senjoyo saat berjumpa dengan Kali Tuntang di Kali Sili desa Tempuran, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang
[saya suka mereka kali Senjoyo ini ibarat putri yang saat disunting pangerannya sang Kali Tuntang, rela kehilangan nama identitas menjadi bu Tuntang] inilah secuil oleh-oleh dari menapak hulu kali Senjoyo. Sanja adalah istilah bahasa Jawa yang berarti menilik, bertandang.
bersapedahan said:
senang banget saya jalan2 ke daerah sungai atau mata air … air selalu membuat adem,.. apalagi sungainya bersih seperti ini … weh keren deh
rynari said:
banget Kang, adem seger…selalu suka susur sungai dan mata air. kebetulan jalurnya juga ramah gowes loh…ayook mau?
kutukamus said:
Jadi pangling sungguh, saya. Ingatnya dulu waktu kecipak-kecipuk dengan teman sesama bocah, kalau ngelak dan di dekat kami ada orang sedang mandi sabunan, tinggal geser satu meter dari ybs (arah hulu) lalu nyelem dan glek..glek..glek.. Segar luar biasa! Semoga lancar air rumahnya
rynari said:
Pesona senjoyo bagi pengelana alam sungguh memikat. Kecipak- kecipuk lanjut glek tanpa was-was nggih. Lingkungan juga masih edum. Amin lumayan air di rumah mengalir di malam hari tinggal rajin nadah untuk kebutuhan esok hari.
chris13jkt said:
Sendang maupun aliran kalinya kelihatan masih asri ya Bu. Semoga saja selalu terpelihara seperti itu
rynari said:
Harapan yang sama Pak. Lestari alam kita
Johanes Anggoro said:
Btw mbak prih asli mana sih?
Pernah dnger tradisi mencuci tikar ini pas menjelang puasa. Kalo di semarang ada juga tradisi mandi di sungai kali garang. Padahal airnya cenderung kotor.
rynari said:
Halo Mas Anggoro, saya emak cucu G. Lawu yg kini bermukim di Salatiga kaki G. Merbabu. Hampir universal tradisi ‘padusan’ menjelang Idulfitri ternyata juga gelar cuci tikar karpet di sumber ataupun badan air/sungai jelang bulan puasa.
Johanes Anggoro said:
Oh salatiga. Kirain tinggal di yurop😆
rynari said:
Aha iya di Jerman dekat eh jejer kauman Salatiga, Mas. Tetanggaan Turki turusan kidul..
Hendi Setiyanto said:
terlihat kali senjoyo masih bersih, bebas sampah…
rynari said:
Ada juga koq. Menampilkan yg bersih sbg upaya persuasif alias bujukan kepada semua pihak bahwa bersih itu menarik …kita upayakan yook. Salam dari tepian kali
Hendi Setiyanto said:
oh gitu hehehe