Nostalgia Bacaan Masa Kecil Remaja Muda (Siti Nurbaya hingga Smurf)
Sekian tahun lalu, mata berbinar nyaris melotot kalau melihat tumpukan buku diskon novel di toko buku ataupun pameran buku. Kini menjadi selektif. Apakah selera baca yang berubah? Ooh bukan namun lebih pada daya cerna bacaan. Duluuu hampir semua novel dilalap entah seberapa tebal. Rela mengurangi jam tidur demi segera mengetahui akhir cerita.
Kini kalau melihat bacaan ditimang-timang dulu. Terlalu tebal…ah mata semakin lelah kan kalau buku, ukuran font huruf tidak bisa diperbesar hehe. Bacaan isinya berat…waduh maunya yang ringan-ringan saja. Banyak alasan untuk mulai berkurang bacaan novel.
Lah semakin sepuh, ranah memori kenangan dan nostalgia makin meluas. Yaah kini celoteh ringan tentang nostalgia bacaan. Biar tidak terlalu panjang, dibuat beberapa tulisan (kalau sanggup menulisnya hehe)
Masa SD-SMP
Ini adalah masa haus-hausnya akan bacaan, apa saja dilalap bahkan meski hanya sesobek koran bekas yang jadi bungkus belanjaan. Harus sering ditegur orang tua karena kalau sudah membaca lupa yang lainnya.
Masa SD bermukim di lereng nyaris ke pinggang G. Lawu. Belum ada perpustakaan di sekolah. Bacaan berasal dari rak buku Bapak yang salah satunya menyimpan atlas yang sering saya jadikan postingan. Selain itu beberapa buku sejarah baik sejarah Indonesia maupun sejarah Dunia. Buku-buku sejarah berupa buku dengan kertas licin mengkilap mirip kertas foto. Bukan buku sejarah paket resmi pelajaran SD. Bacaan ini mewarnai kesukaan pada bidang sejarah meski sangat dangkal yang dipahami.
Lah bacaan lain adalah koleksi buku sastra milik Bapak. Rasanya kini nggak kebayang seusia anak SD melalap buku Atheis karya Achdiat Karta Mihardja terbitan Balai Pustaka. Membaca lebih kepada melafal biar lancar. Baru sedikit paham saat SMP harus membuat sinopsisnya. [bisa dibayangkan kan generasi jadul penulis postingan ini]
Memasuki jenjang SMP, kami bermukim turun ke kaki G. Lawu. Bersekolah di ibukota Kabupaten, sekolah yang memiliki perpustakaan. Wow senangnya bisa membaca dan meminjam buku. Petugas perpustakaan juga senang karena saat istirahat pelajaran ada pengunjung yang ceriwis tanya dan pinjam buku.
Koleksi zaman itu khas, mungkin menjadi buku langka saat ini. Beda zaman lah ywo… Menyimak karya Sutan Takdir Alisyahbana (STA), diantaranya Tak Putus Dirundung Malang, Dian Tak Kunjung Padam, Layar Terkembang, Anak Perawan di Sarang Penyamun. Membaca dan membuat sinopsis sederhana.
Karya sastrawan Abdoel Moeis, semisal Salah Asuhan, Robert Anak Surapati. Salah Asuhan menjadi bacaan wajib, tata krama sesuai adat budaya salah satu sudut sorotnya. Lalu buku yang terkenal hingga kini yaitu Siti Nurbaya karya Marah Roesli. Ikut menangis untuk Siti Nurbaya dan Samsul Bahri dan marah kepada Datuk Maringgih. Membacanya ulang saat dewasa, berbeda sudut pandang, lah ini bukan masalah roman percintaan semata, namun bagaimana nilai budaya berperan.
Paling pusing kalau masalah puisi dari pantun, gurindam, saloka hingga puisi bebas. Nah pastinya Chairil Anwar patronnya. Sebagian karya beliau semisal Deru Campur Debu, Kerikil-Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus.
Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah, karya HAMKA juga menjadi bacaan. Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah adalah nama lengkap beliau. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck juga karya beliau yang terkenal.
Sekilas saat itu seorang bocah kecil membuat kesimpulan agak sembrono. Koq semua sastrawan adalah Angku Datu dari Sumatera Barat. Lah kalau warga Ranah Minang memang pintar karya sastra namun bukan hanya itu. Putera/i daerah lain juga berkiprah cemerlang dalam sastra Indonesia.
Adalah Hans Bague Jassin, disingkat menjadi H.B. Jassin, kelahiran Gorontalo salah satunya. Saya hanya mendesah pasrah kalau diberi tugas mengulik karya beliau. Lah isinya esai kritik sastra dan karya beliau yang berat hehe.
Selain bacaan di atas juga menikmati novel berbahasa daerah Jawa semisal Kumpule balung pisah. Ikut mewek deras serasa pilu bagaimana keluarga yang tercerai berai karena perbedaan ambisi disatukan kembali oleh tragedi dan berakhir bahagia. Setting happy ending yang disukai pembaca.
Eksplorasi Masa SMA
Kala itu pelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari beberapa bagian diantaranya Tata Bahasa dan Kesusasteraan. Tata bahasa menjadi sebagian momok kami, lah ditata supaya tertib dan apik koq malah sulit ya. Kesusasteraan kembali menyoal buku-buku sastra, karya Pujangga lama, pujangga baru dan sinopsi. Serasa melanjutkan kesukaan bacaan masa SMP dengan sudut warna penghayatan yang berbeda.
Saat SMA mulai kenal novel selain cerita silat. Novel awal yang saya baca karya mbak dokter Marga T bertajuk Karmila. Cukup kaget saat awalnya, karena terbiasa membaca karya sastra yang terikat adat budaya. Semakin senang membaca karena tema bacaan menjadi bervariasi.
Nah Ashadi Siregar pasti lekat di generasi jadul kami melalui novel Cintaku di kampus Biru juga Terminal Cinta Terakhir. Bacaan roman nuansa masa perkuliahan, sentuhan antar adat budaya.
Novel Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha, rasanya sangat unik dizamannya. [Mungkin senada generasi awal catatan si Boy] pemberontakan generasi muda dikemas apik unik edukatif.
Weeiittt…. sebagai penggemar cerita silat pastinya mengenal karya Asmaraman Kho Ping Ho,dengan aneka serial, semisal Perawan Lembah Wilis. Lalu SH Mintardja yang ngetop dengan Api di Bukit Menoreh. Rela tidak jajan demi bisa sewa buku yang antri terbitan berkala. Bahkan Api di Bukit Menoreh belum kelar hingga saya kuliah.
Sebagai sulung dari 7 bersaudara, kesukaan membaca kami kompak. Kebayang serial anak SMA, SMP, SD hingga belum sekolah di rumah. Sehingga bacaan yang kami jumpai beragam. Sumbernya juga beragam dari perpustakaan, persewaan buku, hingga pinjaman dari teman kami.
Buku bacaan anak Serial Lima Sekawan juga Pelualangan Sapta Siaga oleh Enid Blyton, menghiasi keseharian kami. Saat sore hari dijamu teh panas serasa menikmati tea time ala Julian, Dick, Anne kakak beradik bersama sepupunya Geoge a.k.a. Georgina dan tentunya Timmy anjing kesayangan mereka. Petualangan menjadi daya pikatnya. Membaca, mengembangkan imajinasi dan menyuburkan conta dolan.
Sangat seru mengikuti serial Winnetou, Kara Ben Nemsi, dan Raja Minyak, karya Karl May penulis dari Jerman. Winnetou berkisah petualangan ke Barat menuju tanah masyarakat Indian. Mengetahui anak-anak kami suka dengan serial ini, kami kembali membacanya dalam cetakan yang lebih bagus kisah Winnetou dan Old Shatterhand. Winnetou I: Kepala Suku Apache, Winnetou II: Si Pencari Jejak dan Winnetou III: Winnetou Gugur. Bahkan muncul Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) pecinta buku karya penulis ini.
Pun tak ketinggalan Serial komik Tintin, karya Hergé adalah nama pena dari Georges Prosper Remi. Tintin, wartawan muda sang petualang ditemani oleh anjing setianya Milo. Keberadaan profesor Lakmus. Kekonyolan Kapten Haddock juga detektif Thomson dan Thompson nan konyol.
Lah serial komik Smurf yang dirilis oleh Pierre Culliford. Bercerita tentang makluk bertubuh mini, berwarna biru, dan tinggal secara kelompok dalam rumah berbentuk jamur. Kini smurf bukan hanya komik, diadaptasi menjadi animasi, bahkan film layar lebar produksi Hollywood. Banyak pernak-pernik asesori dan mainan diilhami oleh smurf.
Nah ini sebagian buku bacaan yang menemani masa kecil, remaja dan muda saya. Berharap bisa menuliskan buku bacaan selanjutnya di masa dewasa dan kini masa sepuh. Tulisan sahabat muda mbak Ai penyuka karya Tere Liye, menjadi pengungkit tulisan ini. Refleksi mengapa kini malas membaca padahal saya penyuka aneka genre bacaan saat muda.
Salam literasi.
Weh, baru tahu saya, ternyata ada to novel berbahasa Jawa. Mungkin kalau dulu sempat pethukan bisa sedikit-banyak memoles kemampuan berbahasa Jawa saya (nyalahin buku).
Mas Kuka apa khabar? Terima kasih pinarak di sini. Aha lah yg nulis kan produk lama zamannya koran Dharmakandha, Dharmanyata, Panyebar Semangat (yg ini masih ada). Selamat terus berbagi karya.
serial Lima Sekawan dan Sapta Siaga semua serinya saya punya .. kalau Tintin dan smurf hanya beberapa punya tapi semua serinya sudah saya baca juga (sebagian pinjam) .. Ada 2 seri jenis detektif anak yang hampir semua serinya saya punya juga .. lupa namanya ..yang satu mengenai 3 anak, satunya anak jenius dan satu lagi tentang detektif anak/remaja wanita … coba2 dinget .. tapi .. ngeblank .. 🙂
salam
Toss sesama penggemar serial detektif anak, walau beda generasi. Bacaan yg mengait kemampuan imajinasi bayangan jelajah.
Yang disebut blank…sy sama sekali tidak punya bayangan hehe.
Baca tulisan ibu jadi ingat aku pernah nulis tentang buku bacaan waktu kecil yaitu Buku Petualangan Tini. Rasanya semua petualangan Tini aku ikutin, karena gambar di buku nya bagus dan berwarna. Dari sini lah aku mulai senang menggambar karena ilustrasi di buku itu keren hehehehe.. Jadi panjang komentarnya.
Smurf dan Tintin juga termasuk buku favorite dan karya-karya Enid Blyton. Seru dech kalau ngomongin buku bacaan masa kecil. Petugas perpustakaan sampai hafal wajah ku karena kebanyakan nongkrong di perpustakaan.
Bacaan masa kecil yg lekat di ingatan ya.
Ooh Lina suka menggambat ya…kalau kini banyak yg ikuti aliran manga.
Yup buku2 petualangan membangun imajinasi.
Salam
wah! Enyd BLyton dengan Sapta siaga dan lima sekawan, juga Winnetou! Itu bacaan kala aku SD, Mbak…Aih, Beneran menjemput kenangan lama. disini ya? terima kasih, Mbak! Salam..zaldychan
Terima kasih Uda….berkenan singgah di kebun. Salam
Keren, sudah hobi membaca sejak kecil👍👍
Membaca menjadi hiburan. Saat itu TV terbatas apalagi gadget belum berkembang. Salam
Terima kasih Bu Prih ❤️
Pas baca artikel ini, ternyata kita beda zaman ya Bu 😂
Tapi tak apa, beberapa judul buku yang disebutkan, saya pun membacanya. 15 tahun lalu, dunia buku belum beragam seperti sekarang. Jadi saya hanya bisa mengandalkan perpustakaan sekolah dimana bukunya lebih banyak sastra. Karena seneng baca dan tak ada pilihan, maka karya sastra mulai angkatan 1920 seperti Siti Nurbaya saya baca. Salah Asuhan, Kasih Tak Sampai, Belenggu, Di Bawah Lindungan Ka’bah, tenggelamnya kapal Van Der Wijk, bahkan saya pun baca karya-karya NH Dini. Menariknya, 10 tahun terakhir ini dunia buku sangat beragam. Sehingga bisa memilih berbagai jenis buku mulai dari yang ringan sampai berat. Banyak sekali buku yang bisa disesuaikan dengan selera kita. Kalau dulu bingung mau baca apalagi, kalau sekarang bingung mau beli buku mana dulu krn berkaitan dg budget 😁
Mari membaca buku-buku lagi Bu Prih 😊
Banyak buku bagus yang menanti untuk dibaca sama para pembaca buku 📚
Salam literasi
Siip…terima kasih mbak Ai. Meski beda generasi disatukan hobi baca hehe…
Kini ada bentuk pdf yg bisa dibaca tanpa buka2 buku ya.
Benar sekali kita bisa pilih sesuai selera dan daya baca kita.
Selamat terus menikmati bacaan dan berbagi resensinya. Saya yakin mbak Ai juga penulis buku handal koq.
Salam literasi
Sama-sama Bu Prih ☺️☺️
Betul, hobi baca bisa menyatukan Bu ❤️
Betul sekali Bu, ada buku dalam bentuk pdf atau ebook, sehingga kita bisa baca buku di mana pun, kapan pun, bahkan perpustaaan pun sudah ada dalam bentuk digital, kita bisa akses kapan saja dari smartphone, misalnya kita bisa download aplikasi iPusnas, iJakarta, sehingga kita bisa pinjam buku lewat aplikasi.
Mari semangat membaca lagi, agar bisa menularkan virus membaca kepada generasi selanjutnya 😊
Siap Bu Prih. Terima kasih untuk doanya, semoga kelak saya bisa menjadi penulis. Aamiin
Salam literasi
salam kenal mbak Ai
bacaan bude sama denganku … satu generasi toss dulu….
bener baca Siti Nurbaya dan Tenggelamnya Kapal … jaman dulu terisak2 karena fokus pada roman percintaannya he.. he..
kini baca ulang lagi baru ngeh kenapa Hanafi merasa sebatang kara di tanah yang matrilineal dan tak diterima di tanah berprinsip patrilineal..
yang pasti baca ulang di usia sekarang tak lagi nangis
Sstt senangnya bude dan mbak Monda dianggap satu generasi hehe…toss…
Membaca ulang tak pernah merasakan emosi yg sama ya. Selalu ada perbedaan sudut pandang.
Semoga mbak Monda tetap rajin membaca, tak semerosot saya daya bacanya hehe.
Senangnya kenal mbak Ai yg suka membaca.
Salam kenal juga Bu Monda ☺️
Senang bertemu sesama pembaca buku.
Entah kenapa kalau roman Siti Nurbaya, saya tidak nangis 😂
Roman yang membuat saya nangis bacanya hanya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck