Tag

, , , , ,

Alam Bersurat Tanda Berkata

tanda berkata

tanda berkata

Weekly Photo Challenge yang digelar WordPress pada awal bulan Juni 2013 ini bertemakan The sign says dan menikmati parade foto yang digelar sungguh memikat, aneka tanda aneka kata. Beberapa tanda memunculkan pesan aksara tersurat, beberapa memuat pesan berupa gambar penanda apa yang tersirat.

Menyambut bulan Juni, hampir setiap hari kediaman kami di kaki Merbabu diguyur hujan yang kadang deras kadang berupa rintik (melengkapi warta Juni Belum Hujan di Bukik). Jalanan becek, sepatu basah, payung terkembang, kadang terlambat datang di pertemuan. Rentetan kejadian …. Bukankah itu juga bagian dari the sign says…..

Hujan di bulan Juni

Frasa…. hujan di bulan Juni…..hampir selalu merujuk pada puisi karya Bapak Sapardi Djoko Damono salah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Keindahan dan kedalaman makna puisi  di luar jangkauan pemahaman tukang kebun. Tercium aroma kerinduan, rentang panjang antara asa dan ada, tersirat kemustahilan dengan peluang kejadian hujan di bulan Juni yang hanya nol koma sekian sekian ….

Hujan di bulan Juni, sebuah kelangkaan…mari simak prisma pranata mangsa ini. Alam menyediakan diri menjadi guru, alam takambang jadikan guru (ujar urang Minang), bagaikan kitab tak beraksara titah manusia diajak belajar membaca tanda-tanda alam dan memaknainya sebagai alam bersurat ‘tanda berkata’. Pranata mangsa merupakan salah satu kearifan lokal tentang bagaimana titah membaca tanda alam.

Bulan Juni merupakan bagian dari mangsa sadha (masa ke 12) dan peralihan ke mangsa kasa (masa ke 1).  Mangsa sadha peralihan dari Marèng – Terang di rentang 12 Mei – 21 Juni  dengan pencandra Tirtå sah saking sasånå (“Air meninggalkan rumahnya” ). Air tanah meninggalkan lapisan atas tanah sebagian melalui penguapan sebagian turun bersama gravitasi, akar tanaman harus berupaya lebih keras untuk menyerapnya, …. Tak ada yang lebih arif dari hujan Bulan Juni, dibiarkannya yang tak terucapkan, diserap akar pohon bunga itu (HdBJ, Sapardi). Sumur semakin dalam, aliran PAM makin tersendat.

Bulan Juni adalah kulminasi mangsa terang, melewati 22 Juni, mangsa bergulir ke mangsa kasa yang ditandai peralihan Ketiga – Terang di rentang           22 Juni – 1 Ags   Sesotya murcå ing embanan (“Intan jatuh dari wadahnya” atau daun-daun berjatuhan). Pohon belajar dari tanah, saat air tanah kian sulit didapat, pohon menggugurkan sebagian daunnya untuk mengurangi penguapan. Pohon tidak menggerutu bahkan sambil meranggas menatap awan, pohon menerus siklus dan berbagi keindahan.

Bila bulan Juni bumi kaki Merbabu bermandi hujan inilah bagian ‘alam bersurat tanda berkata’ penegas pergeseran pola hujan yang mewarta sejak sekian warsa silam. Tanda berkata (the sign says) marilah titah mengelola akal budi karuniaNya merespon perubahan alam dengan bijak.