Tag
Desa adat Osing Kemiren Banyuwangi, pesona Tanjung Papuma Jember, pesona TN Baluran, sanggar genjah arum Banyuwangi, serpihan sorga Tumpak sewu Lumajang, Sunrise of Java Trip-Pesona Ujung Timur Jawa
Sunrise of Java Trip-Pesona Ujung Timur Jawa
Kota Banyuwangi selalu menarik minat kami sejak dulu. Saat kecil, kota Banyuwangi memikat dengan sejarah Blambangan dengan Raden Minakjinggo, keberadaan Muncar pusat pengalengan ikan. Masa muda melipir wilayah Banyuwangi saat menyeberang ke Pulau Bali. Saat menua, Banyuwangi serasa makin tak terjangkau, ajakan teman-teman trip ke Banyuwangi dengan KA Sri Tanjung dari Purwosari Solo pk 08.00 sampai stasiun Banyuwangi jelang pk 22an sungguh membuat nyali ciut, kebayang duduk di bangku kereta selama 14 jam. Padahal daya pikat Banyuwangi makin kuat dari alamnya, budayanya dan aura fajar P. Jawa alias sunrise of Java. Ajakan momsontrip mas Tengah yang ingin menikmati blue fire Kawah Ijen, Tanjung Papuma dan air terjun Tumpaksewu mewujudkan mimpi mengunjungi Banyuwangi.
Sebagai gambaran dasar, ini kunjungan kami selama ngetrip ke ujung Timur dan susur pantai Selatan-nya.
Day 1. Memilih jadwal penerbangan Semarang Surabaya lanjut Surabaya Banyuwangi dengan jeda transit tersingkat, secara jadwal mulai penerbangan dari Semarang pk 09.10 dan mendarat di Banyuwangi pk 12.50 sehingga memiliki setengah hari untuk city tour alias putar-putar kota sokur melihat pantai terdekat. Rancangan boleh teliti namun kenyataan tak selalu sama, malam sebelum berangkat sudah mendapat notifikasi delay penerbangan Surabaya Banyuwangi berangkat 12.50. Mari semangat menumpang ‘sayap’ burung besi. Ooh masih ada bonus lagi, kami diminta menikmati bandara Juanda, Surabaya alias delay lagi di Surabaya. Akhirnya burung besi berbaling-baling menggendong kami pada pk 14.30 dan mendarat pk 15.30an di bandara Banyuwangi. Menunggu jemputan dari Didu’s homestay, sampailah kami di Desa Rejosari Glagah Banyuwangi. Rasa lumayan lelah membuat kami membatalkan pesanan putar-putar kota tari Gandrung ini.
Day 2. 03.00-10.30. Pukul 03an dini hari mas Tengah dijemput mengikuti open trip ke Kawah Ijen, koq telat amat ya, dan ternyata Kawah Ijen baru saja dibuka kembali setelah beberapa saat ditutup karena hembusan gas yang membahayakan. Meski kecewa gagal mendapat blue fire yang fenomenal, sementara harus puas dengan menikmati fajar di Kawah Ijen dan mampir di air terjun Jagir. Sementara mas Tengah ngetrip Kawah Ijen, emaknya blusukan ke stasiun Karangasem yang sekitar 10 menit berjalan kaki dari penginapan, lumayan hampir setengah jam jalan pagi memanen sinar surya Banyuwangi.
11.30-13.40 berkunjung ke Desa Adat Osing Kemiren, khususnya ke Sanggar Genjah Arum. Woo rencana kunjungan singkat namun ngobrol dengan empunya sanggar, Mas Iwan yang tak jumpa hampir 34 tahun rasanya sulit berhenti. Menyerap kearifan lokal masyarakat Osing dengan budaya luhurnya dari raja kopi tester kopi tingkat internasional sungguh pengalaman berharga untuk memperkaya batin. Mas Tengah nyeletuk amboi kopai osing sungguh sadap kali.
13.40 segera meluncur ke Taman Nasional Baluran. Keindahan pantai Watu Dodol yang memperoleh penghargaan pantai bersih tingkat Asia Tenggara hanya sempat kami nikmati sambil lewat. Mas Nov driver sekaligus pemandu dolan kami mengejar bisa sampai di pintu masuk TN Baluran sekitar pk 15an agar dapat momen pengamatan satwa melintas di sepanjang rute dalam TN, pantai Bama dan menikmati senja eksotis di seputar Savana. Bersyukur sekali, mas Nov sangat jeli dengan gerakan satwa, ‘lihat arah telunjuk saya, mahkota merak tampak menyeruak dari kerimbunan’ ‘Tengok kanan atas terlihat burung bersayap indah’ Puji Tuhan kami berkesempatan menikmati Taman Nasional Baluran dengan predikat The African of Java ini. Tips kunjungan di Baluran, diusahakan tiba di loket TN maksimal pk 14an sehingga memiliki waktu lapang untuk menikmati TN Baluran, sokur datang di puncak musim kemarau sehingga aura keringnya savana dapat terasa.
Petang kami meninggalkan TN Baluran di wilayah Situbondo kembali ke Banyuwangi. Untuk makan malam kami memilih sajian kuliner khas Banyuwangi mulai dari tahu walik, pecel pitik, rujak soto hingga nasi tempong. Pk 21an dengan tubuh lumayan lelah namun hati sangat senang kami kembali ke penginapan.
Day 3. Pk 08.10an kami pamit, matur nuwun mbak Maya, mas Djoko yang telah menjadi host kami selama menikmati Banyuwangi. Dijemput kendaraan teman dari Jember kami melaju.
Pk 10an memasuki Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, singgah sejenak yook ke Doesoen Kakao, Kendeng Lembu. Bila waktu longgar di jalur ini bisa mampir loh di waduk Sidodadi salah satu tempat wisata ngetren, sepanjang jalan Lembu Kendeng menikmati kebun tebu, kebun kakao, kebun mahoni maupun jati.
Pk 12.20 – 13an di Jember singgah di kantor sahabat lanjut makan siang bernuansa Legian Jember. Obrolan tentang produksi dan bisnis edamame harus dipunggel, mari lanjut ke Tanjung Papuma kebanggaan warga Jember.
Pk 15.,30 Kami sampai di Tanjung Papuma. Perpaduan Pantai Pasir Putih di arah Timur, ujung tanjung berupa Siti Hinggil dan pantai Malikan di sisi Barat, menjadikan tanjung Papuma istimewa, dapat menikmati senja maupun fajar di satu lokasi tinggal balik badan graak. Jalur pantai Selatan Jember ini layak diblusuki seharian loh, ada teluk Love, pantai Payangan, pantai Watu Ulo dan Tanjung Papuma yang saling berdekatan satu garis pantai.
Day 4. Lewat lingsir wengi diajak mas Tengah menikmati taburan bintang gugus Bimasakti di pasir putih depan penginapan. Pk 04 an mas Tengah dijemput pemandu lokal untuk menikmati fajar di Teluk Love, susur goa Jepang. Emaknya gelagapan yang mestinya bisa menikmati fajar dengan buka pintu duduk di teras malah terlelap sejenak, begitu ke pantai matahari sudah meninggi ya sudah menikmati kesibukan nelayan saja.
Pk 08.30 bersama rental mobil dari Jember kami bergerak ke Lumajang. Menyusuri wilayah Jember Selatan kami menuju ke Tumpaksewu. Melewati jalur sempit kelak kelok di antara hutan lebat yang lazim disebut piket nol di jalur Lumajang Barat – Malang. Jalur yang memikat sekaligus mendebarkan. Singgah sebentar di jembatan peninggalan Belanda yang masih utuh namun tidak lagi digunakan dengan dibangunnya jembatan sekarang tepat di sebelahnya. Melongok ke bawah terasa singunen perut melilit, aliran sungai areal penambangan pasir muntahan dari G. Semeru.
Pk 13an kami sampai di serpihan sorga Tumpak Sewu, keelokannya tak terkatakan sebanding dengan panjangnya perjalanan mencapainya. Kami cukup melongok dari pos Panorama saja untuk mencapai dasar air terjun kebayang curamnya dan terlihat tangga bambu dari kejauhan, bagian para sahabat petualang saja.
Yook saatnya ubah haluan, rencana semula kami kembali ke Lumajang dan akan naik travel atau KA ke Sidoarjo, namun ternyata jadwal tidak matching dan badan mager kalau ganti moda transportasi umum. Kembali kontak dengan Dinda rent car Jember, kami lanjutkan dengan deal baru lanjutan Tumpak sewu ke Sidoarjo.
Pk 14.20 meluncur ke Sidoarjo via jalur Malang. Pronojiwo Lumajang, Dampit, Malang, Lawang, Sidoarjo, pastinya mampir menikmati kembali Cwie mie Hok Lay di Malang. Sidoarjo we are coming, siap berlibur bersama kelg 2s. Usai sudah momsontrip episode Sunrise of Java Trip. Perjalanan lumayan panjang Semarang ke Banyuwangi, lanjut susur Banyuwangi (+Situbondo), Jember, Lumajang pulang ke Sidoarjo (via Malang). Hidup adalah perjalanan penuh kejutan menanti. Salam mbolang
Terima kasih dengan tulisan ini jadi ingat yg namanya cwie mie. Ha… hanya mereka yg dari Jatim terutama kota Malang tahu hidangan mie ayam yang satu ini. Dulu kalau keluarga pergi ke gunung Kawi pasti tak lupa jajan mie ini. juga bubur bakmoy nya khas sekali.
Cwie mie, bakmoy, susu fermentasi lupa nama khas nya apakah fresco…. kuliner Malang mak nyuss
seumur umur baru sekali ke Banyuwangi … itupun ketika masih anak imut .. hehe .. dibawa ayah jalan2 .. hanya melintas saja ketika akan ke Bali.
ternyata banyak sekali tempat yang menarik disana … jadi pengen jalan2 kesana … mungkin saatnya sekarang saya bawa anak saya ke sana .. kayak dejavu 🙂
Mengulang siklus ya Kang, saat kanak2 kita diajak ortu dan kini saatnya ajak anak2 menjejak Banyuwangi. salam
haduuuh… pingin ikutin jalurnya…
waktu ke Bromo udah diiming2 sama drivernya ..
pengen lihat Taman Nasional Baluran mbak
Hayuuk mbak….beberapa hari ya mbak di Banyuwangi, ini sisi Selatan dari Pantai Pulau Merah, teluk Hijau terlewati juga ada situs Blambangan yang menarik
Banyak juga destinasi yang dikunjungi selama di Banyuwangi ya Mbak Prih. Semuanya menarik. Aku beberapa waktu lalu ke Banyuwangi berangkat dari Bali. Sayang di Kampung Osing cuma lewat, tak berkunjung ke sanggar seperti Mbak 🙂
Kalau dari Denpasar juga sangat dekat ya Uni, terbang nggak sampai 1 jam. Jelajah pantai Selatan nya menarik yo Uni itu yang kami lewatkan semoga lain kali bisa berkunjung lagi. Salam
Cieee ada tumpak sewu disini. Sayangnya saya tidak dirumah, jadi nggak bisa nawarin mampir deh. Lumajang adalah kotaku heheh
Wow Lumajang kaya dengan aneka air terjun ya juga sisi Semeru yg gagah. Kulanuwun ya Hafidh lah ke Lumajang lupa lapor sama blogger Lumajang yg elok alamnya. Salam
Heheh.. Gpp mbak. Salam..
Wow air terjun Tumpak Sewu Lumajang keren banget bu Prih. Indah ciptaanNya yaa ❤ .
Sepakat Jeng Nella aslinya luar biasa indah, mata kamera ciptaanNya lebih mampu menyerapnya. Salam hangat