Tag

, ,

Yook Melongok Cagar Alam Bukit Gamping Bonus Cagar Budaya Ambarketawang di Yogyakarta

[Duuh ini blog hampir lumutan tanpa update. Baiklah sementara diisi reblog blusukan ke CA Bukit Gamping dan CB Ambarketawang yang saya unggah di Kompasiana aja yaak]

Cagar Alam Bukit Gamping dan penjelasan sejarah (Dokumen Pribadi)

Cagar alam dan cagar budaya bagian dari mata rantai peradaban. Melongok Cagar Alam Bukit Gamping bonus Cagar Budaya Ambarketawang adalah kemewahan. Mari simak narasinya.

Selaku pemblusuk penyuka cagar sangat sayang melewatkan sesi melongoknya di perjalanan. Berkesempatan jumpa situs warisan budaya dunia UNESCO (World Heritage Sites), tingkat Nasional bahkan lokalpun adalah suatu anugerah.

Nah ini rezeki blusukan melongok Cagar Alam (CA) Bukit Gamping berbonus Cagar Budaya (CB) Ambarketawang. Letaknya hampir berdampingan di Ambarketawang, Kec. Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Cagar Alam Bukit Gamping

Merunut pengertian dasar cagar alam adalah suatu kawasan yang perlu dilindungi.  Keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu. Cagar alam ini merupakan bagian dari kawasan konservasi.

Cagar alam Bukit Gamping ini berada dalam pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta. Resort konservasi wilayah Sleman. Masuk kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

CA Bukit Gamping-Resort Konservasi (dokpri)

Luasan cagar alam cukup mungil. Menikmati cagar tanpa lutut gemetar. Cagar alam Bukit Gamping memiliki beberapa aspek khusus diantaranya geologi, kultural maupun sejarah.

Komponen utama CA Bukit Gamping berupa monolit batuan tunggal penyusun bukit relatif mini, tinggi sekitar 10 m. Umur batuan jutaan tahun berasal dari proses geologis pengangkatan dasar laut. Dicirikan oleh keberadaan fosil biota laut.

Monolit CA Bukit Gamping dari sisi depan (dokpri)

Ditengarai merupakan sisa dari perbukitan kapur atau gamping. Bagian tersisa dari sumber daya alam gamping yang digunakan untuk beberapa keperluan. Diantaranya terkait dengan aspek sejarah pembangunan keraton Ngayogyakarta oleh Sultan Hamengku Buwono I.

Juga ditambang untuk memenuhi keperluan industri gula tebu. Mengingatkan proses penggunaan kalsium oksida untuk penjernihan nira. Nah tersisa bagian berupa gunung batu yang kini dikonservasi.

Monolit Batu Gamping

Masih berkaitan dengan aspek sejarah keraton, keberadaan bukit gamping juga tidak terlepas dengan unsur mitos. Kesetiaan punggawa labuh negeri. Kini melekat pada tradisi upacara adat Saparan Bekakak, bagian dari aspek kultural budaya.

Upacara Adat Saparan Bekakak berlangsung pada bulan Sapar (kalender Jawa). Disimbolkan dengan penyembelihan Bekakak yaitu sepasang boneka pengantin Jawa terbuat dari  tepung ketan yang diisi gula merah. Kontekstualisasi kesatuan kehidupan manusia dengan alam.

Upacara ritual Saparan Bekakak di GA Bukit Gamping (gambar dari ksdae.menlhk.go.id)

Saat blusukan selaku pengunjung tunggal lumayan dapat mengeksplor. Mengangguk kecil kepada staf Balai Konservasi. Semoga hanya sepi karena masa pandemi. Sayang kalau sumber belajar cagar alam ini kurang diminati.

Kompleks ini kini dikelola sebagai Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Gamping. Konsep yang dikembangkan adalah eduwisata dan wisata sejarah. Menyatu di kompleks, sebagai pusat adalah monolit batuan gamping yang berpagar. Berterakan papan penjelasan sejarah Bukit Gamping.

CA Gunung Gamping sebagai Taman Wisata Alam (dokpri)

Gedung perkantoran berada di belakangnya. Juga pendapa terbuka untuk aneka keperluan. Sangat rindang dengan aneka tanaman. Berpapan nama tumbuhan, semisal ada Sawo Kecik, Sawo beludru dll.

Secara posisi, letak cagar alam nyaris terjepit di tengah pemukiman. Dari jalan Gamping Tengah, masuk jalan relatif sempit. Tantangan besar dalam pelestarian. Bagaimana membangkitkan dan memelihara peminat pembelajar cagar alam.

Bagaimana menuju cagar alam Bukit Gamping? Mengikuti Jalan Lingkar Barat Yogyakarta ke arah Wates. Selepas pertigaan Ringroad jalur Wates ke arah Barat sangat dekat. Usai pasar ada pertigaan belok kiri dengan penanda yang jelas. Simbok pemblusuk tidak kesasar.

Cagar Budaya Ambarketawang

Melongok CA Bukit Gamping bonus CB Ambarketawang, posisinya berdekatan serasa adu punggung. Kembali ke jl Gamping Tengah sedikit ke Selatan lalu belok ke kiri (Timur). Jalan cukup kecil, kendaraan roda 4 muat asal tidak berpapasan.

Penasaran dengan penamaan Ambarketawang. Ambar merujuk pada bau harum yang menguar. Ketawang berasal dari kata tawang atau langit angkasa. Paduan Ambarketawang, bau harum yang menguar ke angkasa. Elok nian.

Apa yang didapat dari CB Ambarketawang? Berupa petilasan pasanggrahan, tempat istirahat tetirah raja. Berkenaan dengan aspek historis pembangunan keraton Ngayogyakarta.

CB Patilasan Kraton Ambarketawang (dokpri)

Menurut Dinas Kebudayaan DIY, Ambarketawang merupakan situs Kraton yang merupakan kediaman Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755-1756. Mencakup tiga komplek kekunoan (petilasan) berupa bekas Kraton Ambarketawang, Kestalan dan Kademangan. Amatan wadag saya tidak mampu membayangkannya.

Sisa tembok utuh di CB Ambarketawang (dokpri)

Inilah yang terlihat secara visual. Keberadaan reruntuhan pagar sisi Selatan sebagai pintu masuk masih lumayan utuh beberapa ruas. Pagar sisi Barat langsung bersentuhan dengan pemukiman. Tebal dinding lebh dari 50 cm terlihat dari jajaran panjang 2 batu bata merah.

Ketebalan dinding pagar CB Ambarketawang (dokpri)

Selebihnya adalah kebun kosong dengan aneka tanaman, terlihat dominansi melinjo bahan dasar emping. Penanda keterangan sejarah dan nama Patilasan Kraton Ambarketawang. Saat blusukan sama sekali tidak berjumpa pengunjung.

Wasana kata

Cagar alam dan cagar budaya bagian dari mata rantai peradaban kehidupan. Melongok sisi sejarah, aspek geologi, kesatuan ekosistem sebagai bagian dari memuliakan warisan bumi. Terwujud pada CA Bukit Gamping dan CB Ambarketawang. Mari cinta cagar.

Terbit di Kompasiana