Tag
BCB Rumah Kelahiran Bung Hatta, benda cagar budaya, renda putih, rumah rangkiang, sesukat padi segantang beras
Parade Renda Putih di Rumah Kelahiran Bung Hatta
Memasuki bulan Agustus suasana terasa meriah. Menjelang peringatan hari kemerdekaan RI yang ke 67, dilaksanakan apel merah putih di kebun, begitu pula saat peringatan yang ke 68 disajikan bola-bola merah putih, untuk mengenang peringatan detik-detik Proklamasi ke 69 ini dihadirkan parade renda putih.
Salah satu momen sangat berharga dari kopdar manis di Kamis gerimis saat diajak eMak LJ berkunjung ke Rumah Kelahiran Bung Hatta. Postingan ini tak hendak berkisah tentang sejarah dan deskripsi Benda Cagar Budaya Rumah Kelahiran Bung Hatta. Hanya berbagi pesona renda putih yang menghiasi aneka bagian rumah.
Menapaki halaman nan asri, pengunjung disambut petugas yang ramah siap membantu di teras. Mari mengawali kunjungan dengan kamar bujang yang terletak di bagian kanan depan. Adat Minang mengajarkan rumah anak bujang adalah di surau, kamar depan yang langsung berhadapan dengan halaman adalah tempat singgahnya. Berburu ilmu hingga ke negeri orang adalah dambaan dan Bung Hatta salah satu yang melakoninya.
Beranjak ke ruang tengah berdinding papan, berplavon lapis anyaman kulit bambu, renda putih menghias meja. Mari pengunjung kita hargai pembatas areal agar tidak menduduki kursi tamu ini.
Ruang makan seperti halnya rumah adat lain berada di luar rumah utama, menjadi penghubung antara dapur di belakang dengan rumah utama, penghubung antara lantai 1 dan 2. Dapur bersanding dengan lumbung atau rumah rangkiang di sebelah kanan dan ruang kereta/bendi di sebelah kiri. Kembali renda putih menghampar di ruang makan, disinilah saya mendapat visualisasi sesukat padi dan segantang beras dalam media bambu wutuh.
Mari naik ke lantai 2…..dari balkonnya biru Marapi sungguh menawan hati berkalung renda awan putih….
Kembali renda dan nuansa merah putih menghiasi kamar-kamar tidur di lantai 2.
Renda putih menjuntai, menghampar……hm..bukankah setiap anak bangsa adalah bagian ataupun potongan serat lawe. setiap pribadi dipintal, digulung, pada saatnya disambung, dikaitkan dengan haakpen, diikat, direntang, dilentur membentuk renda. Suatu waktu Ibu Pertiwi merenda sambil berdendang, tiba masanya merenda sambil berurai air mata. Renda di meja perdagangan, layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan setiap segi dukungan kehidupan. Membentuk hamparan sejarah bangsa Indonesia. Dirgahayu Bangsa Indonesia, seraya menatap renda putih di rumah KBH, marilah setiap komponen bangsa siap dirajut demi kejayaan bangsa…..
Ping-balik: Pesona Dolanan Nusantara | RyNaRi
edratna said:
Senangnya mbak Prih..jalan-jalan yang bermanfaat.
Melihat renda putih, ingat zaman dulu, para ibu membuat renda putih, untuk taplak meja, pinggiran seprei, alas gelas (tatakan) dll….ibu saya alm termasuk pintar membuat renda dan menyulam.
___
Semoga dapat meneladan dari postingan T&W Ibu yang sungguh inspiratif.
Sungguh Eyang, Ibu tidak kersa nganggur ya Bu Enny, disela pekerjaan rutin rumah tangga, merenda selalu dijalankan, pola berirama, ketelatenan selalu mewarnai hasil renda cantik ini. Salam
Idah Ceris said:
duduk di ruang makan, sambil menikmati nasi jagung, urap, ikan asin, yummmi banget ya, Bu. 😀
____
Aha eman-eman mbak Idah, kalo emak-emak di meja makan cukup taplak kaca atau plastik mudah membersihkan tumpahan kuahnya.ngelesdotcom
dey said:
Rendanya buatan tangan ya bu .. cantik2 …
___
Tepat Jeng, rajutan tangan terampil dan sabar.
Ika Koentjoro said:
Rumah-rumah jaman dulu selalu ada properti mesin jahit. Orang dulu pada pinter jahit ya
____
Jeng Ika juga sungguh pintar menjahit cerita, merenda kisah, memintal parenting plus bisnis.
Chrismana"bee" said:
Rumahnya sederhana tapi bagus & rapi ya mbak (eh apa karena emang di rawat ya)
oh iya mbak, buntelan dari sampean udah nyampe, waaa manur nuwun yo mbak, kebetulan saya suka baca buku, tapi emang jarang beli (istri irit 😀 )
___
Direkonstruksi dan dirawat sebagai BCB Mbak.
Mangga, bacaan ringan sambil leyeh2