Salatiga how art you #5: Buka dulu topengmu…..
Ada saatnya, topeng begitu menakutkan bagi saya, serasa ada yang mengintai dibaliknya. Hingga masanya menunjukkan bahwa topeng adalah sarana ekspresi seni budaya. Terasa aneka ekspresi dari topeng yang diwarnai oleh kultur pembuatnya.
Salah satu kegiatan di event Salatiga how art you 2015 adalah workshop topeng, meski tidak sempat mengikutinya sejak awal hanya mengintip sejenak di penghujung acara jelang pukul 17an. Beberapa seniman topeng asiik memahat media kayu mengikuti pola yang telah digambarkannya, beberapa sudah memasuki fase mengamplas untuk menghasilkan perbedaan detail. Terasa kompleksitas pengerjaannya, menterjemahkan ide dalam pola, mengeksekusinya serta finishing yang tidak selalu mudah. Mengagumi karya para seniman ini yang bersesanti “barang yang katon/kasat mata, tak ada yang terlalu sulit, hanya butuh kerja keras dan ketekunan” wow motto kerja yang tak kenal putus asa.
Aneka karya topeng selain untuk hiasan dinding juga untuk sarana ekspresi tari topeng, selalu suka menikmati tari topeng meski tidak mengerti seni tarinya. Masih terbayang ketrampilan Sandrina Azzahra penari topeng cilik juara IMB III. Penari topeng kebanggaan kota Salatiga Mas Didiek Nini Thowok dengan wajah depan belakangnya, terhenyak dengan perubahan gerak yang mencolok seturut dengan topeng yang beliau kenakan. Sempat bertanya pada sahabat yang menari topeng, bagaimana rasanya dibalik topeng? Ooh secara fisik sangat pengap, space tandon udara sangat terbatas sementara serapan oksigen seiring dengan kecepatan gerak meningkat.
Belajar topeng juga mengait pada teori kepribadian alias personality yang berasal dari kata latin ‘person’ yang bermakna topeng ataupun kedok. Berangkat dari penampilan seni bertingkah laku sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Hingga muncul ungkapan buka dulu topengmu……
Tak hanya kami yang mengagumimu wahai sahabat, bulanpun mengintip menontonmu di sore itu. Mengagumi keartistikan topeng, mengapresiasi kerja keras Forum Seni Salatiga yang menghadirkan acara ini dalam kemasan Salatiga how art you 2015.
Kelanjutan dari Salatiga how art you #1, 2, 3 dan 4
Ping-balik: Panca Setya, Elemen Kepemimpinan Jawa | RyNaRi
Wah..keren ya Bu Prih..Salatiga ada kegiatan seninya yang bagus begini..
____
Lah untuk seni pastinya Bali dan Bangli pusatnya, tapi benar koq setiap daerah pasti punya kekhasannya
Ternyata banyak juga seniman topeng Salatiga ya?
Tapi ngomong-ngomong . . .
[bersambung ke “Salatiga how art you #1”]
____
Aha komen bersambung….
Ah iya, kita yang nonton ngeliatnya asik ya bu, padahal yang pake topeng sebenarnya gak nyaman…pengap 😀
____
Wkwk iya Jeng, kita ngeliat yang asiiiknya saja ya, salut untuk setiap pegiat seni di bidangnya masing-masing ya. salam
Bagus juga ada workshop appresiasi mengukir kayu, mungkin saja budaya mengukir kayu akan bisa jadi hobi kreatif. Eh…. itu bulannya kesiangan 🙂
___
Hehe itu juga batin saya, bulannya rajin sudah nongol di sore hari …..
Nah ini dia ukir kayu yang sudah ditebang bukan kayu yang masih dipohon hidup yang menyakiti tumbuhan ya..
Salam
foto bulannya cantik banget mbaak..
topeng bagian dari budaya ya mbak
teringat tari topeng yang kabarnya penari makjn sepuh dan nggak ada yg gantiin
___
Kebetulan sore itu cuaca cerah dengan bulan separoh mengintip
Iya Mbak, ingat rasanya topeng Cirebonan ya yang perlu sekali generasi penerus.
Salam
Berkreasi dan berekspresi lewat topeng.. 🙂
Saya jg pernah baca bu prih, di majalah national geographic, topeng sebagai ekspresi diri para prajurit pensiunan korban perang… karena adanya trauma paska perang.. dengan berekspresi lewat topeng dapat mengurangi efek trauma psikis para prajurit ini.. 🙂
____
Sungguh terima kasih Jeng Tia, ternyata ada kajian topeng sebagai sarana self healing untuk penanganan efek trauma.
Salam hangat kami
Topeng selain ekspresi seni juga berguna untuk ritual ya Mbak Prih…:)
____
Betul Uni Evi, banyak acara ritual dengan simbol topeng, betapa kaya makna dan universal banget ya..