Tag
danau ketek lorek watu gunung, Dawis Anggrek Menyusuri Punggung Gunung Ungaran, gemblong cotot Bandungan, pondok kopi Sidomukti Bandungan, Taman Celosia Bandungan, taman cinta watu gunung, Watu Gunung resto dan resort
Dawis Anggrek Menyusuri Punggung Gunung Ungaran
Dawis Anggrek Menyusuri Punggung Gunung Ungaran….. halah mana mungkin buibu kuat tracking di G. Ungaran? Lah kalau saya tulis Dawis Anggrek goes to Europe via Singapore, juga dipaido. Apalagi kalau judulnya Dawis Anggrek melancong ke USA. Padahal kami beneran ke USA loh, Ungaran-Salatiga-Ambarawa, USA tanpa paspor pun visa. Ini cerita perdolanan Dawis Anggrek di tahun 2018.
Watu Gunung, punggung G. Ungaran sisi Timur Laut
Sedikit lewat dari pukul 07 pagi, kami kesebelasan buibu plus kapten Dawis Anggrek meluncur ke Watu Gunung yang berada di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Perjalanan yang cukup dekat dari Salatiga ke arah Semarang, belok kiri di alun-alun Ungaran. Menanjak mendaki punggung G. Ungaran sisi Timur Laut. Pernah menginap di Lembah Kemenangan Solafide saat retreat beberapa tahun lalu, desa Lerep ini semakin berkembang sebagai desa wisata. Sepanjang jl Srikandi Raya terdapat kolam renang Tirto Argo Siwarak, Watu Gunung, kolam renang Bukit Lerep Indah hingga camping hill Efrata.
Kami merasa sudah datang pagi eh ternyata di parkiran sudah cukup banyak kendaraan pengunjung. Usai membeli tiket masuk, bila pengunjung membawa kamera jenis DSLR terkena charge, kami disambut tatanan alam yang teduh. Watu gunung memiliki konsep resto resort ruang terbuka dan kolam renang dengan daya pikat sumber air alami dan serakan batu gunung di segala tempat.
Hendak ke mana? Di sekitar loket masuk sebelah kanan terdapat resto pendapa dengan gaya Bali, dihadapan langsung menyambut pendapa gaya Jawa Tengah di tengah kolam dengan titian batu yang memikat untuk pepotoan, di sebelah kiri sejumlah saung mengitari situ ala tanah Pasundan. Kami buibu merapat ke pendapa tengah yang sedang berbenah belum buka dasar, menghidu tatanan perabot ala Jawa tempo doeloe.
Yook samperin dulu Danau Ketek Lorek Watu Gunung…. tak sempat menanyakan kisah legendanya. Lansekap saung mengelilingi situ sangat mirip dengan komplek Telaga Purbasari di Dusun Bambu Lembang yang lekat dengan hikayat lutung kesarung. Selalu ada kesamaan pengikat antar daerah ya dari lutung kesarung ke ketek lorek alias kera garis-garis. Kenangan masa kecil menyeruak membaca nama saung alias gubug yang mengambil nama ikan semisal wader, khotes, deduk, chethol. Bagi ibu bapak yang membawa putra kecil mohon pengawasan lekat ya, karena bagian ini memiliki kedalaman kolam yang lumayan sekitar 2 meteran. Terdapat sampan-sampan kecil di sini.
Usai mengitari danau ketek lorek watu gunung saatnya kami menapak ke atas ke arah kolam renang. Tersedia beberapa kolam renang dengan variasi kedalaman yang semua bersumber air dari mata air alami. Masih pk 08.30an namun pengunjung kolam renang ini sudah cukup banyak. Kolam renang dengan lingkungan sangat teduh karena berada di bawah lereng pegunungan dengan aneka pepohonan yang dibiarkan terserak secara alami.
Usai renang hendak mengenalkan buah hati dengan aneka tumbuhan berpohon? Tersedia pohon maja dengan buahnya yang membulat, pohon pala yang berbuah lebat bahkan beberapa buah nampak merekah mempertontonkan pulii selaput merah menyala yang membungkus buji, pohon durian lokal yang saat kunjungan kami berbuah lumayan lebat. Sstt di sisi atas kolam terdapat taman cinta yang teduh loh.
Mind your step, please… kontur yang berombak lumayan menggulirkan keringat, juga hati-hati melangkah ya sobat, begitu banyaknya titian batu antar kolam, beberapa tangga sengaja dibuat dari batu bata. Yuup Watu gunung mengandung muatan petualangan mini. Nitip pesan untuk pengelola, pengembangan ke depan mewadahi minat kerabat difabel yang pengin wisata di resto dan resort ini ya. Lanjut yook, pk 09.10an kami sudah meninggalkan Watu Gunung menuju ke tempat dolan berikutnya.
Pondok Kopi di komplek wisata Umbul Sidomukti
Dari sisi Timur Laut punggung G. Ungaran, kami bergerak ke sisi Timur G. Ungaran. Tepatnya kami menuju kompleks wisata Sidomukti di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Akses jalan ke lokasi ini lumayan sempit dan menanjak, mari persiapkan kondisi kendaraan yang membuat nyaman dan aman. Berembug memilih spot ke arah kolam renang atau ke punggung gunung ke Pondok Kopi dan Pondok Panorama? Puas menikmati suasana kolam renang di Watu Gunung kami prioritaskan mendaki ke Pondok Kopi.
Yook menanjak dan menanjak lagi, eeh kebablasan ke Basecamp Mawar yang penuh anak muda mau mendaki G Ungaran maupun jalur sepedaan ke goa Jepang. Jajaran mawar merah muda yang merambat di areal itu menghasilkan sebutan basecamp mawar. Turun sedikit sampailah kami di Pondok Kopi. Alamak cantiknya pemandangan kearah Timur dengan spot Rawa Pening dan ke arah Utara kota Ungaran.
Duduk di pelataran dengan view cantik pegunungan dengan lembahnya sambil ngobrol ngopi maupun nyokelat cantik serasa membekukan waktu. Camilan tahu goreng, tempe kemul ala Wonosobo dan nasi goreng seafood disantap berbarengan terasa makin nikmat. Buat kawula muda tersedia banyak sekali spot pepotoan, taman yang sedang dalam masa perampungan juga sedikit tracking ke goa Tirta Mulya. Menurut rujukan juga terdapat situs reruntuhan candi yang lain kali menarik disusuri.
Sedikit di bawah pondok kopi yang terasa hangat dengan nuansa kecokelatan, pondok panorama dengan nuansa putih terang dengan sajian pemandangan yang tak kalah elok, kamipun menjajal spot cantik di sini sebelum perjalanan turun. Sepakat melewatkan sisi kolam renang dengan aneka arena permainan menantang kami lanjutkan perjalanan. [Kunjungan ke areal kolam renang Umbul Sidomukti dan kawasan penyertanya yang cantik beberapa tahun lalu masih ngendon di draf postingan]
Kebun Bunga Celosia, Bandungan, sisi Selatan G. Ungaran
Guyuran hujan mengiringi pergerakan kami dari sisi Timur ke sisi Selatan G. Ungaran. Kebun Bunga Celosia yang legi ngehits berada di jalur candi Gedong Songo. Belum terlalu jauh dari gapura Gedong Songo terhampar kebun bunga di desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan. Membludaknya pengunjung memadati kebun bunga yang memiliki tarif HTM Rp 10.000,- .
Pengunjung disambut dengan labirin verticulture pot tanaman hias. Lalu terhampar kebun gerbera dengan elemen jajaran kincir angin. Eit tanpa jeda persis di sebelah ladang bunga patung Merlion mini ala RT Singa menyemburkan air dari mulutnya. Pengunjung bisa sedikit berteduh di area berpayung sambil melemaskan kaki sejenak.
Mau lanjut…hanya di kebun bunga Celosia, menara Eifel penanda Paris berdampingan dengan penanda Holland. Semoga suatu saat beneran ada hamparan tulip, untuk sementara terpajang ladang tulip tiruan berdampingan dengan ladang kembang hortensia. Berkunjung ke kebun bunga Celosia serasa mengunjungi beberapa landmark Eropa (Belanda dan Prancis) dan singgah di rumah merlion Singapura…. Untuk model pengelolaan, bisa mengadopsi pola Farmhouse dan Taman Begonia di Lembang yang lebih tertata. Semisal penempatan photobooth sehingga tanaman di kebun tidak terinjak-injak. Dengan harga tiket masuk yang tak terlalu beda dengan Lembang, Celosia mampu meningkatkan layanan.
Berjubelnya pengunjung indikasi dari hausnya kita akan tempat terbuka hijau. Manteman pengunjung yook kita tingkatkan kesadaran ikut memelihara bebungaan yang disajikan ya biar tetap tumbuh sehat dan dinikmati banyak pengunjung lain juga, please…minta tolong bungkus makanan yang habis disantap kita buang ke tempat sampah yook. Beberapa teman Dawis Anggrek memunguti sampah yang tampak menyolok di sela hamparan bebungaan cantik.
Mampir di seputar Pasar Bandungan
Pukul 13.45 kami sudah bergerak turun dari kebun bunga Celosia. Antrian panjang kendaraan bergerak ke atas berpapasan dengan kami. Jarak ke Pasar Bandungan yang hanya beberapa kilometer dilalui merayap hampir 45 menit. Pupus harapan kami mampir di tahu serasi untuk mencicip tahu goreng maupun susus kedelai om Shien di seberang hotel Elika karena kendaraan tak mampu belok.
Menyempatkan diri berhenti di sekitar pasar. Bandungan tak pernah sepi, mau incip kuliner khas gemblong cotot yg terbuat dari gethuk goreng isi gula pasir, tahu goreng ataupun uli ketan. Belanja aneka sayur segar, tempe khas bungkus daun semacam pandan, atau aneka buah. Khas ibu-ibu, kendaraan pulang sarat dengan oleh-oleh dari alpukat Wina Bandungan, nangka, jambu kristal, pisang pun kelengkeng. Hiks mata saya nyalang dengan sajian dari kios bunga dari aneka anggrek, krisan, kalonche, parijoto dkk. Mengingat berkendaraan bersama mengurungkan niat nyangking tanaman hias. Yook saatnya pulang…..
Ibu-ibu terima kasih untuk kebersamaan indahnya, pergi tak harus jauh dari rumah kan…meniatkan waktu me time ala ibu-ibu semakin bersemangat berkarya dalam keluarga. Wuihh tulisan nan panjang karena semua obyek dirangkum, sangat menyadari kerajinan menulis mengendur nih. Salam kami Dawis Anggrek, sampai jumpa di acara dolan berikutnya….
adelinatampubolon said:
Baru pernah ke Umbul Sidomukti Bu. Kebon Bunga Celosia baru yach bu.
rynari said:
Betul Lina, Kebun bunga Celosia masih baru masih terus penataan. yook dolan Semarang lagi…
bersapedahan said:
dari dulu pengen main ke daerah Ungaran tapi belum kesampean …
kalau ke ungaran mending main kesini kali ya mba .. banyak spot kerennya … apalagi spot selfienya … 🙂
rynari said:
Jalur yg ramai buat para penyuka bersepeda loh. Mangga kami tunggu
Lois said:
Semuanya terlihat cantik dan rapi. Ada juga tanaman buah maja. Bunga Celosia yang saya lihat disini bentuknya seperti jengger ayam.
rynari said:
Bunga Celosia dikenal dengan jengger ayam dengan aneka variannya. Sayang bunga identitas taman ini tidak ditanam secara hamparan luas shg pengunjung langsung kenal ini toh celosiaaaa…
naniknara said:
Saya mau dong gabung dawis di situ aja. Tempat tujuan jalan-jalannya keren-keren
rynari said:
Tujuan jalan-jalan seputar Malang mantap surantap loh Jeng Naniek. Salam hangat
kang nur said:
Sudah lama pingin ke situ mbak… Tapi semua baru rencana, belum pernah kesampaian, semoga suatu saat nanti bisa ke sana
rynari said:
Aloo Kang Nur, mangga tak terlalu jauh koq dari Solo. Wisata Solo dan lereng Lawu juga kian semarak ya apalagi the Tjolomadoe yg baru.
kang nur said:
De tjolomadoe mbak… sebuah cagar budaya yang dijadikan obyek wisata, dari sana kita bisa melihat peralatan untuk membuat gula tebu yang tinggal dijadikan saksi sejarah. Kalau ada waktu luang silakan pinarak mbak…
Evi said:
Destinasi wisata di bawah kaki gunung Ungaran selalu menimbulkan perasaan nyaman ya mbak prih. Hawa dan Suasananya sangat mendukung untuk merilekskan pikiran. Paling suka melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran seperti Anggrek di Ungaran. Asik lah pasti untuk di foto-foto
rynari said:
Iyo Uni Evi. Pergi bareng2 menghadirkan rasa hangat. Suasana gunung meneduhkan dan membuat rileks. Lah bebungaan bonus buat tukang kebun. Salam hangat Uni
Monda Siregar said:
jadi pengen gabung dengan ibu2 Dawis Anggrek yang jalan2nya mengen2i deh..
jadi penasaran dengan sekitar Ungaran mbak, banyak tempat cantiknya
rynari said:
Ayo mbak…. kami tunggu di sekitar Ungaran ngepos di Salatiga yook
L J said:
mak wo Monda nanti pensiun ngepos di salatiga, oma.. diselingi pos-pos lain antar pulau 😎
rynari said:
Amin eMak Saga….pinta harap kami usia pensiun sehat dan dolan kunjungi para sahabat hehe
Himawan Sant said:
Kak, lokasi Watu Gunung ini dekat sama Umbul Sido Mukti , ya ?.
Aku baru ngeh setelah lihat informasi Pondok Kopi.
Bagus juga lokasinya,ya…
rynari said:
Cukup dekat koq hanya beda kecamatan. Watu gunung kec Ungaran Barat. Umbul Sidomukti plus Pondok Kopi kec Bandungan. Terima kasih sudah mampir di sini.
Emaknya Benjamin br. Silaen said:
Bagus sekali kolam renangnya, disekelilingnya asri serba hijau, jadi pengen kesana deh saya bawa anak2 😀 . Di kebun bunga Celosia ada kincirnya juga ya bu, serasa di Belanda 😉 .
rynari said:
Ayoo Ben dan Lisa ditunggu di Jawa Tengah….
Serasa Belanda dan Eifel Perancis….lagi rindu dg landmark khas daerah2 Indo loh semisal khas Batak, Sumba dll etnis eksotik. Salam
Gara said:
Wah, ada reruntuhan candi di Basecamp Mawar? Saya tertarik mengunjunginya Mbak, bisakah diberikan informasi lebih lanjut terkait reruntuhan itu? Hehe.
Gunung Ungaran itu ternyata sangat menakjubkan. Tak heran Nh. Dini menjadikannya novel tersendiri (yang sedang saya ingin banget baca, wkwk). Keindahan alamnya berpadu dengan sebaran tinggalan budaya yang hebat dan punya keunikan sendiri. Betapa lengkapnya. Saya jadi kangen daerah Gunung Ungaran. Terima kasih buat rekomendasi lokasinya, semoga bisa saya kunjungi kapan-kapan. Hehe.
rynari said:
Hi Gara apa khabar? Saya baca sekilas dari seputaran umbul Sidomukti, basecamp Mawar dan Goa Tirta Mulya. Lupa sumbernya disajikan gambar fisik reruntuhan candinya. Ayo Gara, telisik seputaran G. Ungaran cantik loh…nggak jauh juga dengan Candi Gedong Songo yg kawentar. Toss sesama penggemar ibu Nh Dini, duh belum baca yg novel G. Ungaran nih. Salam
Gara said:
Wah siap Mbak, G. Ungaran tidak terlalu jauh dari Semarang jadi petualangan mungkin banget dilakukan, hehe. Saya juga belum baca novel beliau, ini masih mencari, hehe.
rynari said:
Siip Gara. Ditunggu petualangan G. Ungaran dari sisi Gara, pasti asyiik ceritanya. Salam