Ngopi yook
Pulang dari kebun sore hari badan terasa lelah dan ragil ojek penjemput mengajak ngopi yook … Karena masih sore suasana tempat ngopi yang mengusung tema rumahan masih sepi. Bertanya kepada petugas apa menu kopi andalannya, penyedia kopi-coklat-teh inipun menjawab kami siap menjamu sesuai keinginan ibu. Saya ingin kopi dengan rasa khas dan ringan, petugaspun menyarankan kopi kalosi Arabica dari pegunungan Sulawesi Selatan dengan finishing rasa manis caramel grande dan ragil memesan Jamaican choco. Berjajar contoh beras kopi nusantara, upaya yang patut dipujikan karena tempat ini menjajakan hanya kopi dalam negeri, dijual pula beras kopi bagi penikmat yang ingin menggilingnya sendiri di rumah. Dengungan suara penggiling, tetesan dari presser menjadi daya pikat.
Susunan dan materi kursi antar rumpun berbeda seolah disusun dari apa yang ada. Menghargai tidak semua pembeli adalah penikmat kopi dan atau perokok, tersedia ruang tanpa perokok (meski asap kan merambah ke segala arah karena tanpa dinding massif). Menunggu sajian lumayan lama nampaknya konsep ‘bertamu’ hendak diusung, jadi pengunjung yang berkelompok satu meja saling ngobrol jenak kemudian tuan rumah menyajikan minuman, cukup lama berselang baru kudapan yang dipesan datang untuk membangun kesan tamu tidak perlu buru-buru pulang. (kecuali tukang kebun yang sudah kecapaian yang ingin segera menyesap kopi hangat dan pulang …) Ragam kudapanpun sangat ringan antara kentang goreng, sekutel, macaroni dan pancake. Keisengan saya muncul mengapa ya tidak sekalian ragam kudapan khas semisal pisang goreng (seperti coffee street di Pontianak), singkong goreng, ubi kukus dkk.
Salatiga dan kopi ibarat mata uang dua sisi, alam yang sejuk dan kekayaan alam permadani kopi menjadi pemikat sejarah pendudukan Belanda atas Salatiga. Kebun kopi Salib Putih, Banaran dan agrowisata Tlaga semua menjual dunia kopi. Apakah minuman kesukaan sahabat untuk dinikmati di kala santai ?
Kopi mbak, apalagi kalo diminumnya sama pisang goreng, singkong goreng atau roti bakar…duh, nikmat!
______
Apalagi di tempat tugas Jeng Irma yang bercuada sejuk dingin, pisang, singkong, ubi, talas goreng duh hangat lezat plus ngobrol hangat bersama keluarga, kerabat dan sahabat.
Saya hanya penikmat harumnya kopi sj nih Bu Prih.. Hehehe…
Enak ya Bu tempat minum kopinya.. Lama2 disana jg betah… Pasti hilang lah lelah sehabis berkebun ya Bu.. Hehe…
___
Menurut pemikiran saya harum kopilah pemikat utama minuman panas ini. Jadi kerjasama menghirup harum dengan penikmat minumannya saling mendukung. Salam
Saya sama dengan Kak Monda …
Saya peminum Teh
Saya sudah tidak minum kopi lagi Yu …
namun seringkali jika menghirup aroma kopi … saya kepingin juga nyruput satu dua teguk … 🙂
Salam saya Yu
___
Iya Dhimas, tidak semua lambung tahan ya.
Sering menghirup aromanya sudah lebih dari cukup dibanding rasa ingin meneguknya
Salam saya Dhimas
Negri kita emang kaya akan kopi ya, Mbakyuu. Belum lama saya dapat oleh-oleh kopi Arabica Gayo Aceh dari adik ipar. Harumnya luar biasa, sayangnya lambung saya sering protes. Hmm, membayangkan nikmatnya ngopi sama Mbakyuu diselingi ngemil marning (hayah, cocok nggak ya?
)
____
Benar nih julukan negeri kopi, dan kopi daerah Gayo Aceh terbukti enak harumnya. Saya juga bukan penggila kopi banget koq Jeng, selalu terpikat mencicip sedikit dari keharumannya. Kalau kita ngobrol cocok pula ditemani semangkok ronde plus pisang goreng. Eh marning Boyolali juga renyah gurih.
Tidak terlalu suka kopi sebenarnya soalnya sering sakit perut setelah minum kopi, bisa pesan teh manis aja gak? 🙂
___
Ada aneka sajian teh koq. Memang tidak semua orang tahan minum kopi dengan aneka masalah lambung.
saya tidak suka kopi bun, tapi melihat gambar kopi diatas kok seperitnya menarik ya, boleh juga deh saya coba ya minum kopi seperit itu
___
Setiap kita memeliki minuman favorit untuk menceriakan suasana ya dan berbeda kesukaan itu indah. Topping di minuman untuk nambah selera Teh.
sore2 pas ngantuk begini pas bgt ngopi2 bu Prin^^
___
Mangga atuh Neng, sekalian ngumpulin inspirasi nyerpen ya.
Saya jelas penyuka kopi, karena sejak kecil sudah biasa minum kopi hasil kebun sendiri….
Kalau sekarang seringnya minum kopi bikinan pabrik, karena sudah pergi merantau…
___
Terbayang tampilan kopi ose, beras kopi, harumnya kopi sangan
Sempat ada masa dimana bubuk kopi sangatlah tak terjangkau sehingga beredar ‘kopi jagung’ warna coklat kehitaman mirip kopi meski rasa bubuk jagung sangrai yang dibumbui kopi.
lihat penyajiannya, jadi eman-eman mau nyruput. Ntar jadi rusak 😦
____
Iya Jeng, dinikmati dulu gambarnya baru diseruput pelan2 menghangatkan kerongkongan menuju perut