Tag
Kala Mahoni Bersemi
Menapaki jalan Diponegoro alias Toentangscheweg ada yang terasa berbeda, diantara deretan mahoni pohon ki hujan yang menaunginya beberapa pohon mulai terlihat meranggas merontokkan mahkota daunnya. Padahal Maret yang dicandra hujannya ‘mak ret’ intensitas turun drastis baru saja berlalu dan April yang ditandai hujan ‘pril-pril’ alias intensitas rendah belum mencapai puncak purnama, pun parade garengpung masih hinggar penanda awal peralihan musim hujan ke kemarau.
Bila diamati dengan jeli hampir di seluruh ujung ranting terlihat bintik kemerahan yang bertumbuh dengan cepat hingga terbentuk gugusan daun baru, ooh saatnya mahoni bersemi. Dari sosoknya yang meranggas kokoh terlihat bak jemari yang menengadah ke atas menyembul buah mahoni penerus generasi.
Daun mahoni ini sungguh kompak, luruh lengser secara bersamaan di masa kejayaannya pada periode darmanya. Memberikan tempat pada kuncup-kuncup daun baru untuk tumbuh, menguat sehingga sigap tangguh pada masa sulit di puncak kemarau menjelang. Pernah daun dewasa bertanya pada ki pohon, “perlukah sebagian kami tinggal untuk mengawal kuncup daun baru, mengajari mereka menghadapi garangnya kemarau dan pedihnya polusi asap kendaraan bermotor?” Dengan senyum sarehnya ki pohon membalik tanya “begitukah yang berlangsung saat kau teruna?” “Biarlah alam surya (matahari), tirta (air) maupun maruta (angin) mengajarinya, darmamu telah usai” Rasa lega berhias legawa mengiringi lambaian daun mahoni purna tugas, kehidupan bermahoni tak usai.
Bila taman Kaukenhof di Belanda menyambut musim semi dengan tampilan cantik bunga tulip, Jepang dengan sakura dan China dengan bunga peonynya, kebun menyambutnya dengan selamat bersemi mahoni….
Ping-balik: Sumpah Pemuda dalam Visualisasi Karya | RyNaRi
Ping-balik: Weekly Photo Challenge: Spring | RyNaRi
Wuuuiiih, lihat foto ini tuh rasanya gimanaaaa gitu, mbak…filosofinya dalem banget, jadi makin merinding deh saya…
___
Halah catatan ringan dari kebun saja Jeng Irma, sehari-hari menatap pohon mahoni jadinya sok kenal aja hehe…
Ibu… maturnuwuuun…. foto2 cantik mahoni yg sedang bersemi & penuturan filosofi legawa ala daun tua… indaah 🙂
___
Walah orang kebun stok postingannya mahoni rontok aja…
Walau daunnya pada rontok dan tinggal ranting untuk foto malah jadi dramatis ya Mbak Prih. Apa lagi berlatar langit biru begitu, duh, indahnya..
____
Apalagi dari kamera Uni Evi pastinya jadi super cantik dramatis, ayo Uni kangen dengan pajangan foto karya Uni….
Ping-balik: Wangi Peony di Musim Semi | RyNaRi
Penasaran banget dg bunga mahoni. Sudah sering dengar namanya tapi belum paham bener bentuk bunganya.
___
Mangga Jeng Reny, wujud bunga mahoni saya sajikan di postingan ini https://rynari.wordpress.com/2012/10/22/hujan-emas-di-negeri-kita/
Benarkah ini Mahoni? Saya kurang care gitu ya, padahal di kampung Papa menanam banyak Mahini di keun belakang….
Dan ternayta banyak yang bisa dipelajari dari sebuah pohon Mahoni 🙂
____
Karena setiap hari lihat di kebun belakang jadi kurang care ya Jeng Hani. Terima kasih sudah singgah
dari sebatang pohon mahoni, kita bisa belajar banyak ya Mbak. Termasuk untuk belajar legawa 🙂
____
Aha….alam menjadi sekolahan dengan kurikulum sangat lengkap ya Jeng Chi….