Beras dengan Indeks Glikemik Rendah
Meningkatnya prevalensi penyakit DM, menuntut perhatian yang serius dalam penanganannya. Penyakit ini dicirikan dengan tingginya kadar gula darah akibat terganggunya metabolisme karbohidrat. Selain berbagai tindakan pengobatan juga dibarengi dengan pengelolaan pola makan dan pemilihan sumber karbohidrat.
Mengingat posisi strategis beras sebagai sumber utama karbohidrat bagi kebanyakan penduduk, terutama Asia dan khususnya Indonesia dilakukan berbagai penelitian untuk menghasilkan beras yang ramah bagi penderita DM yaitu beras dengan indeks glikemik (IG) rendah. Indeks tersebut merujuk pada kecepatan metabolisme perubahan karbohidrat menjadi glukosa. seseorang yang mengonsumsi pangan ber-IG rendah diharapkan dapat mengelola kadar gula darah melalui peningkatan kadar gula dalam darah yang berlangsung lambat dan puncak kadar gulanyapun rendah.
Pada aras global, dari pengujian didapatkan beberapa varietas padi yang menghasilkan beras ber-IG rendah, diantaranya beras Basmati yang sempat terjadi keributan masalah hak patennya. Negara-negara produsen dan konsumen beras seperti Bangladesh dan Malaysia gencar menyeleksi varietas padi ber-IG rendah. Sedangkan di Jepang, kebiasaan mengkonsumsi nasi yang dimasak dari campuran beras dengan aneka bebijian terbukti menurunkan IG pangan.
Hasil penelitian dari tanah air dari beberapa varietas yang diuji, didapatkan beras dari varietas unggul baru seperti Air Tenggulang, Martapura, Batang Lembang, Margasari, dan Cisokan secara alamiah memiliki indeks glikemik rendah (<55). Beras Ciherang diunggulkan selain berIG rendah juga rasa pulen, sehingga tidak selalu beras IG rendah rasa pera. Beras lokal lain seperti beras merah Aek Sibundong meski indeks glikemiknya tidak terlalu rendah namun memiliki keunggulan pada kandungan antosianin yang berperan dalam perbaikan produksi insulin, perlindungan jaringan kolagen melalui sifat antioksidannya. Selain itu juga dikembangkan metode pratanak maupun pemanfaatan ekstrak teh hijau untuk menurunkan indeks glikemik beras. Indeks glikemik beras tersebut semuanya dibawah nilai dari beras Taj Mahal (IG 60 kategori sedang).
Hasil-hasil penelitian tersebut telah disosialisasikan kepada masyarakat, namun biasanya yang lebih cepat merespon adalah sektor perdagangan yang kemudian mengemasnya menjadi informasi perdagangan dalam bentuk iklan. Sehingga sering terjadi bias informasi, kemasan bahasa iklan lebih menarik. Saat ini di pasaran beredar beras dengan label proDM, dengan indeks glikemik (IG) rendah, dengan berbagai klaim semisal ‘anti diabet’ ataupun kombinasi diet dan diabet. Tidak perlu terlalu berprasangka negatif, namun konsumen perlu berhati-hati dengan klaim yang disertakan. Memeriksa dengan teliti informasi nutrisi sungguh diperlukan karena harga yang dibandrolnya juga termasuk mahal. Mari kita bersama belajar menjadi konsumen bijak. Postingan ini merespon galaunya Nique dalam postingannya yang bertajuk beras organik holistik beberapa waktu lalu
Dan kembali, bahwa penyediaan beras ber IG rendahpun hanya merupakan salah satu alternatif seperti postingan sebelumnya, gaya hidup sehat, pola konsumsi serta keseimbangan olah raga tetap menjadi pilar utama dalam pemeliharaan kesehatan anugerahNya yang luar biasa ini.
Bacaan terpilih:
Nilai Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas Padi. Penelitian Pertanian tanaman pangan. Volume/Nomor : PP27/03 Tahun Terbit : 2008
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr293073.pdf (Sehat dengan Pangan Indeks Glikemik Rendah)
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr312093.pdf (Beras untuk Penderita Diabetes)
http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/assets/media/publikasi/jurnal/j.Pascapanen.2009_1_1.pdf (Penurunan indeks glikemik berbagai varietas beras melalui proses pratanak)
Penelitian di Malaysia, http://www.nutriweb.org.my/publications/mjn0011_2/mjn11n2_art8.pdf
Penelitian di Bangladesh, http://www.academicjournals.org/ajfs/PDF/Pdf2010/Aug/Fatema%20et%20al.pdf
Penelitian di Jepang, http://www.nature.com/ejcn/journal/v57/n6/pdf/1601606a.pdf
Terima kasih infonya, kami petani tengah menanam padi dengan IG rendah bisa minta info lembaga mana yang bisa menguji beras kandungn IG tersebut.
Terima kasih, email saya …. (email disimpan penunggu blog)
____
Terima kasih berkenan singgah di blog ini. Bapak dan teman-teman dapat menghubungi laboratorium di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jl Tentara Pelajar 12, Bogor 16114. Telp/fax 62-251-321762, termasuk untuk mendapatkan informasi laboratorium setempat yang paling dekat dengan daerah Bapak. salam hormat untuk teman-teman petani padi rendah IG. Salam
mbak numpang info..
Ada Beras produksi Indonesia (bukan import) yang indeks glikemiknya rendah (51) dan sudah di uji dan mendapat sertifikat dari laboratorium teknologi pangan Institut Pertanian Bogor, dengan nama dagang: HOTEL SUGAR FREE WHITE RICE kemasannya 2 kiloan.
Dan kita bangsa Indonesia boleh bangga, karena beras ini tembus dan diterima untuk dipasarkan di America bulan May 2012 mendatang dengan merk dagang: WHOLE RICE.
untuk info lengkap silahkan visit http://www.berassehat.com
Terima kasih,
________
Trimakasih infonya, selamat berkarya
betul mbak, umur segini musti mengurangi faktor resiko
tapi bukan berarti kalau makan beras IG rendah terus boleh makan nambah2 kan?
Setuju eda, metabolisme kita menurun seiring dengan penambahan usia hehe, setiap tahapan usia ada keindahannya, Salam.
tanda IG rendah itu ada dimananya ya mbak, jika bertanya pada pedagang beras apakah mereka tahu. beli dimana ya? apa di swalayan besar? salam mbak ry
Sayangnya tidak selalu ada penanda kenampakan morfologinya, saya kurang yakin bila pedagang beras tahu, meskipun beras tersebut sudah beredar di pasaran dengan ‘harga beras normal’. Salam jeng Pu
Iya di sini kami suka makan beras yang dicampur dengan bebijian. Rasanya enak kok, cuma aku belum coba masak di rumah. Kalau makan di restoran saja. Beras bebijian itu ada yang sudah dicampur, atau bisa juga kita sendiri yang campur. Ternyata ada hubungannya dengan IG ya…. Yang pasti aku suka makan nasi campur gandum namanya Mugi gohan. Untuk lauk tertentu paduan rasanya lebih enak.
Begitu baca judulnya aku memang langsung ingat postingan Nique yang itu. Dia kudu baca nih.
Mugi gohan menarik ya, kami baru perkenalkan nasi gandum, melalui pencampuran beras+gandum lebih dekat dengan kebiasaan konsumsi masyarakat umum ya. Salam
bagus artikelnya…