Namaku Gendhuk Limbuk
Gendhuk Limbuk dijumpai di pewayangan Jawa. Berkedudukan khusus sebagai emban, dayang ataupun rewang alias abdi yang khusus membantu di kaputren (kaputrian). Namun sesungguhnya Gendhuk Limbuk bukan abdi yang disuruh-suruh melulu, kedudukannya mengandung unsur para panakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang mendampingi klan Pandawa ataupun Togog Tejamantri pembisik kebenaran bagi klan Kurawa. Bila keluarga Semar dan Togog berada di jalur kasatriyan, Gendhuk Limbuk dan Simbok Cangik menggawangi jagad kaputren, keseimbangan gender yang dirakit elok oleh dunia pedalangan. Gendhuk Limbuk juga merupakan simbol keseharian, betapa setiap titah adalah Limbuk kehidupan, ada di setiap keaadaan. Selamat membaca buku ini, semoga bermanfaat.
Judul: Gendhuk Limbuk (Belajar Kearifan Lokal dari Lingkungan Sekitar)
- Penulis: Suprihati
- Penyunting: Aisha S. Maharani
- Desain Isi: SixmidArt
- Desain Sampul: SixmidArt
- Cetakan Pertama: Agustus 2015
- Penerbit: Penerbit Sixmidad, Bogor (www. penerbitsixmidad.com)
- Jumlah halaman: vi + 91 halaman
- ISBN: 978-602-0997-13-1
Terima kasih ya Mas Rudi G. Aswan yang membidani kelahiran buku ini, memberikan pengantar menawan dan mendandani tampilan hingga buku ini enak dinikmati pembaca. Pun kepada para sahabat yang tak putus-putusnya memompakan semangat menulis buku ini. Salam hangat
Saya suka membaca buku yg renyah,sederhana, tapi penuh makna seperti Limbuk ini. Buku Cak Emha Ainun Najib juga sukai dengan aladan yg sama.
Terima kasih Jeng.
Salam hangat dari Jombang
_____
Siap belajar dari Pakdhe yang produktif dengan tulisan yang memikat
Terima kasih Pakdhe untuk semangat yang selalu dibagikan
Salam hangat kami untuk brayat di Jombang
Ping-balik: Lomba Menjadi Hamba | RyNaRi
gendhuk.. sampaikan ucapan selamat hari kelahiran pada simbok cangik ya… semoga beliau senantiasa sehat2, penuh cinta selalu.. 🙂
___
Simbok Cangik dan Gendhuk terbungkuk haru menghaturkan terima kasih ya Bundo eLJe, doa yang sama untuk peri gigi Kemasan-Kotagede