Tukang Cukur Musiman……
Kumpul keluarga Desember lalu terasa sedikit berbeda, yah karena pohon rambutan yang biasanya berbuah lebat kuning memerah baru terlihat buah muda menghijau. Musim rambutan kali ini bergeser mundur pun musim durian pasangannya.
Ada pengalaman unik mengenai rambutan, sepanjang musim rambutan banyak pedagang musiman yang menjajakan buah pada beberapa bagian ruas jalan yang hampir tetap antar masa, Aneka penanda mulai dari harga maupun jenis ditempel. Nah uniknya ada pula pedagang yang kreatif menuju akal-akalan mendandani durianrambutannya dengan dicukur alias potong rambut rambutan. Pasalnya pembeli sangat menggandrungi rambutan rapiah yang meski ukurannya tidak terlalu besar, warnanya tidak ngejreng bahkan rambutnyapun agak pendek jabrik namun buahnya manis kesat. Walhasil pedagang pasang akal-akalan ‘nyalon’ alias jadi tukang cukur musiman demi menyulap ‘rapiah’ jejadian meraup rupiah.
Mari dulur pedagang rambutan, tidak perlu jadi tukang cukur musiman, pembeli juga semakin cerdas koq dalam memilih rambutan. Dagang yang fair akan disukai pelanggan. Kepercayaan pembeli menjadi sarana mengalirnya rezeki.
Rambutan yang tidak jadi favorit sebagai buah segarpun juga mendapat tempat sebagai buah olahan, pemilahan jenis sesuai dengan peruntukannya akan mengurangi kerugian dan meningkatkan nilai tambah. Seandainya…seandainya lho semua pihak bekerja sama, petani rambutan juga memilah jenis melalui penanda rasa, berangsur mengganti/meremajakan tanaman dengan jenis unggul untuk konsumsi segar. Pemulia meramu jenis unggul umur genjah.
Buah rambutan dengan kriteria seperti apakah kesukaan sahabat….Berharap tak ada lagi pedagang rambutan yang jadi tukang cukur musiman…..
*Postingan terinspirasi peri harumhutan yang hobi panjat rambutan, terima kasih Jeng Wiend
walah bu.. setelah bolak-balik baca.. baru ngeh maksudnya apa.. 🙂
____
Sisi lain dari musim rambutan saja Jeng, biar agak beda….
suka yang merah besar-besar dan bijinya kecil. nggak tau dari jenis apa.
____
ukuran besar biji kecil berarti daging buahnya tebal ya Jeng Naniek, selamat menikmati rambutan….
saya paling suka jenis rambutan yg kuning saat matang itu lho bu.. hm, manis & kering (tak berair..) kalau yg kuning tak dapat, yg gundul kemerahan pun jadilah… asal bukan yg merah berambut panjang & kemocor itu… meski memang manis juga tapi kurang suka dg kemocornya hehe… *maaf, gak hafal nama2nya buu…
____
Sama koq Jeng, saya juga tidak paham nama dagang aneka jenis rambutan, nyobain manis-kesat-nglotok bungkus, meski sering keliru juga hehe..
Nah Jeng itu istilah kemocornya bikin kangen, kebalikan dari kesat kering ya.
Salam
ya ampuuuun… super kreatif. tapi kan akhirnya setelah dimakan orang juga jadi tahu bahwa rambutan rupiahnya itu hasil cukuran ya Bu Prih…
____
Nah ini suara dari Jeng Dani, pakar pemasaran…..
harus kreatif namun tidak merugikan konsumen yang berdampak negatif balik pada pedagang hehe…
Ibuuuu…aku bosen liat rambutan, ci akang matahari suka banget, begitu habis minta dibeliin lagi -___-”
____
Penanda Akang Matahari pecinta buah lokal rambutan (hatur nuhun AM), yook mumpung musim raya rambutan deui jeung deui……
Bermaksud mengelabui konsumen dgn mencukur rambutan, kreatif tapi gak bener….
_____
Dengan pengertian bersama kiranya perdagangan buah lokal makin baik ya Pak tanpa perlu akal-akalan…
Habis makan rambutan, berkunjung ke mari ketemu ulasan buah rambutan. Aku suka banget rambutan rapiah Mbak Prih. Kecil tapi manis 🙂
___
Banyak sekali penggemar si mungil manis rapiah ya Uni Evi. Meski musim rambutan tahun ini bergeser kiranya tetap jadi sarana rezeki bagi semua. Salam
Saya kurang begitu suka rambutan …
entah mengapa …
rasa manisnya itu … biasanya membuat saya batuk … atau bahkan sakit gigi (hah om-om rewel ki …)
hahaha
Salam saya Yu
(27/2 : 8)
____
Setiap buah memiliki penggemarnya sendiri dan setiap kita memiliki kegemaran buah tertentu koq Dhimas (mari pilih buah yang tak butuh energi tinggi tuk mengenyamnya)…
Cukup banyak yang sensitif batuk oleh rambutan ya
Salut tetap setia dengan program 27/2:8 nya
Salam