Pohon Randu Pelabuh Rindu
“Datang yook reuni nanti, kita kenang kebersamaan kita 40 tahun lalu” demikian ajak sahabat kebun dari Jember. Iya ya, sesekali datang ah, saya termasuk tidak rajin menghadiri reuni. Kecuali reuni di kebun keseharian, kami digerudug para alumni kebun yang tersebar. Nah jadilah kami R40A hari Minggu 7 Oktober 2018 lalu.
R40A. Yaak reuni 40 tahun AMBISSI. Empat puluh tahun lalu, kami teruna unyu-unyu bergabung di padhepokan besar di Baranang Siang. Dari seantero Nusantara, bahkan saat itu cukup banyak sahabat dari RT tetangga negeri jiran yang berguru bersama. Berlabuh di hamparan rumput lapangan Baranang Siang.
Sesekali guyuran halus gumpalan kapuk randu yang pecah dari buah tuanya menyiram kami. Rambut berserpih putih tak mengapa, malah membuat kami tertawa bahagia. Ini bagian dari mimpi mandi salju di negara aslinya. Yak mimpi di rajut dari bawah pohon randu.
R40A. A merujuk pada AMBISSI, nama angkatan kami. Angkatan Mogok Belajar Inginkan Situasi Stabil. Terkenang kala mogok belajar bersama, gejolak politik kala itu. Saatnya kami yang berdemo di kampus tetiba terkurung karena semua pintu masuk keluar di blokir oleh pasukan pengamanan. Kakak tingkat dan sahabat yang sedang orasi diciduk. Suasana terasa kalut mencekam.
Sosok itu ya sosok itu bersepeda onthel, menerobos barikade pengamanan. Sosoknya yang bersahaja tak terduga meloloskan beliau masuk ke lapangan. Segera beliau masuk meraih mikrofon, menenangkan kami para anak didiknya. Meyakinkan aparat keamanan bahwa demo berjalan dengan aman. “Ya saya penjaminnya, Rektor kampus ini” inilah rekaman kuat dalam ingatan, sosok Alm Bapak Prof. H. A. M. Satari yang akrab disapa Pak Satari.
Nah hari ini Minggu 7 Oktober 2018, kami mengenangnya. Oh ya angkatan kami masih menganut awal tahun ajaran bulan Januari dan itu adalah angkatan terakhir, karena angkatan berikutnya hingga saat ini kita menganut tahun ajaran baru per Juli.
Taman Koleksi alias Takol adalah bagian kenangan yang tak terlupakan. Rimbunnya keteduhan pohon randu dan aneka pepohonan. Saat diskusi belajar bareng di bawah pohon. Adakalanya belajar, adakalanya pacaran hehe.
Menatap Gedung Pusat tempat aula kami mendaftar ulang pertama kali. Melongok ruang kuliah fenomenal ruang Kimia, Fisika dan Botani. Kawah chandradimuka tempat kami digembleng juga merajut persahabata. Eh demi kenangan, kami menggusur sejenak anak-anak yang sedang berkegiatan di ruang kimia.
Mengenang gedung TPB markas kami selama tahun pertama yang telah tergantikan dengan Botsquare. Teringat antrian mendapat tempat duduk di depan agar dapat mendengar kuliah dengan jelas.
Selamat datang Om Tante sapa santun mereka. Angkatan berapa Nak? Kami angkatan 50, aha terbahak karena kami angkatan 15. Santunnya mereka menyapa Om Tante, tidak Opa Oma, membuat kami merasa bukan sangat tua namun tua juga hehe.
Kami seangkatan 15 berjumlah sekitar seribuan. Kebanyakan masuk melalui program Proyek Perintis II, mahasiswa masuk tanpa test. Model saringan adalah raport dan peringkat yang digagas oleh Alm Prof Andi Hakim Nasution yang kemudian menjadi Rektor yang menandatangani ijazah angkatan kami. Selebihnya adalah peserta dari PP I yag masuk melalui jalur test.
Kerja keras luar biasa dari panitia, menghimpun kami yang terserak. Hadir sekitar 300an peserta, capaian tinggi sekitar 30%an. Kami mengenang para sahabat yang telah mendahului kami ke haribaan Sang Pencipta. Beberapa hadir dengan kursi roda didorong putra didampingi istri pun cucu. Adapula yang bertelekan semacam tongkat dan berekspresi ceria. Puji syukur diperkenankan berjumpa teman lama.
Lah sebegitu banyak emangnya saling kembali ingat dan kenal. Saya pribadi termasuk yang sulit mengenal kembali, ingatan dan faktor U adalah fakta tak terbantahkan. Dari kumpulan besar 6 Fakultas puluhan jurusan, byur terbentuk kelompok bauran dari jurusan yang sama.
Kami dari jurusan Ilmu Tanah, Fak Pertanian seangkatan seratusan lebih. Bersyukur hadir lebih dari 20 person. Salam teksturer demikian sesanti kami. Semoga berkesempatan berjumpa dalam waktu yang tak terlalu lama dalam sukacita yang lain. Eh semakin menua ternyata semakin rindu ketemu teman lama. Syukurlah kami terikat pada pohon randu pelabuh rindu.
Oh ya melalui postingan ini, saya ingin menyapa Ibu Enny, kakak angkatan A678 yang tetap kompak, aktif ngeblog dan mengajar meski sudah pensiun dari Perbankan. Halo Dhimas eNHa, seleb blogger yang kondang. Adapula Diajeng Mechta, punggawa di kota batik Pekalongan yang rajin menerbitkan buku. Hai NakOyen, anak angkatan lah mau disebut adik jaraknya jauh sekali, meski tinggal sekota belum jumpa hehe. Salam rindu dari pohon randu kenangan.
Bagaimana kenangan reuni para sahabat pembaca RyNari.
Oyen said:
wow… kangen kesana lagi…
rynari said:
Nak Oyen apa khabar? Salam tuk putri dan putranda terkasih ya.
harumhutan said:
seruuu yaaa ibu peri, reuni mengulang rindu pada setiap sudut dan tempat,
juga pada kisah yang pernah singgah
pohon randunya awet ya?
rynari said:
Rindu Jeng Wiend…… yuup pohon randunya awet ukurab buesar atau kalau sudah turunannya yg juga raksasa. Ingat Bogor ingat peri harum hutan
harumhutan said:
sudah tidak di bogor lagi ibu peri, kapan jumpa?
rynari said:
Pengin sekali. Saat tilik anak2 di ibu kota saya kontak Jeng Wiend ah pengin jumpa…
bersapedahan said:
wah reuni 40 tahun … woww
reuni di kampus dengan bangunan tua seperti ini dengan pohon2 besar dan rindang ditambah kisah yang terjadi pada masa kuliah bener2 historical … akan terus terkenang … cerita epic yang sangat membanggakan
salam
rynari said:
Yuup Kang. Mensyukuri berkat kenangan saat perjuangan. Belajar jauh dari keluarga dan adaptasi lingkungan. Kampus tua yang nostalgik.
Keteladanan arti seorang pemimpin yg ngayomi.
Salam
Monda Siregar said:
pas bu de udah mahasiswa, aku masih smp deh he.. he…
reuni itu memang menyenangkan ya bu de, .. walau udah banyak yang tak dikenal..
salam sehat selalu buat bu de
rynari said:
Haha…jalinan antar generasi melalui ngeblog ya.
Sesekali reuni sambung silaturahmi. Salam sehat juga tuk mbak Monda sekeluarga.
alrisblog said:
Saya kemaren sore melewati jalan besar depan kapuk randu itu. Siang tadi melewati depan kampus yang di gunung gede yang sekarang berubah jadi School of business.
Saya 3×3 bulan = sembilan bulan belajar 日本語 di pusat bahasa yang di gunung gede, dulu dari tahun 1999 – 2001. Saat ini begitu Nihongo ada kesempatan mau dipraktekkan eh malah bablas karena lamaaa gak dipakai. Rasanya pengen balik lagi ke gunung gede untuk ikut belajar bahasa itu lagi. Tapi kayaknya sudah pindah pusat bahasanya.
Reuni yang bikin semangat menyala lagi tentunya. Minimal semangat jalinan silaturahmi untuk mba Prih.
rynari said:
Wow Uda Alris sangat akrab dengan Padepokan ini. Mulau Baranangsiang, Gununggede dan Taman Kencana.
Belajar Nihonggo ya Uda, bahasa yang nyeni sekali. Kini pusat kampus di Dramaga.
Betul Uda, silaturahmi gizi merawat rasa suka cita bersyukur atas kesempatan anugerahNya.
Selamat berakhir pekan.
Evi said:
Merinding membaca aksi heroik dari Profesor Satari, Mbak Prih. Semoga arwah beliau mendapat tempat mulia di sisi-Nya. Amin
rynari said:
Amin. Iyo Uni, keteladanan beliau menginspirasi pemimpin yang ngayomi, melindungi warga yg dipimpin. Terima kasih Uni sudah mampir. Salam hangat
edratna said:
Wahh senengnya reuni….
Angkatanku mulai jarang reuni lengkap nih, satu per satu mulai berhalangan, maklum sudah kepala enam semua. Yang masih aktif mengajar, karena Profesor pensiun nya usia 70 tahun, sibuk membimbing dan mengajar para mahasiswanya.
Kangen juga mengenang kita duduk-duduk di bawah pohon kapuk randu…belajar dan tertawa bersama sahabat tercinta, deg2an melihat papan pengumuman, apakah kita termasuk yang lulus.
rynari said:
Hadir reuni terinsiprasi bu Enny dan kakak2 A678. Leres ibu, kenangan semangat muda. Perjuangan deg2an merapal doa lulus. Salam sehat ya Ibu.