Tag
flora warisan zaman kambrium, Gunung Machinchang, Langkawi skybridge, Langkawi skycab, Menggapai Skybridge…tracking to hanging
Menggapai Skybridge…
Salah satu alasan kuat mendaki Machinchang dengan skycab adalah menikmati Langkawi skybridge yang kawentar. Aneka foto cantik bertebaran. Pun ulasan pembangunan jembatan gantung lengkung dengan teknologi tinggi Switzerland. Paduan teknologi tinggi di tengah alam rimba Langkawi, jembatan ditopang oleh satu pilar utama raksasa dengan beberapa tali baja penyangga. Betapa sedikit hutan yang dibuka, alam hampir tak terusik.
Mencari jalan turun ke jembatan dari top station berjumpa dengan loket, ternyata jalur ini tidak termasuk dalam paket terusan. Dari 21 peserta dalam grup, kami ber 5 merogoh kocek @ 5MYR untuk tiket tambahan. Saat kami bertanya ancar-ancar jarak, dijawab “Anda hanya perlu tracking sekitar 10 menit sekali jalan” Hah…tracking….di medan belantara Machinchang, selama ini tidak pernah atau melewatkan membaca tulisan tracking menuju jembatan cantik ini. Dengan saling menguatkan bersesanti kompor inilah landmark Machinchang kami merayap menuruni tangga dari tangga putar, bersambung tangga tanah, kayu hingga batu. Dua menit tracking, salah satu dari kami ber 5 undur diri….yook ach perlahan menggapai skybridge.
Mendengar nafas ngos-ngosan beberapa wisatawan muda, wajah lelah namun rona wajah puas dari pelancong sepuh yang berpapasan, membuat kami tidak perlu bertanya tentang medan. Penanda watch your step….mind your head…cukup mengingatkan kami agar cermat hati-hati melangkah, berbagi jalan antara pelancong yang menuju dan yang balik dari jembatan pada satu jalur. Kerjasama dan saling tenggang rasa diterapkan.
Peluh yang mengucur terbayar lunas saat kami menggapai skybridge yang tergantung antar puncak anak gunung…. Tracking to hanging…. Menggantung…melengkung sepanjang 125m yang diakui sebagai jembatan gantung lengkung terpanjang di dunia saat ini. Melepas lelah sambil mengganti cairan tubuh pastilah dilakukan melalui bidik kamera. Terlihat karang tegak menjulang tempat sky cab top station berjangkar, kekuatan maha besar pengangkatan dasar laut.
Birunya laut Andaman…..mata membujuk gugusan yang kecil di sana adalah bagian dari pulau kecil di Thailand Barat Daya….. Berputar menikmati Samudra Hindia dengan Pantai Kok melatar skycab middle station ….
Mengagumi bagaimana baja dan hutan berpadu pengaguman teknologi ditengah dukungan alam….
Hayooo tidak terlalu lama kami harus kembali, sangat menyadari standar waktu 10 menit sekali jalan alias 20 menit pp pastilah membengkak dengan kecepatan jalan kami yang dibawah standar.
Bagi pembaca yang merencanakan kunjungan ke Langkawi, khususnya skycab Machinchang ini bonus berita menyenangkan. Saat ini sedang dibangun jalur langsung dari puncak ke jembatan, sangat pendek dan tidak perlu tracking, jalur bersisian terpisah antara pelancong yang menuju ke dan kembali dari jembatan. Saya bayangkan pada saatnya akan ada pengaturan kapasitas jembatan demi keselamatan bersama mempertimbangkan daya dukung jembatan. Bila saat ini terasa bebas karena pelancong nekad merambat menggapai skybridge belum terlalu banyak.
Saatnya kembali ke puncak…melangkah pelan, sesekali memotret amatan flora warisan zaman kambrium yang beradaptasi dengan zaman kini yang relatif belum terusik di habitat aslinya. [menurut catatan ukuran individu flora lebih kecil namun saya gagal paham lebih terasa ngos-ngosan menanjak saja hehe]
Yes…I’ve done…demikian seruan sesama pengunjung saat sampai di atas. Menggapai Skybridge…tracking to hanging
Mengabadikan sejenak tangga yang saya perkirakan untuk turun menuju ke jembatan, bersisian dengan jalur escalator (kah?) untuk arus kembali. Mari perhatikan dengan seksama rapihnya pengerjaan proyek ini tidak nampak pembongkaran lahan yang menelantarkan tumbuhan alami hutan rimba Machinchang ini. (Terima kasih Monic dan keluarga, sahabat pembolang nekad hingga menggapai Langkawi skybridge, semoga jumpa di petualangan berikutnya ya)
*Kelok Sembilan di SumBar tak kalah elok dengan titian gantung ini….*
Hebat mbak…bisa mengabadikan hal itu sungguh luar biasa..liatnya saja cukup mengerikan …salam mbak
___
Hehe…Bli, ambil fotonya setengah gemetaran serasa jembatan goyang padahal sungguh kokoh
Salam hangat tuk kelg
Bagus sekali ya…..indahnya pembangunan yang menyatu dengan alam tanpa merusak keindahannya.
___
Penyejuk mata dengan yang hijau-hijau. Alam Sumbar hijau dengan pesona Minang juga memikat ya Bu. salam
Yang seperti ini yang kadang bikin iri, Bu, betapa bangunan megah bisa terbangun dengan tanpa merusak alam
___
Iri positif sebagai pemacu karya ya Pak. Bila semua hasil studi banding ditelaah dan diberlakukan secara lokal kultur kita ya. Salam
Wah cakep ya jembatannya.
Mereka sangat menghargai alam. Salut.
____
Kebayang dengan kelok sembilan SumBar nih Uda, karya putra bangsa membanggakan
gamang bayangin jalan di atasnya..
hadeeh.. kelok sembilan itu juga bikin penasaran.., padahal udah dekat dari Payakumbuh
___
Saya juga hanya njajal sepenggal jalan koq Mbak, dapat rasa lengkungnya lalu sudah
Semoga lain kali kita bisa barengan tour kelg besar ke kelok sembilan ya mbak…colek emak eLJe…
minang maimbau.. ms dan peri kebun dipanggil balik ke kelok sembilan.. 😀
____
Iyooo Uni eLJe…..pesona Minang tak kan lekang, semoga lain kali kembali berkunjung, begitu banyak keelokan yang ditawarkannya.
Aiih jembatannya bikin mulut menganga Mbak Prih. Kok ya Malaysia mampu membuat yang seperti ini sementara kita belum ya. Padahal banyak bqnget tempat di Indonesia yg bisa dibangun jembatan seperti ini 🙂
____
Uni Evi, pemandangan di kelok sembilan tak kalah eloknya…..
Saling belajar antar tetangga ya Uni untuk ‘menjual’ tempat wisata yang terawat indah. Salam