Tag

, , ,

Hi Didu…suka kamu…

menyatu dengan alam

Aneka komponen dari perjalanan, dari daya pikat dan spesifikasi kawasan yang dituju entah alam maupun budaya, pernak-pernik transportasi juga akomodasi. Ada saatnya akomodasi menjadi pertimbangan utama semisal kita hanya ingin keluar dari rutinitas dan hanya ingin santai di suatu tempat mulai dari inap hingga aneka aktivitas menyatu. Tak jarang, akomodasi menjadi semacam transit, masuk pk 20 malam lalu mandi, packing, istirahat hingga sarapan esok hari lanjut perjalanan ke tempat lain. Mengingat ragam keperluannya aneka gaya penginapan tersedia memenuhi kebutuhan pengguna.

Didu’s homestay

Ini salah satu gaya menginap kami. Utusan sahabat yang ditugasi menjemput kami  dari Banyuwangi ke Jember sempat ragu, benarkah ini jalan menuju penginapan? Menyusuri jalan pedesaan kami menghampiri rumah berpagar kayu di Desa Rejosari, kecamatan Glagah, Banyuwangi. ‘Selamat datang…. saya Maya, ini Ibu saya dan suami saya, Mas Djoko’

Resepsionis bersanding pawon

Meja resepsionis layaknya lobi hotel berada di bawah pohon berdampingan dengan pawon alias dapur dan pendopo tempat tetamu beraktivitas mau secara pribadi maupun bersosialisasi. Pawon…ya pawon yang biasanya disebut dengan predikat ‘belakang’ justru di balik berada di depan. Loh bukankah masa kecil kami juga kalau kami kangen kumpul di rumah orang tua, tempat ngariung utama kami juga di pawon? Ngobrol seru sambil menyiangi sayur atau cuci piring. Kitchen is a common space, lets keep it clean for other guests. Yuup tetamu silakan mau ambil air minum, atau masak air untuk membuat teh pun kopi. Masing-masing mencuci peralatan makannya sendiri dan menatanya dengan rapi. Ini homestay alias rumah tinggal bung mari masing-masing menjaga kebersihan.

Melongok kebun dari jendela pondokan

‘Mari saya antar ke kamar’ ajak mbak Maya, dibukanya gembok pintu pondok gedhek. Pondok gedhek…..melontarkan pada masa kecil saya di lereng Lawu. Rumah kecil berdindingkan anyaman bambu, tak kan terasa sumuk gerah di siang hari karena begitu banyak ventilasi alami dari sela anyaman. Alamak pondok gedhek di tengah kebun, bagaimana kalau kulit halus anak mama digigit nyamuk? Tenang…setiap tempat tidur diperlengkapi dengan kelambu. Tidur secara ekologis di alam. ‘Kamar mandi ada di sisi kiri ya Ibu’ yuup… serasa mandi di bawah pohon petai, rindangnya matoa, lambaian daun pisang nih, shower under the sky. Tak perlu takut lupa kode sandi pintu jendela, masing-masing diselot dengan model lama semisal palang pintu.

kelambu tidur ekologis

mandi di bawah pohon petai

‘Dari mana Ibu tahu tentang penginapan kami?’ pertanyaan wajar mengingat dari 7 pondok yang disediakan, dominansi pengunjung adalah pelancong mancanegara. Kebanyakan datang ke Banyuwangi dengan tujuan utama trip Kawah Ijen. Banyak yang datang siang atau sore hari, istirahat dan dini hari ke Kawah Ijen dan siang harinya sudah chek out.

Pendapa santai

Serasa perpaduan konsep rumah Bali, para tetamu seolah keluarga yang tinggal di pondok dan tersedia semacam banjar atau pendopo untuk mewadahi aneka aktivitas. Mau membaca, nonton TV, mendekam dalam buaian hammock, atau pesan layanan pijat. Enjoy every moment, be your self. Pendopo terbuka di tengah kebun yang dikelilingi parit dengan ikan yang berseliweran. Jadi teringat konsep bangunan di museum Ullen Sentalu di Kaliurang Yogya.

sarapan yook

Layaknya konsep kebun, tak ada individu yang tak terikat dengan komunitasnya, pengelolaan penginapan ini juga senada. Penginapan yang sedang memperluas fasilitas ini menggandeng tenaga setempat untuk layanan kamar dan kebun, mau makanan selain sarapan yang disediakan penginapan hayook dipesankan dari luar, mau dolan secara private atau open trip difasilitasi. Dolan Sanggar Genjah Arum dan Baluran ala kami juga atas bantuannya. Trim mbak Magda dan mas Nov.

Saat teman menanyakan, bagus kah penginapannya, saya kesulitan menjawab, lah kalau dilanjutkan dengan fasilitas kolam renang atau ruang ngegym kan repot. Kalau ditanya, suka nggak nginap di sana, lah itu saya mudah jawabnya, Hi Didu…suka kamu… Sang empunya Mas Djoko dan mbak Maya yang besar di samudera, sering kedatangan para sahabatnya dari mancanegara yang ingin menikmati keindahan Banyuwangi. Peluang yang dikemas menjadi usaha. Lah koq namanya Didu sih mbak, koq nggak yang lain…’hehe Didu itu kenangan panggilan sayang-sayangan kami, Ibu’ Nah kan.. Hi Didu…suka kamu… [bukan postingan pesanan review hanya rasa suka emak kebun saja]