Tag
Ao dai pakaian tradisional Vietnam, Cho Han, Han market, lotus seed oleh-oleh Vietnam, wisata pasar tradisional
Kehangatan Pasar Tradisional, Cho Han – Han Market Danang
Saat swaisolasi dengan #jaga jarak selama Pandemi Covid 19 ini, tempat paling sulit menerapkan jaga jarak adalah pasar tradisional. Interaksi yang intens antar pedagang dan pengunjung pun pembeli susah menghindari persentuhan.
Mari bercerita tentang pasar. Pasar tradisional selalu menghadirkan kehangatan yang khas. Ada aura lokal yang terasa kental. Tradisional tidak selalu kumuh, ‘ndesa’ loh. Dengan kemasan yang cermat, pasar tradisional menjadi daya pikat wisata, bahkan bagi pengunjung mancanegara. Berikut contohnya.
Kota Danang yang berada di Vietnam Tengah merupakan kota no 3 di Vietnam. Menawarkan 2 pasar tradisional sebagai destinasi wisata yaitu Cho Han atau Han Market dan Cho Con atau Con Market. Mengingat kehangatan pasar tradisional ini disajikan dolan ke pasar Han atau Cho Han.
Pasar tradisional tidak harus semrawut. Kami naik grabcar dari hotel dan berhenti di jalur yang diizinkan. Berendengan menulusuri dan menyeberangi jalan ke pasar. Tak ada yang ngeyel turun mobil persis di depan pasar.
Tersedia aneka cindera mata di pasar ini. Aneka tas khas Viet Nam atau Danang, dompet, syal dengan bordiran apik. Topi anyaman yang mirip caping dengan hiasan menyala atau mau membeli Ao dai, pakaian wanita khas Vietnam.
Kendala bahasa tak menghalangi. Cukup banyak pedagang terutama yang muda lancar berbahasa Inggris. Komunikasi melalui kalkulator untuk tawar menawar bila pedagang dan pembeli kesulitan nyambung bicara. Tak beda dengan perilaku di Thailand.
Salah satu tujuan ke pasar tradisional adalah makan di warung lokal. Aneka menu lokal menggoda. Tersedia menu halal bagi pembeli. Sayang kalau melewatkan buah-buahan lokal. Musim yang mirip dengan Indonesia, sajian buahpun mirip.
Segelas jus alpokat tanpa campuran yang sungguh leker dengan paduan gurih khas. Apabila ingin rasa lebih ringan segar minta campuran alpokat jeruk, harganya juga lebih murah dari alpokat murni.
Kenyang menikmati kuliner, mari sempatkan mengagumi dagangan hasil bumi. Ada hasil laut, berupa udang kering atau ebi dengan ukuran jumbo nan bersih. Jajaran kacang mete dengan ukuran super. Sayuran segar dengan penataan apik. Rasanya kualitas super market harga pasar tradisional.
Gundukan bawang tunggal atau kita sebut bawang lanang menggoda. Aneka cemilan khas dengan kemasan apik. Pastinya saya menuju ke pedagang lotus seed, biji lotus. Pedagang menawari mau yang masih mentah atau yang tinggal saji incip. Sudah intip oleh-oleh khas Vietnam dan harganya, sehingga langsung tawar dan timbang saja.
Rombongan kami sampai 2 kali di hari berbeda berkunjung ke pasar ini. Menyadari variasi dan harga cindera mata di pasar Han lebih rasional.
Kunjungan ke 2, mari jelajahi lantai atas. Running text dengan sambutan Welcome to Han Market diabadikan ah… Lantai atas fokus untuk produk kain. Gerai penjual pakaian jadi dengan pola flora sangat banyak. Rasanya mirip dengan pakaian ala pantai di Bali. Pilih dres, hem, bluose, pakaian anak bahkan untuk balita dengan corak menarik.
Kekuatan Vietnam mengemas pakaian khas daerah menjadi daya pikat wisata. Berjumpa dengan pedolan mengenakan Ao dai, pakaian wanita kha yaitu paduan celana panjang dan tunik panjang hampir semata kaki. Petugas hotel, resto mengenakannya sebagai pakaian kerja.
Kebayang kan kalau turis mancanegara berkunjung ke Yogya dan mereka mengenakan kain plus kebaya hampir di segala sudut, memborongnya menjadi bagian oleh-oleh Semoga suatu saat terwujud.
Tersedia aneka pilihan. Langsung beli jadi sesuai ukuran tersedia dari S hingga sekian XL. Hmm pilih kain sajalah nanti jahit sendiri atau dijahitkan penjahit langganan, oke pilihan warna meriah lengkap.
Ukuran khusus dan mau jahit langsung? Dilayani loh, hanya perlu waktu sekitar 1 jam. Peminat datang langsung pilih kain, ukur dan jahit. Selama nunggu silakan berbelanja. Luar biasa semangat pedagang memanjakan dan memancing pengunjung merogoh kocek.
Harga Ao dai mahalkah? Bila kita memilih kain halus tentunya lumayan mahal sekitar 1 jutaan. Yang eksklusif bahan sutra juga tersedia. Sajian di pasar Han, kebanyakan tertulis 250K, teman menawar jadilah 220K. Dengan kurs VND 0.6 rupiah, harga pakaian jadi sekitar 150K rupiah. Rasionallah tinggal pakai, dengan bordir cantiknya.
Kehangatan melongok pasar tradisional, menikmati alunan nada pendagang merayu pembeli. Penataan meriah menjadikan kenangan yang apik. Nah kan pasar tradisional ini menyedot aliran uang belanja masuk.
Pasar tradisional kita juga tidak kalah memikat. Tentunya perlu edukasi dan pendampingan berkala dari instansi terkait. Semisal santun menawarkan, kebersihan lorong dan stan dasaran jualan, ada rentang harga kesepakatan sehingga tidak jor-joran dalam penetapan harga.
Mari jadikan pasar tradisional, kekayaan budaya bangsa menjadi salah satu destinasi wisata yang dirindukan pengunjungnya. Salam
harumhutan said:
oleh olehnya ga sampai ke saya bu priga jauh beda ya bun sama pasar tradisional di indonesia, ini saya malah liatnya ke di bali heheh, padahal di vietnam..
bu pri halan halan terus, mantappu jiwa bu..
rynari said:
Aha…. serasa pasar lokal dekat rumah kita masing-masing ya Jeng.
Bukan sering halan-halan Jeng. Menulisnya yang lebih jarang. Salam hangat yaak
bersapedahan said:
pasarnya koq tidak begitu ramai dan padat ya … belanja di sini bisa terapkan fisical distancing .. btw lantai dua-nya bagi saya sih mengingatkan Mangga Dua, hanya bedanya disana ada yang jual baju khas Vietnam 🙂
rynari said:
Benar sekali tidak uyel2an atau ngepasi ya. Hehe #jaga jarak terjadi nih.
Itulah, artinya pasar lokal kita juga apik jadi destinasi wisata. Tinggal agen wisata masukkan sebagai agenda.
Salam
Olive B said:
Da Nang hanya jadi kota transit waktu ke Hoi An dan sebelum turun ke Sai Gon, cuma sempat minum kopi di stasiun kereta dan makan bihun kuah di kedai depan stasiunnya.
Btw, selama di Vietnam kemarin selalu minum jus entah di emperan maupun di kedai makan, enak dan kental ya. Sebagai penggemar jus, sukaaa
rynari said:
Toss mbak Olive, ikutan ke Danang dengan incaran utama Hoi An.
Yup untuk jusnya terasa kental buah, sy pas musim jambu biji, setiap kali jajan jambu biji dimakan langsung aja enak hehe.
Kangen artikel kuburan mbak Olive, runut lagi ah.
Olive B said:
lagi hiatus cerita kuburannya, masih dalam antrean haha