Diencrit-encrit
Cukup sulit untuk menterjemahkan judul diencrit-encrit, mungkin yang agak dekat adalah dikeluarkan secara berangsur, meminjam istilah angsuran pada aktivitas kredit. Berbagai alasan yang melatarbelakangi kegiatan ngencrit-encrit ini, diantaranya masalah kapasitas, kelancaran sarana pendukung ataupun karakter ‘pengencrit’
Topik diencrit-encrit ini muncul tatkala beberapa sahabat memberikan komentar loh koq tukang kebun cukup sering dolan blusukan …. Nah sebelum terlanjur membesar menjadi opini yang berkaitan dengan pembohongan publik, tukang kebun buru-buru memberikan klarifikasi [weladalah bahasanya sok kêrèn] Kalau tukang kebun sering dolan bisa dikeplak juragan kebun, ditopang di halaman belum ditanam pohon rapiah eh rupiah apalagi silver dollar.
Nah kalau dari postingan ‘kelihatannya’ sering blusukan itu hanya karena postingan yang diencrit-encrit. Ini dia contohnya saat ke Bukittinggi Kamis 9 Mei 2013 yang lalu, muncul enam postingan dari sebagian perjumpaan. Jadi dengan diencrit-encrit pergi sehari menjadi bahan postingan setahun…..
Lha kenapa koq diencrit-encrit? Alasannya sederhana apa adanya, saya masih sulit menulis perjalanan dengan postingan panjang dengan alur terjaga, lah menulis pendek saja mbulet apa lagi puanjang. [berbonus stok materi tulisan] Mengingat pernyataan bahwa menulis adalah proses dokumentasi perjalanan, baik perjalanan secara harifiah maupun perjalanan hati dan pikir. Jadi pada dasarnya setiap tulisan adalah bagian perjalanan ataupun blusukan.
Diencrit-encrit? Mengapa tidak?……
duniaely said:
aku belum biasa nulis panjang mbak, jadi nulisnya sering pendek pendek, akhir akhir ini malah dang dang tek mbak nulisku 😦
___
Istilah baru dan belum ngeh artinya nih Jeng, dang dang tek …. mirip irama lagu, kontinuitas Jeng Elly luar biasa dengan beberapa blog dan semua rajin diupdate.
Idah Ceris said:
Satuu perjalanan saja bisa untuk bahan posting satu tahun, gimana yang mempunyai hobi travelling ya, bu. Hihihhi
Event FSB juga saya encrit2, Bu. Udah diencrit2 e masih panjaaaaaaang banget tulisannya. 😀
Bisa saja yang baca postingan saya sambil elap keringat dan elus2 dada. 🙂
___
Bisa untuk bahan buku ya mbak Idah (seperti teladan Pakde Cholik)
Dengan menikmatinya di blog mbak Idah sangat mendidik kami yang tidak bisa menikmati langsung FSB ini.
Orin said:
Kurang lebih, ‘dihemat-hemat’ gitu ya Bu, bahasa sunda jg ada kosakata encrit ini hihihihi
___
Hemat pangkal kaya nih Jeng Orin, kaya tabungan materi postingan ….
Untuk Neng Orin yang berlaku semakin menulis fiksi, ide semakin mengalir ….
Niken Kusumowardhani said:
Nggak masalah diencrit-encrit. Yang penting tetap ada bahan buat update, hihihi…
___
Terima kasih Jeng Niken, keteladanan rajin update postingan bunda Lahfy menginspirasi pembaca setianya. Salam
Imelda said:
kadang ingin juga menulis diencrit-encrit gitu loh mbak. Tapi akunya rasanya ngga puas 😀 Jadi masih banyak juga sebetulnya cerita perjalanan tahun lalu yang belum sempat ditulis.
___
Sangat menikmati postingan mbak EM pulang negara kemarin, kebahagiaan dan semangat liburan menguar darinya. Selamat beraktivitas
Mechta said:
alias dicicil nggih Bu.. hehe…
___
Leres Jeng, dicicil biar tidak mecicil (lah tambah ngawur ini)…..
Ika Koentjoro said:
Aku juga termasuk yang suka encrit2 mbak
____
Asyiik banyak temannya, keajegan dan produktivitas posting Jeng Ika luar biasa tinggi. Salam