Tag
Aliran Hindu Siwa, Candi Arjuna Dieng, Candi Gedongsongo, Gunung Ungaran, lansekap candi, lingga yoni
Pesona Candi Gedongsongo
Kembali blusukan kawasan USA (Ungaran-Salatiga-Ambarawa) yook menemani keluarga 2S yang berkunjung. Kali ini mendaki ke lereng G. Ungaran pada koordinat 110o20’27” BT dan 07o14’3” LS tepatnya di Desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Mari menikmati wisata sejarah dan keelokan alam di kompleks Candi Gedongsongo.
Penduduk setempat meyakini ada songo (sembilan) gedong (kompleks bangunan) sebagai penanda nama Candi Gedongsongo. Sungguhkah ada sembilan kelompok bangunan atau ada makna kiasan lain, yang pasti saat ini terdapat lima kompleks bangunan.
Tempat wisata ini sungguh mudah diakses, dari kota Ambarawa, naik ke Bandungan berada di jalur ke Sumowono, pun dapat dijangkau dengan kendaraan umum. Bagi pemburu fajar, silakan menginap di Bandungan dan subuh hari menuju bagian puncak di Candi Gedongsongo V.
Berbekal tiket HTM senilai 7.5K kita dapat menikmati lansekap Candi Gedongsongo yang secara alami sungguh indah dan pemeliharaan kerapihan dan kebersihan tamannya oleh pengelola patut dipujikan, memelihara alam dan budaya. Menikmati Candi Gedongsongo di liburan puasa di hari kerja adalah bonus karena suasana tak terlalu ramai. Alamak luasnya…..
Kompleks candi yang dibangun berderet bagaikan anak tangga, Candi Gedong I pada ketinggian 1 208 mdpl, Gedong II pada 1 274 mdpl, Gedong III pada 1 297 mdpl, Gedong IV hampir sejajar pada 1 295 mdpl dan puncaknya Gedong V 1 308 mdpl terlihat dari bawah di puncak anak bukit. Bagi penggemar trecking pastinya sangat menggoda, saat tubuh terasa lelah bisa beristirahat di sumber air panas, berendam kaki mengurai penat. Tak mau berpayah jalan kaki, tersedia kuda tunggang dengan tarif tertera jelas di loket masuk, pemilik kuda dengan setia menuntun dan menjadi pemandu, memberi kesempatan berfoto bahkan menjadi kameramen dadakan.
Bagaimana dengan perjalanan kami? Tiga teruna yang kami temani jalan-jalan tidak mau menjajal petualangan wsata sejarah dan alam ini. Rugi loh jauh-jauh dari Sidoarjo ke Candi Gedongsongo hanya menikmati kompleks Candi Gedong I di bagian bawah saja, luput perkiraan kami duo emak.
Ya sudah kami menjelajah Candi Gedong I saja. Harmoni antara tradisi lokal pra Hindu pemujaan roh nenek moyang dengan tradisi Hindu Siwa (mirip dengan Candi Arjuna Dieng) berpadu dengan apik, menuju puncak menjauhi keduniawian. [gugur sudah niatan usil saya lha mbok ya ada cable car langsung ke puncak Candi Songo V, biarlah lokasi puncak menjadi bagian yang berkaki kuat atau berminat kuat dengan bantuan kuda] Candi Gedong I dilengkapi dengan penangkal petir, dengan kreatifnya pengunjung ada yang meletakkan sejenis dupa di bagian bawahnya. Pun bagian bilik candi yang tersimpan yoni tanpa lingga terlihat penempatan sesaji.
Arsitektur Candi Gedong I meliputi bagian kaki, tubuh dan atap yang bertingkat tiga. Beberapa bagian terlihat utuh sedangkan beberapa terlihat tambahan dengan menyisakan sejumlah batu yang belum tersusun dalam rekonstruksi di bagian sisi belakang.
[Terima kasih kepada Loten yang menemukan kompleks candi ini di tahun 1740, dilengkapi oleh Rafles tahun 1804 dengan pencatatan Gedong Pitoe. Tulisan tentang Gedongsongo dilakukan oleh Friederich dan Hoopermans. Penelitian terhadap kompleks candi dilakukan pada tahun 1908 oleh Van Stein Callenfels dan inventarisasi oleh tim Knebel pada tahun 1910-1911. Pencatatan tanpa publikasi tak berdaya guna, tahun 1925 Van Braam melakukannya. Perjalanan panjang tuk mengungkapnya dan kini Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala mengemban tugas mulia ini. Menikmati Candi selalu menghadirkan syukur kagum atas kerja keras leluhur, teknologi tak terbayangkan membangun candi di atas bukit nan sepi. Mengagumi rekonstruksinya bagaimana arkeolog bermain puzzle batu memvisualisasikan gagasan sang arsitek. Tugas kita kini menjaganya menjadi warisan budaya bangsa]
Tak mampu menjejak ke atas, tersedia aneka keindahan disekitar Candi Gedong I ini dia sebagian buktinya…
[sejarah diolah dari leaflet kompleks Candi Gedongsongo ]
bintangtimur said:
Trima kasih informasinya, mbak Prih…seneng baca keindahan dan foto-foto apik yang ditampilkan disini…
___
Sama-sama Jeng Irma, selamat menikmati alam sekitar tempat tinggal kita
sunarno2010 said:
ukuran candinya kecil kecil seperti yang di dieng ya Bu
____
Pak Narno apa khabar…iya kecil seperti Candi di Dieng diduga satu zaman pendirian. Salam
sunarno2010 said:
kabar baik bu, mohon maaf nih lama tak aktif, ini memulai lagi bw ke teman-teman lama
myra anastasia said:
areanya udah rapi banget, ya. Serasa jalan-jalan ke taman bunga juga 🙂
___
Taman alam ya Jeng Chi, kalau Keke Nai tentunya suka naik kuda di candi ini