Tag
Belajar Politik dari Kisah Wayang, Giliran Petruk jadi Presiden, Guskar Suryoatmaja, Juragan Subeyojeka, novel ajaran Jawa, Nur Iswantara
Antara Subeyo dan Duryodana
Juragan Subeyojeka
Buku bersampul coklat tampil memikat di rak toko buku saat berkunjung ke padepokan agung Patih Majapahit Agustus 2012. Sebuah novel ajaran Jawa begitu yang diwartakan sang penulis Pak Nur Iswantara dan divisualisasikan melalui sorot mata tajam asta sedakep dari pyayi berbusana Jawa model Yogyakartanan.
Bertutur tentang sosok kaya gagah-ganteng atetenger Suro Bejo Yosodimulyo Jayeng Karso alias Subeyojeka dari dusun Gunungsalam yang mengalami metamorphose luar biasa hingga memegang tampuk kepemimpinan. Pencapaian kalenggahan yang melibatkan tokoh Masyon, juru atur strategi hingga kisah cintanya dengan Dewi Arimbi. Aneka sesanti digelar diantaranya menang tanpa ngasorake, kuntul nglayang, berbudi bawa laksana, gugat ajining diri, ngono ya ngono ning aja ngono, maos mawi raos, aja dumeh, adigang adigung adiguna, ing madya mangun karsa, aja rumangsa bisa ananging bisaa rumangsa, mawa cara mawa tata hingga berburu wahyu berbekal eling sangkan paraning dumadi.
Karena saya tidak memiliki kemampuan meresensi apalagi meriview, hanya kata yang mewakili …… beruntung membacanya….
Judul: Juragan Subeyojeka. Sebuah novel ajaran Jawa
Penulis: Nur Iswantara
Penerbit: Media Kreatifa
Cetakan pertama: Oktober 2009
Tebal: 248 halaman
Duryodana dalam Buku Giliran Petruk jadi Presiden
Duryodana sang raja Hastinapura ini menjadi trending topics eh judul dari 3 episode awal melalui lakon disadap – gamang – burung besi MA 60. Sang penulis Guskar Suryoatmaja mengusung tema Belajar Politik dari Kisah Wayang. Setiap tokoh yang dikisahkan sangat dekat dengan kekuasaan dan seni memperoleh serta mempertahankannya. Ada permainan strategi, intrik Sengkuni pun jalinan kisah asmaranya.
Judul buku diambil dari bab pembayun yang sering dipentaskan dalam lakon Petruk jadi Ratu. Betapa wahyu cumlorot bisa menghampiri siapapun, elok sekaligus nggegirisi di tangan yang tidak tepat. Diracik dalam bahasa yang renyah menarik sehingga membuat pembaca yang jauh dari pemahaman perwayangan seperti sayapun tak mau berhenti membaca hingga usai dan mengulangnya untuk menyesap sari pembelajarannya.
Kembali karena sangat jauh dari kompetensi meresensi apalagi meriview, hanya kata yang mewakili rugi bila terlewatkan….
Judul: Giliran Petruk jadi Presiden
Penulis: Guskar Suryoatmaja
Penerbit: Halamanmoeka Publishing
Cetakan pertama: April 2014
Tebal: 206 halaman
Mempergunakan media wajah cerita sosbudpol masyarakat pedusunan maupun perwayangan, kedua buku ini mendaratkan tema kekuasaan secara nyata apik, menggelitik syaraf mengernyit, senyum dikulum, rasa getir hingga tertawa terbahak. tak ada niatan menyentil namun bila tersentil usahlah tersinggung. [Dunia ini panggung sandiwara, cerita yang mudah berubah. Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan…. lantun rocker Ahmad Albar]
Terima kasih Pak Nur Is, Kyaine Guskar yang telah mempersembahkan karya sastra indah berkualitas prima bagi bumi Nusantara. Selamat terus berkarya.
Nilai historis buku ini pasti kuat banget, mbak Prih…belum lagi filosofi-filosofi yang terkandung didalamnya…ah, saya rasanya jadi kurang beruntung karena belum membacanya…
🙂
___
Tak ada yang kurang beruntung Jeng Irma, hanya prioritas bacaannya berbeda, lah itu tumpukan bukunya masih ngantri setinggi lengan….
bagus artikelnya, nice gan terimakasih postingannya
____
Semoga bermanfaat
Makasih mbak..jadi pengin cari bukunya….
Suami saya suka wayang, si sulung juga…si bungsu? Manga? lha akhirnya dapat orang Jepun…hehehe
___
Mangga Ibu, bisa kontak langsung Kyaine di link tersedia Ibu.
Malah perkawinan budaya ya Ibu, wayang dan pesona Jepang. Salam hangat
Wah Bu Prih kita jadi orang beruntung ya baca buku pewayangan 😀 Tulisan khas Pak Guskar asyik diikuti dan bikin orang senyum-senyum sendiri..
*ngomong-ngomong komen saya sebelumnya ilang Bu Prih 😦
___
Tumben nih Jeng Yuni, si aki menahan komen dari surabaya, sudah dievakuasi…
Wah, Bu Prih sepertinya kita jadi orang beruntung yang membaca buku pewayangan ini 😀
Untuk sekarang saya masih baca bukunya Pak Guskar, yang Pak Nur masih belum.. Baca buku wayang khas Pak Guskar senyum-senyum terus, malah kalau tulisannya kebangetan gak sengaja ngakak keras.
____
Oooh yang ketawanya merdu keras ini Jeng Yuni to, kedengaran dari kebun hehe
Setuju Jeng, karya Kyaine Guskar luar biasa, dunia pewayangan diracik memikat ya.
Salam hangat
Mbak Prihhh…mumpung lagi ada pasar buku murah, mau cari juga ahh..
___
Mangga Jeng Lies…belanja buku…membaca lanjut menulis. Salam hangat
berawal dari cover lalu jatuh hati untuk membacanya ya bun
___
Sumuhun Teteh, cover, judul lalu sinopsis dan pastinya jaminan nama pengarangnya hehe. Menunggu karya Mama Cal-Vin pasti banyak yang mau ditulis. Salam
mbak Prih,
Saya sih ingin seperti pak Nur Is, buku karyanya sudah banyak dan nyiamik2 semua.
Matur nuwun sudah menyandingkan GPJP dengan Kangmas Subeyojeka 🙂
___
Mas Kyaine Guskar,
Setiap penulis memiliki keistimewaannya yang khas. Selamat terus berkarya Pak Nur Is dan Mas Guskar, kami pembaca sangat bersyukur belajar dari karya ‘adi edi’ panjenengan.
Salam
Bu Priiiih… saya datang untuk menyapa saja.. salam sangat hangat dari Bkk 🙂
___
Senangnya mendapat salam sapa dari Mama Hilsya yang sejenak keluar dari pertapaan Lab. Salam hangat dari Sal3
menarik nih
___
Terima kasih