Tag

, ,

Dewi Surtikanti dan Tragedi Informasi

Sekuntum Mawar Merah“Ndhuk Limbuk, kenapa koq senyam-senyum sendiri? Rangkaian kembang mawar merah cantik dari siapa hayoo…….”

“Ah, mbok Cangik …terputus nih ritual Mengenang Karna: Misteri Setangkai mawar. Mawar merekah ini pesanan Bunda Dewi Surtikanti untuk nyekar nanti”

Seraya menyentuh dahi Limbuk, simbok Cangikpun berujar “tidak anget tapi koq ndleming ta ndhuk…. Dewi Surtikanti wanita sulistya setia kan sudah ikut bela pati ketika junjungannya Adipati Karna gugur di medan baratayudha”

“Lah itu kan menurut Kitab Mahabharata, pakem pewayangan Jawa dan lakon dalang pada umumnya, mbok. Kalau menurut dalang wayang slenca, Kyaine Guskar dalam buku Srikandi Ngedan (hal vi, 106) beliau belum tega mengisahkan kematian Dewi Surtikanti dan tetap menghidupkannya dalam lakon”

“Koq sajak nyalawadi ya nduk” mbok Cangikpun semakin merangsek mendekat ke tubuh subur  gendhuk Limbuk. “Nekjika Kyaine Guskar Suryatmojo menyimpan kebelumtegaan, mungkinkah beliau memiliki ikatan emosional trah……, ah embuh pasti beliau memiliki alasan mendasar”

“Mbok Cangik, Limbuk nguda rasa nih, tragedi Dewi Surtikanti dipicu gegara SMS lho”

“Sembrana, bisa dilabrak para dalang sedunia kamu ndhuk”

“Namanya juga teori mbok…….”

Syahdan tatkala Adipati Karna terluka parah saat perang tandhing dengan Raden Arjuna pada perang baratayudha, beliau segera dilarikan ke rumah sakit tentara (RST). Banyaknya korban luka yang memerlukan perawatan menyebabkan kian menipisnya sediaan zat antiseptik. Sebagai tindakan awal para dokter memutuskan pendayagunaan antiseptik nabati yaitu ekstrak daun sirih (Piper betle) yang terbukti mengandung aneka senyawa bermanfaat baik sebagai antiseptik, antibakteri maupun antiinflamasi. Sirih obat alami ini sungguh membantu upaya medis.

Karena sirih di kebun penduduk semakin mbrindhil habis, perintah pengadaan daun sirih dari kebun istana Awangga digelar.  Patih Adimanggala mendapat tugas menghubungi Dewi Surtikanti untuk menyampaikan pesan bahwa tim dokter Adipati Karna meminta kiriman daun sirih (bhs Jawa halusnya sedhah) secepatnya. SMS pun segera dikirim, karena gugup dan tegang ….weladalah berita yang terkirim….[Adipati Karna….séda…] yang seharusnya ….[Adipati Karna minta kiriman sedhah secepatnya]. Pesan singkat (short message) jadi salah kaprah sedhah (daun sirih) tertulis séda (artinya mangkat, wafat). Cilakanya tanpa ada chek recheck berita terkirim.

Gubrak….kehebohanpun terjadi di istana Awangga. “Bila kakangmas Karna tidak bisa melawan takdir, diajengpun mengikuti takdir kakangmas….” Singkat cerita Dewi Surtikanti dan Adipati Karna putra Dewa Matahari kembali ke pelukan bumi mengikuti jalan takdirnya yang tersurat di kitab Mahabharata.

Sambil tertawa lirih dengan nada dasar prihatin, simbok Cangik pelan menjewer telinga Limbuk, “meski teorimu wagu, lumayan untuk selingan pengingat tragedi informasi, ndhuk”

“Gendhuk Limbuk…..mawar merahnya sudah siap, yook kita berangkat ziarah ke Padang Kurusetra” Bunda Dewi Surtikanti yang tetap gandhes luwes di usia senja inipun melangkah anggun.

****

Diilhami bacaan Srikandi Ngedan  karya Guskar Suryatmojo 2014 dan Surtikanti

Nyekar: tabur bunga di makam
Anget: hangat
Ndleming: menceracau, menggigau
Slenca: tidak sesuai
Sajak nyalawadi: terasa misterius
Trah: garis keturunan
Nguda rasa: menyampaikan pendapat
Mbrindhil: gundul tanpa daun
Sedhah: suruh (bhs Jawa), sirih, Piper betle