Tag
Candi laki-laki, Candi perempuan, candi Plaosan Lor monumen cinta, candi plaosan Utara, Rakai Pikatan, Sri Pramodhawardhani dari Wangsa Syailendra
Candi Plaosan Utara-Monumen Cinta
“Dinda, sepanjang nadiku mengalirkan sari dirimu”
“Begitupun seluruh jaringan saraf dinda, digetarkan sukma Kanda”
Itulah yang terekam saat menikmati sepasang candi kembar atau Candi Plaosan Utara (Lor) di siang terik. Sepasang candi kembar yang yang terletak di Dusun Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Posisinya sangat dekat dengan kawasan Candi Prambanan kea rah Timur Laut.
Candi bercorak perpaduan Buddha-Hindu ini mematrikan ikatan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang berkiblat Hindu dengan sang permaisuri Sri Pramodhawardhani dari Wangsa Syailendra yang berkiblat Buddha. Tak heran sahabat muda penyuka Candi, Winny memberikan sebutan kisah cinta beda agama. Paduka Sri Pramodhawardhani ditengarai nama lain dari Rakryan Sanjiwana yang diabadikan dalam Candi Sojiwan yang terkenal dengan parade dongeng fabelnya.
Sepasang candi utama menghadap ke Barat yang dikawal banyak candi perwara besar maupun barisan candi perwara lebih kecil yang sudah tampak utuh di halaman belakang. Tumpukan batu berserak, saling menyimpan kata rahasia seolah berbicara akan zaman keemasannya menunggu proses rekonstruksi akbar yang tak pernah usai sepanjang masa.
[Silakan dinikmati sepasang candi laki-laki dan perempuan ya Ibu, demikian sapaan ramah petugas kebersihan yang setia menyisir halaman candi di siang terik itu. Menjangkau ceceran sampah yang lupa ditinggalkan pengunjung. Menyemai bibit mari biasakan menjaga kebersihan tempat umum apalagi sebuah cagar budaya mahakarya sejarah bangsa]
Candi utama Utara, kerap di sebut candi laki-laki. Rakai Pikatan mengekspresikan cintanya kepada sang permaisuri, mematrikan relief perempuan pada dindingnya. Sedangkan Candi utama Selatan yang disebut candi perempuan tempat Pramodhawarhani menempatkan suami junjungannya di relung hatinya dengan tampilan relief laki-laki pada dindingnya.
[Bila pasangan menempatkan kesetaraan saling melengkapi, setiap pribadi dipenuhi hasrat memberikan dirinya sepenuhnya bagi pasangannya semoga menjadi cinta abadi. Mungkin itulah pesan yang hendak disampaikan oleh Candi Plaosan Utara simbol toleransi dalam keluarga besar bumi]
Melihat luasnya kawasan serta kolam galian di sebelah Timur candi yang belum usai nampaknya Candi Plaosan ini tatanan kawasan yang lebih kompleks lagi, keberadaan Candi Plaosan Kidul yang hanya sekian langkah dari Candi Plaosan Utara juga menarik. Bagi para pemburu eloknya senja, menatap saat senjakala berlatar Candi Plaosan dari arah belakang pastinya momen yang menyenangkan. Saya baru menikmati suasana dangaunya di siang terik. Candi Plaosan Lor (Utara) sungguh monumen cinta warisan bangsa.
Jejak tingginya peradaban bangsa kita jaman dulu ya Bu… Saya rasa di jaman itu peradaban kita di atas peradaban rata-rata bangsa lain. Sayang kini kita harus mulai lagi merangkak dari keterpurukan untuk membangun peradaban mengejar ketertinggalan dari yg lain..
Menapaki jejak peradaban seraya memacu semangat perjuangan ya Jeng Dani. majulah bangsa kami demi negeri
Candi Plaosan sekarang mulai dikenal orang ya mbak.., mulai ramai pengunjung ke sini..
di satu sisi bersyukur orang terus mencari sebuah obyek baru, semakin banyak yang terangkat,
aku belum pernah ke sini mbak…., masih banyak hutang kunjungan candi Jawa Tengah yang harus kubayar
Iya mbak, semakin banyak penikmat candi Kalasan, semoga juga dibarengi sikap hormat memelihara warisan leluhur ini ya, Salam
candinya besar juga ya mba …. batu2 yang berserakan itu akan di restorasi ?
mudah2an candi ini di restorasi sehingga kemegahannya semakin memancar … dan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung kesana
Candi besar dengan keunikannya Kang. Betul banyaaaak sekali batu berserakan yang menunggu perampungan restorasi yang pastinya sangat tidak mudah. Semoga kejayaan ini diwariskan turun temurun. Semakin bangga sebagai warga Nusantara. Salam
aku kagum banget kak bagaimana orang dulu bisa buat relief sekeren itu yang mana bahan bangunan masih sederhana
Penghargaan dan kebanggaan dari Winny generasi muda penyuka candi, salam
makasih kakak 🙂
Plaosan dulu jadi tempat aku belajar kala menghadapi ujian, Bu. Waktu itu auranya masih kuat banget dan ruangannya masih berbau wangi karena bunga tinggalan mereka yang berdoa. Terakhir beberapa tahun lalu aku ke sana lagi, tapi jujur aku kecewa karena auranya sudah tipis banget dan bau wanginya sudah hilang 😦
Nuansa sepi, aura kuat plus aroma bunga puja mendukung suasana belajar ya Pak, acung jempol tuk keberaniannya. Kini dengan ramai dan gaya ‘mengentengkan’ dari pengunjung auranya tak terasa kuat ya. Salam
Saya kalau melihat candi, selalu terkagum-kagum, betapa telatennya orang dulu dalam menyusun batu hingga menjadi maha karya yang selalu dikagumi dari generasi ke generasi.
Iyo Uni, tekad kuat, kerja keras dan cerdas menghasilkan karya besar yg abadi mengagumkan. Candi bagian sejarah peradaban bangsa.
Batu berserak sebagai penyimpan rahasia. Suka banget dengan kalimat yg ini mbak Prih. Mewakili pikiranku kalau melihat tumpukan tumpukan batu yang berserakan di sekitar Candi Gedong Songo dan Candi Prambanan. Dulu mereka bagian dari candi. Dan pernah dipegang manusia kuno untuk ditata sebagai tempat beribadah. Pasti banyak banget cerita Mengapa batu itu tetap berada di sana sekarang 🙂
Uni Evi banget yang berusaha berdialog dengan kumpulan batu candi yang belum tertata kembali. Sepikiran Uni, tentang kearifan leluhur kita mengejawantahkan arsitek candi, kini bagian generasi kita menata ulang puzzle yang terserak ini. Salam