Wiwawite Lesmbadonge
Saat mendaki dan kembali turun dari puncak Punthuk Setumbu (Borobudur Nirwana Sunrise), mata dimanjakan dengan tanaman-tanaman masa kecil, diantaranya wiwawite lesmbadonge… Ingatan ditarik mundur puluhan tahun berselang, saat-saat kruntelan di malam hari bersama adik-adik, Bapak atau Ibu selain mendongeng juga memberi bedhekan (tebakan) semisal akronim wiwawite lesmbadonge alias uwi dawa uwite tales amba godhonge (uwi panjang batangnya, talas luas daunnya).
Uwi-uwian termasuk kelompok tanaman pala kependhem (membentuk umbi), batang membelit pada tanaman tahunan untuk mendapatkan sinar (bukan parasit karena bisa membentuk makanannya sendiri). Siklusnya sangat unik, saat musim tidak mendukung maka bagian atas akan mati dan si umbi tidur panjang hingga musim melilit kembali membangunkannya. Masa kecil kami tanaman ini banyak dijumpai di kebun, panen dilakukan dengan cara ndhudhuk (menggali) sekitar pangkal tanaman, memanen ubi tanpa harus mematikan induknya. Warna umbinya ada uwi wungu (ungu), putih maupun kekuningan dan berlendir. Bapak mengajari memilah mana gembili, gembolo, gadung, mana yang aman, yang gatal dan mana yang membikin mual hingga mendhem.
“Tanaman uwi-uwian (Dioscorea) merupakan tanaman sumber karbohidrat dan sudah dikenal lama penduduk Indonesia, namun terdesak oleh komoditas pangan yang bernilai ekonomis. Uwi-uwian (Dioscorea) secara alami bersifat toleran naungan dan kekeringan, hidup merambat dan menghasilkan umbi di dalam tanah. Sebagai bahan pangan tradisional, uwi-uwian juga potensial sebagai bahan pangan fungsional. Umbi Dioscorea mengandung lendir kental yang terdiri dari glikoprotein dan polisakarida larut air. Glikoprotein dan polisakarida merupakan bahan bioaktif yang berfungsi sebagai serat pangan larut air dan bersifat hidrokoloid yang bermanfaat untuk menurunkan kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol, terutama kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)”. [demikian kutipan ulasan dari BALITKABI]
Berikut adalah koleksi plasma nutfah uwi-uwian yang dikoleksi oleh Balai Penelitian Kacang dan Ubi di Malang
Tales, kami memilahnya antara talas yang dipanen umbi utama (bonggol) semisal talas Bogor, talas Malang dan talas yang dipanen anak umbi yang melekat di umbi utama. Aneka sebutan diantaranya kimpul, enthik/menthik juga mbote. Juga aneka jenis diantaranya favorit kami adalah talas procot, karena mengupas talas matangnya sangat mudah tinggal tekan bagian pangkal ditarik ke ujung langsung terkupas, rasanya sangat pulen dengan ukuran kecil hingga sedang.
Aneka penganan berbahan dasar tepung talas tampil dalam rupa bolu gulung, bakpia maupun roti pelangi sempat saya nikmati saat napak tilas di Bogor. Bubur Manado yang terkenal juga tambah legit dengan potongan talas.
Uwi-uwian dan aneka talas tidak hanya sebagai sumber karbohidrat salah satu pilar kedaulatan pangan. Masyarakat kita memiliki kearifan lokal ngrowot mengkonsumsi pala kapendhem uwi dan talas untuk mencukupi kebutuhan energinya. Sambil ndhudhuk uwi dan talas, Bapak sering bercerita coba perhatikan dengan sungguh tampilan tumbuhan ini, tidak pamer, tahu kapan harus muncul. Baru kini saya menghubungkan perumpamaan ini dengan mutiara kesukaan guru dan sahabat tentang aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa (jangan merasa bisa namun bisalah merasa) memiliki kepekaan empati, bagian dari kecerdasan hati. Kenangan dari wiwawite lesmbadonge……
Ping-balik: Singgah di Kebun Yook | RyNaRi
Ping-balik: Bu Ida dari Rumah Ketela Borobudur | RyNaRi
MS said:
ubi2an itu banyak ragamnya ya mbak…
tapi nggak satupun yang ngerti karena.memang nggak pernah lihat ..
sekarang jadi doyan kue2an dari talas Bogor…., enak banget dan lembut …
___
Bagi peran saja mbak, kami petani yang menanam…sahabat pengolah makanan memanfaatkannya dalam komposisi bahan dasar…konsumen yang menikmati sehingga produsen makin rajin….
harumhutan said:
uwi ki rasane rada kenyel ra mempur njih bu,nek gadung enaknya di goreng ati2 mabok 😀
talas ki dihutan dulu banyak bu,lompong daunnya buat sayur juga 😀
lah saniki susah jian tenan milari uwi ….
____
Pastinya peri hutan sangat akrab dengan gejala mendhem gadung….
Kangen sayur lompong, buntil ….
harumhutan said:
sik..talas ki sa’niki wes terkenal nang bogor yo ada cake talas tapi aku belum pernah beli nih bu,,,,pdhal terkenal loh sangkuriang merknya ngantri kalo beli marai males 😀
___
Catet ah cake talas sangkuriang….
walah antrian seperti saat roti unyil, pai apel pada zamannya…