Haturnuhun Aki Junghuhn
Mengikuti hasrat menengok Taman Junghuhn, saya mengikuti arahan petugas parkir hotel Pesona Bambu untuk naik ojek ke kawasan Jl Jayagiri, sementara para sahabat kebun bersiap menikmati sarapan. Sahabat kebun Rynari mengenal Franz Wilhelm Junghuhn kan ya?
[Saat SD saya mengenalnya sebagai botanikus ahli tanaman kina obat malaria. Kekaguman meningkat saat membaca beliau juga pembuat peta topografi untuk pulau Jawa, pecinta adat budaya Batak.
Masa muda Junghuhn warga negara Jerman ini sungguh di luar bayangan. Mahasiswa yang berantem, masuk tahanan hingga bergabung ketenteraan Belanda ke Jawa tak menyurutkan minatnya kepada penyelidikan ilmu alam. Sebagai petugas kesehatan ketenteraan Belanda, Junghun keluar masuk hutan, mendaki gunung menuruni lembah untuk pemetaan dan pengembangan tanaman kina dan akhirnya menjadi warganegara Belanda. Bermukim di Lembang dengan tugas utama produksi kina.
Kecintaannya pada kina dan alam pegunungan, botanikus yang wafat di usia 54 tahun pada tahun 1861, dimakamkan di Lembang di kaki G. Tangkubanperahu dikelilingi oleh tanaman kina baik dari spesies Cinchona succirubra maupun C. ledgeriana.]
Aak pengojek mengantarkan saya ke pemukiman padat, menyusuri jalanannya dan berhenti di kawasan sedikit rimbun. Melewati pintu hijau terpampang plang cagar alam Junghuhn seluas 2,5 ha. Kawasan ini terasa nyempil di tengah padatnya permukiman bahkan tanpa pagar pembatas. Saya yakin aslinya kawasan ini cukup luas, agak minggir dan berjarak dari perkotaan.
Tugu putih dengan penanda nama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, di sini lah makam beliau. Bagaikan Aki yang ramah, taman ini juga menjadi perlintasan penduduk baik dari arah kiri maupun kanan. Pagi itu saya berjumpa beberapa Aak kecil yang berangkat sekolah melintas dengan santai di depan tugu, seolah menyapa riang: wilujeng enjing Aki Junghuhn, abdi bade ka sakolah. Di antara mereka akan lahir botanikus muda dengan keteguhan karya layaknya Aki Junghuhn pemuja bumi Priangan.
Tidak terlalu lama saya berada di gumuk kumpulan lahan hijau di tengah pemukiman yang disebut dengan Taman Junghuhn cagar alam ini. Haturnuhun Aki Junghuhn untuk kecintaanmu pada ilmu tumbuhan khususnya tanaman kina, untuk blusukanmu menghasilkan peta ketinggian yang kini dengan sangat mudah kami akses dengan GPS (global position system). Meski peristirahatanmu sederhana, Aki hangat berbaur dengan masyarakat Lembang.
Waktu menunjukkan hampir pukul setengah delapan pagi, saat saya minta tolong kepada Aak pengojek mengantarkan berkunjung ke peneropongan bintang Bosscha sebelum saya harus kembali ke tugas utama mencangkul. Mau tahu oleh-oleh kunjungan ini? Semoga bisa menuliskan di postingan berikutnya…
chris13jkt said:
Ada ticket masuknyakah buat masuk ke situ Bu? Kalau nggak ada, perawatan situs itu bagaimana?
rynari said:
Tidak ada loket tiket Pak. Sementara terlihat semacam ‘kebun rimbun’ di tengah pemukiman.
dey said:
Ibu Prih udah sampe sini aja, selama ini saya cuma liat papan namanya tanpa pernah berniat berkunjung, hehe
rynari said:
hehe daya tariknya berbeda Jeng Dey…untuk potret bunga mah Cihideung pusatnya…
Adelina Tampubolon said:
Nama junghuhn asing buat ku bu. Tapi dengar nama kina baru dech ngeh siapa junghuhn ini hehehe.. terima kasih yach bu sudah berbagi kisah tentang taman ini. Makin kaya pengetahuan aku mengenai tanaman.
rynari said:
Betul Lina, tidak semua pembaca familiar dengan nama Junghuhn, baru nyambung dengan kina obat malaria..klik..
Sama-sama Lina saling berbagi kisah dan bacaan ya
Lois said:
Terima kasih untuk kisah ttg. Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, Menarik sekali. Cukup lama dulu tinggal di Bdg, tak pernah tahu ada taman Junghuhn.
rynari said:
Sama-sama, berangkat dari penasaran atas karya beliau botanikus sekaligus ahli peta.
keberadaan taman tak terekspos sehebat tempat wisata baru yg ngehits
Hendi Setiyanto said:
pas ke lembang tidak tahu kalau ada taman ini
rynari said:
Iya Mas, ini juga perlu kunjungan ke 2 di Lembang
Monda said:
nama aki Junghuhn membawaku kembali ngecek posting Kawah Putih di Berbagi Kisahku, lalu terlihat komentar Una tentang Taman Junghuhn..
terima kasih mbak sudah bawa oleh2..
adakah tanaman2 yang diremukan olehnya di Taman ini mbak?
rynari said:
Wah nambah daftar kawah putih dan kebun Malabar nih melacak jejak Aki Junghuhn sekalian Bosscha. Sayangnya sy nggak ngeh wujud kina karena kanopi tanaman tinggi mbak.
Sama2 mbak sesama pengagum karya penemu saling berbagi.
kang nur said:
kina obat malaria ya mbak
rynari said:
Iya Kang..kina anti malaria…
Nandra said:
Paling ngga kuat dengan bau belerang, yang di Dieng juga sama hehe 😀
rynari said:
Yang bau belerang di kawah Putih Bandung Selatan juga G. Tangkubanperahu Bandung Utara, utamanya pagi dan sore apalagi malam hari. Kalau Lembang tanpa bau belerang.
Nandra said:
Oh iya, aduh sori ga baca lengkap jadi malu saya 😦
rynari said:
Wkwk kan saling melengkapi, Lembang sekarang full polusi cahaya sehingga menyulitkan pemburu fota angkasa…
Evi said:
Mbak Prih, saya mengenal Junghuhn pertama kali majalah national Geographic yang terkait pada Kawah Putih. Dulu kala itu dianggap misterius oleh penduduk setempat sampai akhirnya botani sini mengatakan bahwa disana adalah kawah belerang. Itulah sebabnya Mengapa burung burung tidak berani melintas di atasnya.
Tulisan sejarah yang menarik, Mbak Prih
rynari said:
Terima kasih Uni Evi untuk tambahan ilmu yg menarik. Botani dan misteri kawah.
Belum tulisan sejarah nih Uni baru sekedar kunjungan wadag fisik. Postingan sejarah komplit mah ranah Uni Evi hehe…