Tag

, , , , , , ,

Milang 2D1N Medan-Berastagi-Parapat-Siantar

Aku cinta danau Toba…..

Nah ini catatan dolan bareng ke Medan-Siantar melalui jalur muter dengan tujuan sampiran melongok Danau Toba. Rombongan terdiri dari 6 personil yaitu simbok, mas mbak mbarep, mas ragil dan pasangan adik 6s.

Urusan pesan tiket dan penginapan oleh mas mbak mbarep, kendaraan Kualanamu-Parapat dan kuliner oleh mas mbarep, mobil Parapat-Siantar oleh mas ragil. Lah kami yang sepuh tinggal manut kan tut wuri handayani. Semula mengambil one day trip jemput dari Kualanamu, menuliskan sejumlah destinasi dan berakhir di Parapat. Eh mas mbarep matur biar bebas kita atur sendiri saja, ayook saja.

HARI 1.

04an pm. Pagi masih gelap, kami berkumpul di bandara Halim Perdana Kusuma berangkat dari 3 titik berangkat. Yuup bergegas proses check in karena boarding pk 04.30. Penerbangan pagi yang tepat waktu. Sayang mendapat tempat duduk di sisi kiri sehingga kehilangan momen menikmati fajar merekah dari udara. Wah pembelian tiket via tiket.com berbonus sarapan pagi nasi goreng, lumayan.

Kualanamu we are coming

07.10 pm. Kualanamu we are coming. Menikmati kemegahan bandara yang terintegrasi dengan moda transportasi kereta api ke Medan. Sejenak menanti jemputan dari travel agent. Kendaraan Hiace sangat longgar kami nikmati ber 6 dengan sejumlah koper.

Soto Sinar Pagi Medan

08.50 pm. Sarapan soto Sinar Pagi di Medan. Rela mengambil rute agak menyimpang, masuk kota dengan risiko agak telat naik ke Berastagi. Woow antrian penuh peminat soto yang mulai buka th 1962.

Graha Bunda Maria Annai Velangkani

09.40 pm. Mari nikmati keelokan arsitektura Graha Bunda Maria: Annai Velangkani. Perpaduan arsitektura gereja katolik dengan kuil India. Sekitar 30 menitan kami berada di sini dan lanjut ke Berastagi.

Medan – Berastagi mengular macet

13.28. Jalur Medan – Berastagi yang umumnya ditempuh sekitar 2 jam, kini lebih 3 jam karena padatnya pelintas. Mari makan siang dulu di RM Tesalonika, buat yang tidak sempat menikmatinya di kota Medan, RM Tesalonika memiliki beberapa cabang. Sajian utama adalah menu non halal.

BPK Tesalonika Berastagi, foto adik 6s

14.18. bersama rinai hujan mari nikmati Pasar Buah Berastagi. Aha…terkecoh daku… Menikmati kebun buah sepanjang perjalanan mulai dari belimbing, alpokat, jambu biji dan terutama hamparan jeruk, saya kira akan berjumpa semacam pasar induk Kramatjati. Ternyata pasar aneka produk, pusat kawasan wisata.

Pasar Buah Berastagi

Ah di pojokan ada museum Pusaka Karo yang hanya sempat di foto. Kawasan penuh sesak dengan wisata dokar. Teringat bagaimana dulu Pemkot Salatiga menata kantongisasi kuda sehingga kotorannya tidak berceceran, mangga loh kalau diadopsi Berastagi biar terjaga kebersihan jalan.

Suasana hujan di kota dingin Berastagi enaknya ngopi. Mas mbarep sie kuliner merujuk Kopi Biji Hitam. Berbekal GPS kami merunutnya, olala ternyata tutup karena sedang renovasi. Tak putus asa yook cari Kopi Jabu yang reviewnya ngehits. Wuuiihh antrian kendaraan pengunjung resto di atas bukit ini mengular. Kami rela menunggu di mobil, mas mbarep dan ragil membelinya untuk take a way. Simbok mencoba kopi alpokat…hm..enak lah, karena hanya enak dan sangat enak kosakata yang dipunyai.

Inkulturasi Katolik-Karo

15.23. Gereja Katolik Inkulturatif Karo, Berastagi. Inilah kumpulan pejalan spontan, rincian destinasi yang di susun hanya acuan, nemu yang menarik pasti berhenti. Arsitektura gereja yang apik, sangat bertumpu pada akar budaya setempat. Kami terpikat dengan diorama jalan salib yang disampaikan dalam bahasa daerah.

16.06. Taman Lumbini, Berastagi. Rumah ibadah dengan bangunan megah seolah bersaput emas. Saling kontak dengan keluarga adik 3B yang memiliki rute dolan hampir sama berawal di Medan dan bermalam di Berastagi sehingga spot antara yang dikunjunginya lebih banyak. Tiga keluarga berkumpul di Taman Lumbini 1S, 3B dan 6S, kami 7 bersaudara puna kesamaan hobi ngebolang.

Taman Lumbini Berastagi

Mari tata kembali destinasi. Kami sampaikan kepada Bang Driver bahwa utamanya kami menikmati, tidak masalah bila tidak semua destinasi yang dirancang awal ada yg tidak tercapai. Tidak akan mengurangi penilaian kami atas kualitas layanan. Nah semua lega. Mari lewatkan jalur umum Kabanjahe. Kami akan melintas di jalur Barusjahe, Tigapanah menuju Sipiso-piso Tongging dan akan mencoret senja di Bukit Indah Samarjarunjung.

17.50. Puji Tuhan, meski sepanjang perjalanan diguyur hujan, kami boleh sampai di kawasan geosite Tongging Sipiso-piso dalam cuaca cerah bahkan berbonus pelangi. Air terjun Sipiso-piso, Gunung Sipiso-piso serta bentang lahan kaldera Toba di ujung Utara danau sungguh membuat kamu berdecak kagum. Kajian senyum tersungging di geosite Tongging, geopark kaldera Toba disajikan di Kompasiana. Meski enggan kami harus melanjutkan perjalanan.

Air terjun Sipiso-piso

Jalur Tongging ke Parapat di malam hari lumayan sepi. Apalagi diiringi guyuran hujan. Apitan bukit Barisan di sebelah kiri dan tepian danau Toba di sebelah kanan, membuat kami merasa kecil sebagai titahNya.

Inna Parapat di malam hari

21.40. Puji Tuhan. Kenyang mampir makan malam di Resto Singgalang, kami melabuhkan diri di Inna Parapat. Saatnya tubuh rehat dibuai angin dan uap air danau Toba.

HARI 2.

Pagi hari di Inna Parapat

Pagi hari menikmati geliat subuh, mentari terbit, aktivitas danau bergiat. Kami sengaja tidak mengambil sarapan di hotel. Cukup ngopi dan penganan kecil, ugh meneguk kopi bathok Van Parapat di tepian Toba terasa nikmat. Pk 09.12 kami dadah-dadah jumpa lain kali ya Inna Parapat. Menata ulang jadwal hari ini, melongok-longok Parapat menikmati jalur Parapat – Siantar dengan target waktu sampai Siantar pk 15an.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Parapat

09.21. sangat dekat dari hotel, kami singgah di rumah pengasingan Bung Karno, meski tidak masuk. Rumah bercat putih di ketinggian, tepat berada di ujung semenanjung langsung berhadapan dengan danau Toba berlatar Samosir. Pagi hari terasa keheningannya. Beberapa bapak tukang perahu menawarkan jasa mari menikmati batu gantung legenda Parapat dari perairan, yang kali ini harus kami tunda.

Lanjut yook bergeser ke area dermaga Tigaraja yang menyatu dengan pasar tradisionalnya. Menunda sarapan di Toba dream. Yook lanjut lagi…

Pelabuhan Ajibata

09.56. Melongok pelabuhan Ajibata. Penyeberangan feri ke Samosir. Sementara pepotoan dulu aja ya.

10.37. Kalau sebelumnya menyisir Toba dari tepian, mari melongok Toba dari ketinggian. Adalah hotel Niagara yang semula ingin dipesan pilihan mbak mbarep dan adik 6S. Kalau akhirnya pilih Inna Parapat untuk menikmati debur eh semilir danau Toba langsung. Berbekal kontak Bang Bery driver sekaligus rental pilihan mas Ragil, kami diizinkan masuk Niagara dan menikmati keteduhan hamparannya.

Hijau hamparan Niagara, Parapat

11.24. Melampaui kabupaten Simalungun kami sampai di Bukit Gibeon di Kab. Toba Samosir. Dari instagram terlihat arsitektura gereja yang sungguh elok modern di pedalaman. Aha, belum rezeki kami, ternyata sedang ada kegiatan dan kami tidak diizinkan masuk. Yuup memoto saja kawasan Pusat Seminari Bukit Gibeon yang bernuansa ungu.

Bukit Gibeon Tobasa

12.00. Saatnya mengisi perut yang keroncongan, pilihan di Toba Dream di kawasan dermaga Tigaraja. Koordinasi dengan keluarga 3B yang menempuh perjalanan Berastagi – Sipiso-piso – Samosir melalui jalur Tele. Keluarga 5B yang mendarat di Kualanamu menuju Velangkani dan akan merapat di Parapat. Keluarga adik 7S yang mendarat di Kualanamu menyusul menuju Velangkani dan berkumpul di Siantar.

Toba Dream di pasar Tigaraja Parapat

Suasana pasar tradisional Tigaraja yang sangat terasa. Saat menunggu pesanan makanan khas Batak plus jangan lupakan jus martabe campuran markisa terong Belanda, juga sambal khas. Simbok melongok ke dermaga, lalu ke pasar dan aha hamparan ulos dengan tumpukan warna-warni cerah menggoda.

Bawa kami ke Samosir ya…

12.57. singgah sejenak di pantai bebas Parapat. Ini kebanggaan kami, jelas bang driver, setiap tetamu kami harapkan foto dan sebarkan di medsos biar tetamu lain berdatangan. I love Danau Toba Simalungun itu ikonnya. Hanya sebentarkami singgah karena sengatan panasnya luar biasa.

Yook saatnya melaju ke Pematang Siantar. Melewati jalur memintas bukit Barisan yang menghijau, dilanjut dengan persawahan.

Jelang 17an kami sampai di kota Pematang Siantar. Lupakan sejenak museum Simalungun, toko roti Ganda, patung Dewi Kwan Im tertinggi di ASEAN di tepian sungai Bah Bolon. Budhe harus dikarantina biar tidak terlalu capek demikian saran anggota dolan, hehe…

17.05. Mas mbak Tengah sudah menanti di hotel. Usai chek in saatnya ritual ngopi di Patarias coffee dekat hotel. Nanti kami akan mengakui rasanya setiap sudut warung kopi Siantar terasa enak hehe. Bergegas mandi. Lanjut ke keluarga di Sitalasari.

18.54. Menyusul keluarga incip kuliner Mie pansit Awai. Kini 3 keluarga, 1S komplit, 6S dan 7S menikmati mie Siantar yang kawentar. Aha hujan deras menyambut kami di Siantar. Nah inilah milang singkat kami dalam kemasan 2D1N Medan – Berastagi – Parapat – Siantar. Lah postingan panjang nian……