Tag

,

Eksotisitas Telomoyo

1. G Telomoyo dari ladang gandum

G Telomoyo berhias menara dari ladang gandum

Mbakyu, ikutan kami ke Telomoyo yook….” Lah, mana kuat mendaki gunung…..itulah alasan penolakan awal saya. Namun terawangan keelokan gunung Telomoyo yang terlihat bagaikan anak Merbabu dari Kota Salatiga sungguh menggoda. Apalagi bila dipandang dari ladang gandum sungguh gunung ini gagah dan terlihat sangat dekat. Nekad yook… Konvoi mini terdiri dari empat Bapak, satu Emak dengan 2 anak-anak berarak dari Salatiga, mendaki ke arah lereng Merbabu dan berbelok ke kanan dari pertigaan Salaran mengikuti penunjuk arah ke Kali Pancur.

2. Telomoyo dari Pos Dalangan

Telomoyo dari Pos Dalangan

Melewati pertigaan penunjuk Kali Pancur terus mendaki menuju pos Dusun Dalangan, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Perjalanan dimulai, melapor di pos yang dikelola oleh Karang Taruna Dusun Dalangan, retribusi per orang 2K dengan penuh semangat kami beranjak di penanda 08.12 pm. Jalur ‘pendakian’ yang memanjakan, tak perlu predikat pendaki untuk mendaki karena sesungguhnya sepanjang 7 km menuju puncak adalah jalanan mobil yang semula beraspal mulus. Iring-iringan pemuda/i mendaki dengan motornya, memandang sedikit aneh kepada kami pejalan kaki di jalan mulus.

3. kaki G. Telomoyo - suburnya

kaki G. Telomoyo – suburnya

Udara gunung sejuk, terik matahari belum menyengat dan keramahan petani di kaki gunung yang subur sungguh terasa. Hamparan tembakau di sela tumbuhan jeruk, gundukan kol yang siap diangkut ke pasar. Aroma pupuk kandang berbaur dengan bau humus tanah tanah. Hanya dalam hitungan belasan menit langkah riang dan ringan jadi tersendat.

4. Telomoyo - mulai menanjak

Telomoyo – mulai menanjak

Rupanya Pos Dalangan adalah dusun teratas di lereng Telomoyo. Selepas ladang penduduk, jalanan berganti kelerengan dari agak mendatar dan lurus menjadi berkelok mendaki. Ooh pendakian semakin terasa…. Peralihan dari ladang penduduk ke hutan pinus  yang segar tak mampu membendung nada ngos-ngosan. Konvoi kecil yang semula berbareng menjadi berlapis kecepatan. Ternyata oh ternyata sesanti silakan yang lain naik, saya menunggu di warung pecel tak berlaku karena jalanan sepi tanpa pemukiman. Saatnya call a friend.. berbekal kartu pass dari pos, saya mencoba meminta bantuan ojek..oh ojek untuk menggendong ke atas. Panggilan tak berhasil, sehingga salah satu kami memutuskan turun untuk mengambil motor yang kuat sekaligus untuk melangsir anggota yang tercecer dalam perjalanan muncak.

Reeeng….berpegangan erat di boncengan motor  kami mendahului teman-teman yang sudah terberai menjadi 3 lapis dengan perbedaan jarak yang signifikan. Naik naik ke puncak gunung …. Selepas hutan pinus berganti dengan semak perdu, diiringi kabut yang cukup tebal sehingga jarak pandang sangat terbatas kami sampai puncak yang sangat sepi. Rupanya para ‘pendaki’ bermotor yang lain hanya bermaksud hingga pertengahan ketinggian. Menurut cerita di lereng Telomoyo banyak ditemui ‘orang pintar’ motor terparkir pengendara muda menghilang dan tiba-tiba kembali muncul…

5. Telomoyo puncak - parade tower

Telomoyo puncak – parade tower

Ini dia parade tower di puncak Telomoyo sekitar 1 888 mdpl yang membikin penasaran dari kejauhan. Ada tower PLN, Telkomsel, sejumlah radio, TV.

Saat turun selain teman pelangsir dan putranya yang berusia 8 tahun, kami berlima memutuskan berjalan kaki. Jalan menurun (meski ternyata ada 2 tanjakan di jalur menurun) sejauh 7 km itu ternyata tak terlalu mudah bagi kaki. Hingga kembali ke pos tak berpapasan sama sekali dengan pejalan kaki diantara gugusan penikmat Telomoyo.

6. Telomoyo puncak 1888mdpl

Telomoyo puncak 1888mdpl

Masih ditemani kabut kami melewati dua landasan olah raga gantole, sekilas landasan ini mengapung di hamparan kelabu, saat sedetik kabut tersibak terpampang pemandangan alam yang sangat cantik. Pantesan banyak tempat istirahat mengarah aneka tebing dengan daya pukau Rawa pening, ada sudut ke arah G. Andong, atau si kembar Sindoro-Sumbing, Ungaran dan tentunya Merbabu.

7. Telomoyo-Pan catan Gantole

Telomoyo-Pancatan Gantole

Tanjakan dan turunan terjal di daerah puncak di beberapa tempat menunjukkan singkapan geologis yang cantik, lapisan tanah sangat tipis tepat di atas batuan induk penyusunnya. Lereng terjal dengan curah hujan yang tinggi rentan longsor (land slide) yang membuat terhambatnya jalur kendaraan agak besar naik turun puncak Telomoyo.

8. Telomoyo-areal puncak

Telomoyo-areal puncak

9. Telomoyo - rawan longsor

Telomoyo – awas rawan longsor

Daya pikat pemandangan dan karakter geologi Telomoyo membawa penelusuran ke van Bemmelen tentang sesar Ungaran-Merapi (nyut nyut terasa lemotnya daya tangkap akan pelajaran geologi Eyang Rahmat)….. Yok nikmati hijaunya dedaunan…. Perubahan zona ekologi dari perdu semak ke daerah lereng tengah hutan pinus menghasilkan siluet cantik. Sepanjang jalan turun mata nyalang tak bersua dengan kantong semar (Nepenthes) yang ditengarai makin langka di Telomoyo….

10. Telomoyo - peralihan semak ke pinus

Telomoyo – peralihan semak ke pinus

11. Telomoyo - pemanggil

Telomoyo – eksotisitas pemanggil

Meski pandangan sangat terbatas oleh kabut secara berkala meski hanya sesaat pun samar, cakrawala membukakan tirai elok menyuguhkan eksotisitas pemanggil Telomoyo. Harapan suatu saat berkunjung kembali di cuaca cerah….

12. Dusun Dalangan dari pinggang Telomoyo

Dusun Dalangan dari pinggang Telomoyo

Helaan nafas lega saat Dusun Dalangan menampakkan diri dari pinggang Telomoyo. Menara kembar masjid di dekat pos Dalangan menegaskan perjalanan menurun hampir berakhir. Dua jam 32 menit alias 152 menit, kaki ini menahan bobot tubuh seraya menyeretnya ke awal pendakian. Untuk kenekadan ini, Emak mendapat sertifikat kategori mlanjer ataupun njarem selama sepekan yang ditandatangani oleh Yu Par(e)mi dan Kang Par(e)man, hangatnya borehan parem dan rendaman air hangat bergaram sungguh membantu melemaskan kaku betis. Kapok ke Telomoyo, hm rasanya tidak (ojek oh ojek….) Yook menikmati eksotisitas Gunung Telomoyo….