Berjerih Menuju Air Terjun Jumog
Menduga kebanyakan warga begadang jelang tahun baru dan tak terlalu banyak yang mau bermain gerimis di alam terbuka, kami memilih mengawali tahun 2015 dengan mengunjungi air terjun Jumog di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, berangkat dari Salatiga sepagi mungkin. Dugaanpun meleset telak sepanjang perjalanan kendaraan mengular, antrian parkir di seputar lokasi amatlah panjang.
Anak tangga sebanyak 116 menurun hampir tak terlihat selanya dipenuhi pejalan menghantar kami menyelinap di sela lautan pengunjung untuk agak mendekati sosok air terjun.
Memilih titik bidik yang nyaris luput dari kerumunan masa, berupa pucuk pakis maupun pusaran air di bebatuan karena hampir tak ada celah tanpa aktivitas.
Tanpa menunggu terlalu lama kami kembali mendaki anak tangga sehingga genap menapaki 232. Kapokkah? Tidak, justru penasaran lain kali datang kembali semoga tidak padat berjejal sehingga bisa menikmati kesegaran dan mengagumi keelokan pahatan alam.
Membaca banner di pintu masuk, air terjun Jumog dibangun pada tanggal 7 Agustus 2004 oleh warga dusun Berjo dengan semangat merebas semak belukar memunculkan pesona keindahan alam. Tak tergambarkan perasaan para perebas melihat perkembangan kini. Geliat ekonomi luar biasa dari pengelola parkiran kendaraan, rumah-rumah penduduk menjadi penitipan motor, penjaja penganan dan cindera mata sepanjang perjalanan ke loket masuk, warung-warung makan sepanjang aliran kali di hadapan air terjun, peternak kelinci bahan baku sate, perajin seni menghibur pengunjung dan sisi-sisi lain pengungkit ekonomi. Tebaran rambu-rambu pengingat menjaga kebersihan, tidak membuang ke kali semoga terpateri erat di hati para pengunjung agar kawasan air terjun lestari.
Saat keluar dari areal wisata mencoba menghitung rasio/perbandingan kasar antara luasan areal air terjun versus jumlah pengunjung dari beberapa pool penitipan motor dan panjang deretan mobil, rasanya sekitar 2-4 individu per meter persegi alias jejel riyel, semoga kenyamanan dan keamanan juga menjadi pertimbangan saat berkunjung.
Halo pucuk pakis gunung, selamat bergelung dan memekar menjaga keasrian Jumog, kebanggaan kota Intanpari. Sapa pengunjung dengan senyummu, pandu arah untuk menjenguk Candi Ceto, Candi Sukuh, perkebunan teh Kemuning. Salam lestari
Penuh amat pengunjungnya Bu 😯
Kalau sudah uyel-uyelan gitu memang jadi gak bisa tuntas menikmati keindahannya ya Bu
___
Betul Pak, antisipasi tidak tepat dan kami pilih undur diri saja…
pakis hutan itu termasuk pakis yang bisa dimakan gak sih, Mbak? Soalnya saya sering denger sayur daun pakis. Tapi belum pernah nyobain 🙂
___
Satu keluarga besar namun lain jenis Jeng Chi. Nyobain sayur pakis hutan di Pontianak maupun gulai paku ala Ranah Minang memang eunaak.
Mbak, gelung pucuk pakis itu mirip banget dengan pucuk suplir yang baru muncul…hehe, mungkin karena jenisnya sama ya, jadi saya gemes banget dengan gelungan pucuk pakis itu…suegeerrr…
😀
___
Mirip gelung tekuk tang luwes alami ya Jeng Irma….masih saudaraan jauh paku-pakuan dandanan gelungannya sama ya. Gemas Jeng pengin nguwel-uwel eh dijaga duri di tangkai tetangganya hehe…
mungkin pemikirannya pada sama pasti ga pada kluar karna hujan dan habis begadang,pasti sepi air terjunnya, eladalah ternyata malah penuh yaaaa 🙂
air terjunya dibangun taon 2004? jadi bukan air terjun alam ya? luarbiasa..top
segerrrrrr liat air ..wajib basah kalo uda sampe air terjunmah 😀
____
Hehe ilmu ngarep yang sama dan tenyata bluarrr pada keluar…
Bukan buatan Jeng, hanya tadinya air terjun ini tersembunyi tanpa akses masuk, lah penduduk setempat membuka aksesnya hingga dapat dinikmati bersama.
Salam
Air terjunnya rame, enak buat berbasah-basah ini.
Itu bukan pakis aji ya Bu, yang batangnya sering dipakai buat karya seni?
___
Benar Uni ramai pake banget, kami lebih menikmati pemandangan alam yang rame asal tidak banget. Basah kuyup Uni….
Walah malah saya kurang tahu Uni, hanya tahu keluarga besar pakis-pakisan saja.
Salam
Belum pernah dengar ada air terjun Jumog, hanya tahu yang di Tawangmangu. Waktu ke Tawangmangu terakhir tahun 1995 juga penuh pengunjung, jadi lebih banyak melihat orang dari pada pemandangan.
Baru tahu juga kalau ‘tree fern’ itu nama Indonesia-nya pakis. Kalau fern biasa yang tidak berbatang seperti pohon apa namanya juga pakis?
____
Menjadi pendamping grojogan sewu yang lebih dulu terkenal Mbak, yang ini setelah terminal Karangpandan berbelok ke kiri
Kami menyebut pakis untuk golongan yang sangat luas mulai dari pakis kecil menempel hingga pohon tinggi mbak, meski sering ditegur sahabat biologi hehe…
foto berpayung pakis aku suka banget lihatnya mbak
berdyukur banget mbak ke mana-mana dekat dengan obyek wisata
dan mbak juga bukan main deh wisatanya yang perlu perjuangan naik yurun anak tangga sekian banyak
___
Terhalang pengambilan gambar mendatar nih Mbak Monda, seuas pandang tertangkap bayangan pengunjung, sehingga pilihan arah bidikan tinggal ke atas ataupun menunduk hehe
Betul Mbak Salatiga, melangkah 360 derajat jumpa aneka tempat cantik tanpa jauuuh, ayoook ditunggu
Jalan bareng jagoan mbak, dikompori hayoo pelan pasti bisa, kadang didorong pula naiknya..
Melihat foto air yg mengalir di Bebatuan, jadi ingat jaman saya kecil duluu, suka main di Sungai dan mandi juga, eeeeh ndak taunya di hulu ada Kerbau sedang mandi pulaaaa… hihi
____
Toss Teteh, mandi di kali selain itu adanya sarana juga hiburan yang menyenangkan. Kebersamaan dengan sesama baik jalma jeung kerbau pun dilakoni. Eh berarti sejak kecil kita praktik kumpul kebo di sungai dong ya…
Adeeeem lihat foto-fotonya… berasa segarnya… nyes gitu.. 🙂
Waaaah banyak juga yg jalan-jalan ke Air terjun Jumog ya… mudah2an selalu menjaga kebersihan dan keasrian tempat ini..
Hatur nuhuun sudah berbagi mbak Priih… Eeeh pucuk gelung Pakis itu cantik ya, pakai kamera apakah mbak Prih..?? 🙂
____
Sumuhun Teteh, terasa nyes ademnya air dan segarnya udara gunung..
Padat sekali Teteh mungkin karena hari libur Nasional ya, berharap yang sama rasa memiliki dan memelihara karunia keelokan alam ini
Sami-sami Teteh Wie…haha gelung pucuk diculik dengan kamera saku sederhana saja Teteh, abdi mah gaptek jeung kamera.