Pesona Teluk Bayur…….
Lagu Teluk Bayur sangat berkesan bagi saya. Saat kanak-kanak lantunan lirik ….ku kan mencari ilmu di negeri orang….sungguh dahsyat gelora semangatnya. Sementara kami tuk berguru ke padepokan Mahapatih Majapahit bisa ditempuh pulang pergi pada hari yang sama, saudara-saudara dari tanah seberang harus mengarungi Samudera Indonesia.
Butir yang sangat menggelitik dari budaya Minang adalah kecintaan urang Minang terhadap belajar. Budaya belajar yang ditumbuhkembangkan dalam keluarga, kamar seorang bujang berada di bagian depan dengan pintu langsung ke luar karena pada hakekatnya rumah anak bujang adalah di surau tempat menimba ilmu. Melangkah lebih jauh, dunia pembelajaranpun ditempuh oleh Angku dan Encik sehingga tak heran begitu banyak tokoh negeri berasal dari SumBar. Merantau ke negeri sebrang, mencari ilmu di negeri orang menjadi bagian dari impian. Untuk menjemput asa, sarana transportasi yang paling hebat saat itu adalah kapal dan pelabuhan Teluk Bayur menjadi saksi sejarah perpisahan dan perjumpaan. Sedu tangis, janji, tawa bahagia maupun doa dirapal saat mengantar maupun menjemput kerabat di sini.
Pelabuhan Teluk Bayur yang terdapat di Kota Padang, provinsi Sumatera Barat ini dibangun antara tahun 1888 hingga 1893 pada zaman kolonial Belanda, awalnya bernama Emmahaven. Fungsi utamanya sebagai pintu gerbang antar pulau baik untuk penumpang maupun hasil bumi yang kemudian juga berkembang sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.
Kesempatan emas saat berkunjung ke kota Padang Mei 2013 antara pilihan Pantai Aie Manih yang berkaitan dengan legenda Malin Kundang atau ke Teluk Bayur, pilihan pada Teluk Bayur dahulu. Uda yang mengantar kami agak heran seraya menjelaskan pelabuhan tersebut sepi penumpang, dominan hanya untuk lalu lintas barang (semen, batu bara dll) karena sekarang banyak pilihan penerbangan dengan biaya terjangkau. Tidak mengapa, kami ingin mematrikan kenangan akan semangat belajar melalui tangkapan indera mata dan rasa.
Tidak terlalu jauh dari Kota Padang ke arah Selatan melewati Pelabuhan lama di muaro Batang Arau, singgah sejenak di Jembatan Siti Nurbaya, tidak sampai 1 jam kemudian kami sudah menikmati keindahan teluk Bayur meski cuaca agak mendung hingga gerimis. Mengelilingi teluk dengan gelombang yang teduh karena energi hempas dari samudera sudah dihadang di mulut teluk serta pemandangan kelokan yang menawan.
Kembali tertegun kagum dengan kearifan ‘alam takambang jadikan guru’ penamaan Teluk Bayur ini berkenaan dengan tumbuhan bayur (Pterospermum javanicum). Tanaman penghasil kayu kualitas baik yang tumbuh di daerah tropis dataran rendah. Kelompok kayu ini dalam perdagangan mencakup beberapa spesies dari genus (marga) Pterospermum. Semoga tumbuhan bayur di bumi Nusantara tetap lestari sebagai penyedia bahan bangunan berkualitas tinggi.
Meminta waktu turun sejenak dari kendaraan, mematrikan kenangan dengan menghirup udara teluk ditemani monyet yang sangat jinak di tepian laut. Mari lanjut melaju menanjak ke Sitinjau Laut, menyusuri tepian Danau Singkarak dan hati keyungyung (terpikat) di istana Pagarruyung. Serasa suara merdu Ernie Djohan melantun…. nantikanlah aku di Teluk Bayur …..
nuur maliecha said:
wahhh….indahnya di teluk bayur..keinget lagunya teluk bayur nich;;
___
Mari bersenandung Teluk Bayur bersama Ernie Djohan…..
mama hilsya said:
wah, jadi malu.. bu.. saya bolak-balik ke daerah sini tidak berhasil membidik view yg bagus dan berakhir dgn kesan biasa2 aja..
___
Siapa bilang, rasanya setiap postingan tempat yang Jeng kunjungi selalu menebar daya pikat bagi kami penikmat tulisan Mama Hilsya….
Imelda said:
senangnya bisa menikmati Teluk Bayur di sini… Aku juga cuma tahu lagunya Ernie Djohan saja
___
Senada dengan teluk-teluk di Jepang maupun Makasar ya mbak…
Erit07 said:
Asyik,menarik banget teluknya…
____
Semenarik alam di lingkungan sekitar Erit…
chocoVanilla said:
Waahh, saya baru tahu lho Mbakyuu, klo bayur itu nama pohon 😳
(jebolan pertanian yang durhaka saya ini 😛 )
Wisata di manapun nek Mbakyuu yang nulis kok terasa jadi lebih indah yaa?
___
Dengan cara pandang lain, Jeng Piet jadi wakil alumni pertanian yang mumpuni di bidang lain
(menambah info dari Uda driver dengan bacaan aja koq Jeng)
Ohooo pandainya Diajeng mbombong mbakyune, tulisan indah bagiannya Jeng Choco aja ….
Kuvisha said:
indahnya~
ingin sekali saya bisa plesiran ke tempat kaya Tekuk Bayur begini 🙂
___
Hayuu nikmati alam, tak harus jauh mulai di sekitar kita. Terima kasih telah singgah.
lozz akbar said:
Bu Prih saya borongan intipin artikele ya…? hehehe Salahe sopo artikele keren-keren 🙂
Seperti halnya artikel ini.. tahunya sih Teluk Bayur dari lagu kenangan, eh sekarang baru tahu nih fotonya… Kalau saya lihat kayanya sepi nih pelabuhannya
_____
Loh rasanya tak ada postingan `intip goreng` pandainya Mas Lozz mbombong pembelajar, mtnuwun.
Kami hanya memutari teluknya dan memandang pelabuhan dari bagian landscapenya. Menurut Uda yang ngantar kesibukan pelabuhannya pada bongkar muat barang perdagangan, untuk penumpang sebagian beralih ke penerbangan. Salam
Evi said:
Membaca dan melihat foto2 Mbak Prih tentang Taluak Bayua, jantungku serasa diiris-iris karena kangen hahahaha..
_____
Ini dia Taluak Bayua yang dirindu, pengaruh bacaan saat kanak2 menikmati Taluak ini tak hanya terasa keindahannya Uni Evi, serasa monumen perjuangan menuntut ilmu bagi saya. Postingan sebagai pembuluh rindu….
niken kusumowardhani said:
Ikutan nyanyi ya mbak ^_^
___
Mari Jeng ….merdunya suara Jeng Niken.
Ni Made Sri Andani said:
o ya ya.. jaman dulu saya juga suka mendengarkan lagu Ernie Djohan ini Bu Prih.. Sekarang di sini kita bisa menikmati pemandangan teluk yang menjadi lokasi dari lagu itu..
____
Nostalgia kekuatan media radio sebagai sumber berita dan hiburan, tanpa pernah menikmati langsung wajah mbak Ernie Djohan terbius oleh suara emasnya. Ternyata teluknya indah, aslinya lebih menawan Jeng Dani. Salam