Tag
Dolan ke Milan, Gallerio Vittorio Emanuele II rumah butik, Gelato Milan, Katedral Milan nan megah, ku berjalan di kota lama, La Scala Theatre, Museum Duomo Milano, Palazzo Duomo Milano, Palazzo Marino yang lebih lengang, Panzerotti Luini Milan, Taman Leonardo da Vinci yang rindang
Dolan ke Milan
Milan, jantung Italia bagian Utara menjadi trio kota bersama Roma dan Venice pemikat pengunjung negara piza dan pasta. Melabel diri sebagai salah satu kiblat fashion pun liga sepak bola yang mendunia, Milan tak bosan merayu para pengunjung. Pagi baru menyapa saat SQ mendarat mulus di bandara Malpensa Milan, menghantarkan pemasok devisa yang segera berbenah sekedarnya. Tujuan yang dijanjikan agen tur adalah Duomo Gothic gereja Katedral Milan yang megah, La Scala Theatre dan Galleria Vittorio Emmanuelle II.
Sejarah mencatat, Perang Dunia II dengan segala kebesaran sekaligus kehancuran akbarnya. Italia bagian Utara tak luput dari aksi ini, tersisa bagian kota tua Milan yang kini menjadi pusat wisata. Bus wisata carteran menghantar kami hingga titik yang diizinkan, pemerintah kota sangat ketat membatasi kendaraan wisata ke kota lama untuk menekan kesemrawutan dan polusi. Bagi pengunjung dengan moda transportasi umum tak perlu khawatir aneka model trem, bus sambung sepeda banyak tersedia.
Pemandu wisata (PW) memandu kami ke La Scala Theatre, salah satu gedung opera terkenal di dunia. Banyak pesohor antre untuk bisa tampil di papan bergengsi ini. Budaya penduduk Italia yang lebih menikmati pertunjukan langsung sehingga budaya nonton opera hingga nonton sepak bola tumbuh subur. [Idem loh dengan budaya nonton wayang orang, wayang kulit, ludruk, ketoprak ataupun seseruan nonton bola di lapangan ala kita]
[Taman ini menjadi meeting point kita ya, pesan mas Chris, yook kita masuk ke lorong The Galleria Vittorio Emanuella II, mohon tunda hasrat berbelanja, saya akan hantarkan ke katedral dulu lalu acara bebas, kumpul lagi sudah pepotoan, belanja/i dan makan siang…]
Milan Cathedral bergaya gothic serba meruncing ke atas menatap ke langit berada tepat di jantung kota. Keindahan landmark kota Milan ini mampu menyedot jutaan pengunjung setiap tahunnya. Tegak menjulang bernuansa putih tulang menguarkan aura anggun gagah. Palazzo Duomo semacam alun-alun maha luas tepat di depan gereja tempat segala suku bangsa berhimpun, ada yang memuja keindahan ataupun mengumpulkan rezeki dengan aneka cara. [Gelang perdamaian yang hendak diikatkan ke tangan ataupun tawaran bebijian makanan burung merpati yang jinak semuanya bermuara pada berbagi rezeki bahkan dengan nada paksa]
Keinginan masuk ke gereja terhadang dengan panjangnya antrian. Mari tengok ke sebelah kiri gereja ooh ada Museo Duomo, lah antriannya juga panjang. Cukuplah menikmati gereja dari luar dengan sisi-sisi renovasi yang berlangsung.
Ini loh rumahnya barang-barang branded asli semisal prada, LV dkk. The Galleria Vittorio Emmanuelle II dengan arsitekturanya yang mengah. Mata memandang ke atas lorong atap yang saling bertemu di kubah utama. Mau menunduk menikmati unik indahnya pola ubin atau mau menikmati pajangan barang dagangan di gerai-gerai hingga mall nya, ayook saja.
Bersama emak kebun kami lebih menjelajah areal saja seraya menjepit kartu pos Milan. Tampilan wah Ferary hingga gerai McD duta Amerika di rumah piza. Terpikat dengan antrian panjang di pizzaroti Luini kamipun ikut mencicip dengan gaya take away yang lebih murah dibanding makan di kafe resto yang bermeja kursi dan nyemil santai di keteduhan pohon di palazzo Marino monumen dari Alessandro Manzoni yang lebih sepi. Serasa warga lokal kamipun mengesahkan kunjungan dengan kelezatan gelato.
Jelang waktu kumpul mari nikmati taman dengan pusat patung Leonardo da Vinci yang rindang. Dari taman ini keindahan La Scala Theatre, The Galleria Vittorio Emmanuelle II serta gedung-gedung tua maupun hiruk pikuknya lalu lintas sekitar dimateraikan dalam kenangan. [saat sahabat kebun ada yang kepengin ke toilet, mau masuk mall rada enggan, saya teringat McD yang menyediakan toilet gratis dari postingan, ditulis ulang mungkin berguna bagi pembaca]
Si Gendhuk Limbuk ikutan usul, mencatat budaya mereduksi emisi gas buang melalui penyediaan sepeda, paduan pepohonan dan pagar hijau berbunga cantik penyerap polutan maupun menjaga keaslian stone block yang dulunya jalanan kereta kuda untuk menekan aliran permukaan air dengan drainase cantik di beberapa tempat strategis. Dolan ke Milan, menikmati dendang lirik …. ku berjalan di kota lama….
mama hilsya said:
cantik semuaaa…naksir
terutama gelatonya ^^
rynari said:
Toss penyuka icip gelato
Nusantara Adhiyaksa said:
bagus banget ia gaya arsitektur bangunannya …
semoga bisa memiliki kesemptana pergi ke Milan juga, amin
rynari said:
Saat tepat menikmati arsitektura bangunan kuna cantik. Sekitar kita juga kaya bangunan cantik.
Lois said:
Apik dan bersihnya pemandangan sampai terlihat nyata sekali di setiap photo.
rynari said:
Kota tua mendatangkan gelimang devisa melalui resik, unik dan apik nya.
monda said:
Milan kota tua yang indah… ya mbak..
aku bisa ternganga-nganga di sini mengagumi gedung2 tua cantik dan leher sampai kaku tengadah menatap langit2 yang artistik
rynari said:
Haha penjelasan yang khas mbak Monda…. pecinta gedung tua sangat menikmati kota tua ini.
bersapedahan said:
milan bener2 kota yang indah ya .. bangunan2 kunonya terlihat megah dan anggun. katanya kalau di Milan orang2nya modis2 .. bener ga sih .. karena Milan juga terkenal sebagai kota mode.
Pengen deh kesini … lihat yang cantik2 .. haha
rynari said:
Idem menikmati kota tua jakarta…gowes cantik…lihat gedung tua bersejarah…gowes…lihat yg cantik…gowes es selendang mayang…