Tag

, ,

Hidup Ini Adalah Kesempatan

Hidup ini adalah kesempatan…

Amin, hidup ini adalah kesempatan. Anugerah kesempatan yang tiada terkira yang selayaknya disyukuri dalam damai. Betapa sering kita mengeluh atau mendengar, waduh koq nggak sempat-sempat ya, begitu ada kesempatan saya lakukan deh, koq ya sempat-sempatnya loh Jeng dst. Ini merangkum nukilan bahwa hidup ini adalah kesempatan….

Pagi hari, asyiik tiket tilik anak sudah ditangan

Zaman sudah berubah, tak lagi sebagai orang tua menunggu saat anak-anak bisa sowan. Menyoal libur nasional di hari Jumat lanjut Sabtu memang kebun libur, saatnya koordinasi dan anak-anak matur kalau tidak bisa ngumpul di Salatiga. Lah dibalik saja mengapa tidak, emaknya yang menyambangi tilik anak. Percaya saat kita membuka kesempatan saatnya semesta mendukung kita. Berhasil booked tiket untuk tilik anak di Kamis sore, lah belum diissued dapat SK juragan kebun kalau Kamis diliburkan, asyiik kan bergegas memajukan jadwal keberangkatan ke Rabu sore. Pagi ini senyum merekah saat menggenggam tiket tuk liburan tilik anak. Berkumpul adalah kesempatan….

Jelang siang, melongok Puri Candi Sari

Beres finalisasi tiket, berlanjut dengan perjalanan ke Yogya. Lama berangan-angan mampir di Candi Sari. Mari buat kesempatan …… Masih lumayan pagi sedikit lewat pk 10an, lokasi candi sangat mudah dijangkau, dari Klaten lewati candi Prambanan, di depan RM Candi Sari siap belok kanan tralala pagar candi sari sudah kelihatan.

Candi ini relatif kalah terkenal dengan Candi Sambisari tetangganya. Saat saya datang hanya ada sepasang turis mancanegara yang dengan ramah menebar senyum dan angkat jempol untuk candi Sari. Berbekal HTM seharga 5K saya menyusuri halaman berumput yang terpelihara bersih, nampak petugas kebersihan menjalankan tugasnya dengan tekun. Petugas loket  bercerita kalau pengunjung Candi Sari yang memiliki kedekatan relief dengan Candi Kalasan yang memiliki relief sulur gelung vertikal ini sangat terbatas dan tidak terlalu ramai.

Candi Sari

Menikmati Candi Sari serasa berkunjung ke puri bertingkat dua dengan menara berupa jajaran 3 stupa dalam 3 barisan, meski kini tak genap utuh 9 stupa. Menurut sejarah, candi ini difungsikan untuk tempat pendidikan di lantai 1 dan penyimpanan peralatan ibadah di lantai 2. Berbeda dengan Candi Kalasan yang secara tegas tertera larangan menaiki tangga ke badan candi, di Candi Sari pengunjung diizinkan mendaki tangga. Petugas hendak memandu namun saya sadar diri lah tangganya lumayan curam bagi emak kebun. Melongok puri Candi Sari adalah kesempatan…

Nglodeh Tresna

Yogya mengingatkan pada sahabat dekat masa SMP dan SMA layaknya sedulur sinara wedi yang kini bermukim di Banguntapan dan cukup lama tidak berjumpa. Malam sebelumnya kami berWA ria untuk buat kesempatan jumpa dan sepakat jumpa pk 11an di Janti. Maturnuwun mbakyu…di sela kesibukan mengajar dan momong lembaga (beliau PUKET di salah satu PTS) menyempatkan diri ketemu. Galibnya sahabat masa kecil lama nggak jumpa yah ngethuprus (asyiik ngobrol). Sempat sowan ke rumah beliau di Banguntapan, jumpa keluarga terkasih masih lanjut ngrumpi di tempat lain.

Nglodeh Tresna di Kampoeng Matraman

Keluar dari wilayah Banguntapan lah melewati Kotagede, saat saya bilang ada sahabat di puskesmas Kotagede ditunjukkan arahnya, meski nggak sempat mampir. Yuup kami menyempatkan diri nglodeh tresna di Kampung Matraman. Lodeh…yah sayur lodeh…sayur abadi dari masa ke masa, pelabelan nglodeh tresna merajut kenangan kasih dengan sahabat, apik sekali kemasan di Kampung Matraman di ring road Selatan Yogya ini. Makan sambil ngobrol atau ngobrol sambil makan di bawah pohon trembesi di depan kolam teratai lanjut melongok dapur yang dikemas masa dulu. Kampung Matraman wujud dari badan usaha desa dengan pengelola nan ramah. Nglodeh tresna adalah kesempatan merajut persahabatan…..

Menjemput Ibu….

Yuup ini adalah tujuan utama saya ke Yogya, menjemput Ibu yang tinggal di Yogya bersama 3B, beliau hangat di Yogya ada 3B dan 4S yang merangkulnya. Secara berkala Ibu menjenguk para putranya dan ini saatnya beliau menghendaki tilik Salatiga. Karawuhan ditiliki (dijenguk) Ibu adalah kesempatan anugerahNya, menjemput beliau bagian dari kesempatan meski tidak bisa terlalu lama di Salatiga. Menua dan belajar menua adalah kesempatan…..

Menghindari perjalanan kesorean agar Ibu tidak kedinginan, pk 15an kami kembali ke Salatiga. Bila saat berangkat melalui jalur Boyolali mengitari sisi Utara dan Timur Merbabu lanjut sisi Timur Selatan Merapi, kini sebaliknya, sungguh memutari Merbabu dan Merapi juga adalah kesempatan syukur.

Jelang petang kami memasuki kembali rumah Salatiga. Terima kasih … hari ini…hidup ini adalah kesempatan…sesuai dharmanya, hidup harus jadi berkat. Senyampang belum bisa menjadi berkat minimal belajar untuk tidak menggerutui kesempatan. Salam hangat