Wangi Anggrek Merpati di Pagi Sunyi
Akhir bulan Oktober menurut pranata mangsa atau “ketentuan musim” semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian, termasuk mangsa kalima labuh-semplah. Penanda empiris berupa mulai ada hujan cukup deras, laron keluar dari liangnya. Pengetahuan dan kearifan lokal ini masih tetap memiliki relevansi dengan kekinian. Akhir Oktober di kota kami, hujan mulai menyapa diantara kemarau terik, laron mulai datang mengerumuni bohlam lampu di senja hari.
Kondisi ini secara bijak direspon oleh anggrek merpati (Dendrobium crumenatum). Saat menikmati jalan pagi, hidung disergap bau wangi harum semerbak yang khas, bukan ini bukan wangi manis bunga mahoni. Dugaan saya….yah saat menengadah ke atas sungguh terpesona dengan suguhan anggrek merpati yang mekar sempurna dalam rumpun yang sangat besar. Tangkai menjulur penuh dengan bunga membentuk formasi seperti burung merpati sedang terbang, bersepal dan petal putih cemerlang dengan lidah indah berwarna putih kekuningan. Wanginya menyemangati acara jalan pagi.
Ingin mengulang aroma wanginya, pagi berikutnya saya kembali melewati jalan kemarin. Ooh tanpa wangi semerbak, warna putih masih dominan namun posisi bunga mekar menjadi menutup dan sedikit layu. Lupa sudah pembelajaran bahwa anggrek merpati hanya mekar sehari dan dipicu oleh perbedaan suhu yang ekstrim semisal hujan deras di musim kemarau.
Anggrek merpati yang memiliki habitat hidup luas dari Indonesia, ke arah Timur yaitu Singapura, Thailan, Filipina, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. Mudah dijumpai di batang maupun percabangan pohon-pohon di pinggir jalan, yang saya temui kemarin menempel di batang pohon angsana, mahoni maupun cemara.
Bila dicermati rumpunnya, anggrek merpati termasuk dalam kelompok monopodial (salah satu penciri anggrek Dendrobium), dengan bulb/umbi menggembung di bawah dan pipih di atas serta rajin membentuk keiki/anakan baru. Pengembangbiakannya dapat dilakukan melalui pemisahan bulb, potong keiki maupun melalui biji yang diterbangkan angin atau terbawa oleh burung.
Anggrek merpati menumpang di pohon, parasitkah dia? Bukan, tumbuhan anggrek ini termasuk golongan epifit, yang berasal dari bahasa Yunani epi berarti permukaan atau tutup dan phyton yang berarti pohon atau tumbuhan. Meski menumpang, tumbuhan ini sangat tahu diri tidak menyedot makanan dari inangnya, kebutuhan air dicukupi dari hujan, embun ataupun uap air. Ia memasak sendiri makanannya melalui proses fotosintesis. Kebutuhan unsur hara atau mineral diperoleh dari debu maupun dekomposisi kulit mati batang pohon. “Ehm..meski tidak menyerobot makanan, aku ternyata sedikit mengganggu, aku menjadi penghalang sinar matahari dan kadang kakiku (akar) mencengkeram batang dengan sangat kuat hingga melukai dan merusak keseimbangan fisiologi induk semangku” aku anggrek merpati tersipu malu.
Duhai anggrek merpati engkau meneladankan pada kami meski singkat mekarmu, kenangan semerbak harum wangimu tak terlupakan.
saya punya 2 buah pot gantung wangi anggrek merpati dipagi sunyi (Denrobius crumenatum) yg sudah berusia hampir kurang lebih 20 Th saya tanam dimedia pot gantung,tumbuh sumbur dan berbunga hampir setiap 1 bln sekali kebetulan akan saya jual, nah kalau anda yang brminat silahkan hubungi saya terimakasih.
Dendrobium crumenatum ini agak mirip dengan D. delicatum yang kami punya dirumah. Bunganya juga wangi tapi bisa tahan 1 s/d 2 minggu sebelum layu dan rontok.
___
Wanginya tahan lama ya D. delicatum di rumah, efifit menempel di pohon atau bisa ditanam pada media lain dalam pot ya seperti jenis Dendro lainnya…
cantiknya…. aku suka sekali wangi angrek merpati, beberapa kali aku coba pindahkan dari pohon ke pohon atau pot supaya deket rumah, belum ada yg sukses berbunga, tapi ga putus asa, ini mau coba tanam lagi di kota ku yg baru (anggrek di impor langsung dari purworejo 🙂 semoga disini nanti akan berbunga 🙂
____
Semoga sukses memboyong keharuman anggrek merpati Purworejo ke tempat tugas mBak Ari yang baru.
Terima kasih sudah singgah di sini. salam