Sorghum Kecantel Tepian Jalan
Terpesona dengan tampilannya di tepian jalan, segera memotretnya. Yah inilah penampilan sorghum (Sorghum sp) atau jagung cantel tersebut, salah satu tanaman potensial penyumbang energi terbarukan.
Ragil yang berjalan bersamapun, menyela: “ma, sebentar perhatikan tempat tumbuhnya, lingkungan tumbuh sekitarnya”. Semakin terpesona jadinya, betapa keempat tanaman tersebut tumbuh mengambang di atas aspal seolah kecantel saja tanpa mampu berjangkar erat, setiap hari menghirup asap knalpot pekat. Namun sesuai tugasnya dia berbuah lebat, keempatnya kompak tak menyerah, apalagi menggerutu. Semakin termangu mengamati penampilannya, kemampuan adaptasi yang luar biasa, bertahan atas segala kesulitan yang menghadang eksistensinya, mengubah uap keringat dan debu menjadi energi kehidupannya, mencoba menangkap pesan pembelajaran dari kehadirannya.
Kami adalah kawanan biji yang kecantel di tepi jalan
Entah siapa yang menabur
Entah pula siapa yang menyiram
Karna kami ditumbuhkanNya
Dharma syukur kami adalah berbuah
Entah siapa pula yang kan menuai
Entah adakah titah meresapi arti hadir ini
Dimanapun tertabur, seperti apapun lingkungan sekitar, hakekat penciptaanNya atas kita adalah menghasilkan buah kehidupan
Marti said:
saya lagi cari bibitnya
kohani said:
Tanaman langka itu mba. udah jarang yang nanam
rynari said:
sekarang dikembangkan untuk biofuel
Kang Diman said:
Tanaman itu kalau seingatku namanya canthel. Di kampungku dulu cantel ada beberapa jenis, ada canthel yg umurnya lebih panjang sd 6 bln dan orang kampung dulu menyebut canthel tahun karena umurnya hampir setahun. Canthel yg biasa umurnya sedikit lebih lama dari umur tanaman jagung biasa. Biji canthel dijadikan beras dan bulat2 lantas bisa diolah menjadi menjadi nasi, namanya gethu cantel. Cantel jenis lain namanya canthel ketan, dan ini biasanya dibuat brondong (brondong canthel). Ada cantel yg warnanya merah. Jenis lain yaitu canthel tahun pohonnya lebih tinggi, bisa setinggi 3 meter buahnya lebih besar dan lebat, pengolahannya tidak seperti canthel yang biasa dibuat nasi canthel, akan tetapi setelah menjadi bers harus ditumbuk lagi menjadi tepung, baru bisa diolah menjadi makanan sesuai selera. Pohon cantel lebih keras dari pohon jagung dan banyak mengandung gula sehingga oleh anak2 kampung dikonsumsi seperti tebu rasanya manis.
rynari said:
Luar biasa dirawuhi Kang Diman yg berbagi ngelmu. Maturnuwun kang, leluhur kita arif dg banyaknya sumber pangan lokal ya. Wow belum tahu yg canthel pohon. Sega jagung, canthel dan bolgur makanan kami juga. Salam