Pesona Tranggulasi
Gunung Merbabu yang indah sungguh menjadi lantaran berkah bagi penghuni di punggung, kaki gunung bahkan di manca negara. Diantaranya bagi kelompok Tranggulasi di Dusun Selongisor, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah sebagai produsen sayuran organik dengan andalannya buncis prancis yang melanglang ke Singapura. Secara teknis kelompok tani tersebut mendapat pembinaan dari dinas pertanian sedangkan dari aspek manajerial berbagai kelompok berpartisipasi didalamnya.
Menuju dusun Selongisor (sekitar 1 400 mdpl) yang berarti ‘batu bawah’ yang merupakan daerah yang ‘relatif atas’ dari pinggang Merbabu akan disuguhi udara sejuk dan pemandangan yang sangat indah. Pemilihan waktu pagi hari sangat tepat cuaca lebih cerah sehingga terhindar dari kabut. Gemericik air, hijaunya tanaman sayuran, warna-warni bebungaan terbentang dihadapan kita.
Pak Pitoyo selaku ketua kelompok tani menerima tetamu dengan ramah, berbagai kelompok pembelajar silih berganti datang tuk berguru tentang pembuatan pestisida alami, MOL (mikroorganisme lokal) dll. Bangunan ‘packaging house‘ terletak di antara rumah penduduk, penerimaan produk, penyortiran, pengemasan hingga pemuatan ke mobil berpendingin tuk disetor ke eksportir yang dilakukan sore hari dilaksanakan. Selain buncis prancis, baby sawi, sawi sendok, wortel, kentang, brokoli menjadi andalannya.
Sistem penanaman dibahas dalam rapat kelompok yang dimulai dengan paparan target produksi tuk mempertahankan kontinuitas penyediaan produk, bila produk melimpah akan dilepas di pasar lokal dengan harga yang tidak berbeda dengan harga ke eksportir. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk sehat mampu menyerap volume produksi sayuran dari kelompok tani tersebut.
Kunjungan dilanjutkan ke rumah jala, ya saya menyebutnya rumah jala karena memang bukan rumah kaca. Sebagai dinding dan atap digunakan net/jala dengan kehalusan tertentu agar serangga hama tidak mengintervensi, tanaman dalam rumah jala tetap mendapat curahan sinar matahari dan hujan seperti tanaman di lapang, pembedanya ada pada screen/tabir hama untuk menekan penggunaan pestisida.
Penanaman dilaksanakan dengan sangat efisien secara tumpang sari dan tumpang gilir, keberimbangan serapan hara, adanya cadangan tanaman lain antisipasi kegagalan penanaman suatu produk. Integrasi antar sektor sebagai pendukung kehidupan di desa sungguh diterapkan, misalnya pembagian air dari mata air yang dilakukan secara adil.
Menurut data dari Deptan tingkat konsumsi kita akan sayuran masih dibawah 50 kg/kap/tahun belum memenuhi Standar FAO 73 kg/kap/tahun. Bagaimana dengan Anda dan saya??? Selain vitamin sayuran pastinya kaya dengan serat yang bermanfaat bagi tubuh kita. Saat pulang rombongan yang didominasi para emak ini pastinya ribet dengan tentengan sayur organik yang sungguh segar, sayur …. sayur …..
Ping-balik: Optimalisasi sumberdaya lokal dalam usaha tani berkelanjutan | Berguru pada Alam
satu plastik buncis di foto itu dijual berapa mbak? Di sini segitu bisa 400 yen (40.000 rp)…Mahaaaaalll.
Di Jepang diimbau untuk makan 30 jenis sayur setiap hari, tapi kalau keluargaku tidak mungkin. Masalahnya sayuran itu mahal! Jadi kalau mau aku beli yang sudah dicampur sebagai salad yang dijual per gram. Itu pun sesekali. Apalagi kalau musim dingin, sayur meroket deh harganya 😀
Kemasan tersebut 150g, nampaknya ukuran personal permintaan Sing, harga Rp 1 500 – 2 000,-, Suka sekali dengan penggunaan lahan yang sangat efisien di Jepang, dari pengamatan singkat di Ami-machi, Ibaraki prefecture. Dikirim sayuran dari Sal3, mbak EM?, salam
Wah….saya sangat suka buncis bu…diapaiiin saja..hehe…. Sayur yg saya kurang suka itu ADAS (yg kami sebut rambut gimbal, hehe…) padahal itu kaya’nya sayur khas sala3 ya bu…
Rambut gimbal??? he menarik namanya, bener sayuran ini banyak dijual di pasar sal3, pernah juga maksa diri mencicip dan kemudian menghindar dg substitusi katuk, Mau dikirim bunciskah?
hehehe saya termasuk orang yang gak suka makan sayur… 😛
apalagi dulu pas masih kecil. anti banget dah.
sekarang setelah udah ‘tua’ jadi ya mau gak mau deh dikit2 makan. hahaha
Sambil menemani anak2 biar mau makan sayur ya bung Arman, salam
Waduuhh enaknya sayuran segar ini.. nyam nyam nyam.. pengen ngunyah brokoli.. hehe..kalau ngelihat sayuran hijau begini aku jadi kaya ulat….
Trimakasih Jeng, pastinya kelompok tani sayur Tranggulasi puas karena karyanya diapresiasi ‘ulat’ hehe ….