Pesona Desa Panglipuran (Desa Adat Bali)
Perjalanan sekitar 45 km dari Denpasar ke arah Gunung Batur dengan aneka keindahan budaya dan alam, sampailah di Desa Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Panglipuran dambaan kunjungan kali ini, Bali di tengah globalisasi wisata tetap mampu memelihara budaya religi, budaya dan ekologis yang didasari Tri Hita Karana. Sore itu dalam cuaca rintik kecil, kami memasuki kompleks desa adat desa Panglipuran.
Lokasi wisata sangat mudah diakses, terikat pada klaster wisata disekitarnya (Ubud, Tampaksiring, Kintamani, bahkan geopark Batur yang baru saja diresmikan oleh UNESCO). Biaya wisata sangat terjangkau per orang Rp 10 000,- yang dikelola oleh Banjar, kenyamanan dan keramahan setiap penghuni sangat kental, kita akan disapa dari mana, silakan singgah dll.
Tiba di pelataran yang luas dengan gerbang bernuansa hangat, setiap pengunjung dihantar memasuki kawasan yang lega nan asri …
Tiba di bagian tengah, ke arah kanan hulu jajaran rumah-rumah yang berujung di pura berlatarkan hutan …..
Menengok ke arah hilir, jajaran rumah berakhir di pemandian pun bumi perkemahan …..
Tersedia home stay, karena tidak ada pemandu wisata tidak mendapatkan penjelasan bagaimana mengakses fasilitas tersebut.
Jajaran rumah bernomor dengan papan KK (kepala keluarga), memasuki gapura rumah keluarga, di halaman depan terdapat pura keluarga juga tempat penyimpanan abu leluhur, diikuti oleh rumah tinggal. Bangunan asli berbahan bambu, atap sirap meruncing (merespon curah hujan yang tinggi), beberapa keluarga memiliki rumah dengan arsitektura indah di belakang bangunan bambu. Juga ada ruang pajang mini berisi dagangan kerajinan tangan.
Kehidupan bersandar pada hutan (hutan bambu) sebagai penjaga kelestarian alam, penata air, pengikat tanah dari longsor, penata iklim mikro. Pada bagian hulu adalah bangunan pura sebagai kiblat kehidupan bersama … Tatanan ekologis, budaya berpadu. Di depan pura terdapat bangunan terbuka luas untuk kegiatan ekonomi bengkel kerajinan sekaligus penjualan, saat kunjungan beberapa wanita membuat lukisan bunga pada set alas hantaran dari bambu juga tersedia si kriwil pakis hutan.
Kebersihan terjaga sebagai cerminan rasa syukur pada Sang Pencipta, tersedia fasilitas dan seruan kebersihan tanggung jawab bersama (sesama warga dan hendaknya juga pengunjungnya).
Keragaman keluarga juga tercermin dalam aneka bangunan pura keluarga dari yang sederhana hingga kompleks terangkum dalam harmoni.
Terpuaskan rasa ingin mengunjungi Desa Panglipuran, matur sukma mbok dan bli. Harapan publikasi yang kuat agar keunikan dan kekayaan budaya Bali ini dapat dinikmati oleh banyak orang, gemanya sekuat desa leher panjang juga melimpahkan berkah kemakmuran jiwa bagi warga dan pengunjungnya.
Ping-balik: Sedulur Sikep Blimbing Blora | RyNaRi
Ping-balik: Matur Suksma…. | RyNaRi
Wahyu Black Dregs Pdd said:
kmarin sya dri bali tpi nga sempat
kesna.!! nuansa alamnya indah banget..klo ada rejeki n waktu ingin deh jalan2 ke sana………..
___
Tak ada bosannya menikmati Bali ya Wahyu selalu menemukan suasana yang berbeda. salam
Ping-balik: Hadirku untukmu | RyNaRi