Bagai Air di Daun Binahong

Lho pepatah barukah? Biasanya kan ‘Bagai Air di Daun Talas’ pepatah yang menggambarkan orang yang tidak memiliki pendirian atau plin-plan. Air di daun Talas tidak bisa menempel tapi bergerak ke sana-kemari. Hal itu disebabkan karena permukaan daun talas dilapisi semacam zat lilin yang bersifat menolak air. Namun karena di kebon rumah  tidak ada daun talas, sedangkan semalam hujan lebat setelah kemarau yang cukup panjang, dan pagi harinya gemerlapan butir air di daun binahong sangat mempesona jadilah memaksa judul, bagai air di daun binahong.

air di daun binahong

Air di daun binahong

Butir-butir air tersebut dengan kehangatan sinar mentari akan menguap, membubung tinggi meningkatkan kelembaban atmosfer yang pada saatnya nanti akan berkumpul menjadi awan tebal yang sarat kandungan uap air dan kembali jatuh ke bumi sebagai air hujan. Sedangkan butir-butir air yang menggantung ini pada saatnya akan jatuh ke pangkuan bumi, menambah kandungan air tanah, bila air tanah jenuh dia akan bergerak bersama kawanannya baik melalui permukaan tanah maupun air bawah tanah, mengisi badan-badan air. Dengan tak kenal lelah menempuh ribuan kilometer menuju samudera lepas seraya memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, meski tak jarang karena kekurang bijaksanaan kita kiprah positifnya menyimpang menjadi bencana yang menakutkan. Butiran air yang menjadi komponen dari daur hidrologi yang kompleks.

butir air menggantung

Dari binahong, membasahi bumi menuju samudra

Walah yang ini koq nganeh-anehi, apakah menjadi Euphorbia berdaun binahong mengikuti lirik buah semangka berdaun sirih dari aku begini engkau begitunya Bang Rinto Harahap. Ternyata Cuma numpang memajang saja menyuguhkan keindahan butir air di mahkotanya.

kemilau butiran air

Kemilau butiran air