Tag
cagar budaya stasiun Kedungjati, reaktivasi jalur kereta api Tuntang-Kedungjati, sejarah stasiun kereta api, Stasiun Kedungjati
Stasiun Kedungjati, cerita Juli
Mencicip penasaran pelaksanaan reaktivasi jalur kereta api Kedungjati-Tuntang, Juli ini kami mampir sejenak di Stasiun Kedungjati yang cantik. Ini sebagian penampilannya… Nun kala itu, penduduk Salatiga yang hendak ke Kota Semarang dapat mencapainya dengan menumpang kereta api jalur Secang-Ambarawa-Tuntang-Kedungjati-Semarang. Dengan ambrolnya jembatan kereta api Kali Tuntang lumpuhlah jalur Tuntang-Kedungjati. Pelan tapi pasti, rel kereta api raib, stasiun kecil plus perlengkapan menua dan ambruk, pemukiman memenuhi lahan milik PT KAI. Kini sedang dikerjakan reaktivasi jalur Tuntang-Kedungjati, menyambung jalur aktif Ambarawa-Tuntang.
Karena bukan postingan sejarah, saya sajikan foto saja ya tanpa narasi sejarah lengkapnya ..
Semakin bersemangat menikmati Stasiun Kedungjati yang merupakan Cagar Budaya di tengah hutan jati.
Saat ini stasiun Kedungjati (KEJ) menjadi stasiun persinggahan kereta api Semarang Solo. Sangat beruntung saat kami mampir, bertepatan dengan masuknya KA Kalijaga dari Semarang (Poncol) menuju Solo (Purwosari). [waktu tempuh sekitar 3 jam, singgah di stasiun kecil kuna, harga cukup murah, yuuk wisata KA Kalijaga]
Bila saat ini peron sebelah Utara yang ramai dengan hidupnya jalur Solo-Semarang, mari kita tengok peron sisi Selatan. Senada dengan stasiun Ambarawa, bangunan antik berpintu lengkung, kombinasi dinding krem-merah bata, berhiaskan jam besar.
Naik kereta api tut…tut…tut… semoga tak lama lagi tersambung rel dari Kedungjati-Tuntang-Ambarawa. [Secara ekonomi jalur ini rasanya ‘tidak cucuk‘ mengingat banyaknya mode angkutan darat yang lain. Sebagai bagian ‘nguri-uri‘ sejarah perkeretaapian semoga jalur ini lancar, semisal dengan kemasan wisata menyusuri Rawa Pening seperti jalur Ambarawa-Tuntang seharga 50K 1 jam pp yang laris manis. Jalur Tuntang-Kedungjati tidak kalah eksotik melintas Kali Tuntang, menelusuri persawahan, kebun karet pun hutan jati]
Tak hanya faset dinding maupun atap, amatan terhadap pola ubin juga menarik….
Elemen stasiun kereta api selalu khas dan menarik bagi kami orang gunung, lonceng, pemindah rel, semua masih menyimpan cerita dari zamannya, semisal plafon papan jati di ruang operator.
Mengamati raut muka sahabat kebun yang keluar dari toilet, beliau acung jempol bersih dan bakalan terkesan, yup …oo higienis dengan model mlangkring di bangunan terpisah dari induk stasiun.
Kami sudah hampir undur diri, saat mengangguk menyapa Bapak Kepala Stasiun, mendapat tawaran melihat jam kuna di ruangan beliau. Pastilah kami masuk dan minta izin membagikan foto berharga ini bagi generasi penerus. Petunjuk/instruksi tulisan tangan berbahasa Belanda untuk menera jam dengan cara memutar tuas untuk menaikturunkan bandul masih tertera bagus.
Selain menikmati foto kuna bersejarah Station Kedoeng Djattie 1868 dan sejarah lain serta progres reaktivasi jalur Tuntang-Kedungjati, beliau menawari pula melihat bangunan aula. Voilla cantiknya dengan ubin terakota licin berpadu ubin bermotif klasik, lampu gantung, bekas dapur (pantry), kamar mandi berwastafel kuna. Terbayang kala tuan pejabat perkeretaapian, nona dan nyonya berdansa. Tak lupa sebagai bangunan tua selalu memiliki kisahnya… [Kebayang kalau dikemas untuk resto/tempat minum kopi sebagai bagian wisata kereta api]
Kamipun undur diri, terima kasih Bapak dan staf perkeretaapian, selamat bertugas. Dengan harapan singgah lagi di Kedungjati saat menikmati KA Tuntang-Kedungjati, atau menjajal KA Kalijaga Semarang-Solo.
Elok nian gambar dan penjelasannya. Jadi mingini..
Terima kasih Bu Prih untuk artikelnya, ingin bisa mampir dan merasai..
Stasiun Kedungjati setia menanti
Kunjungan salah satu putra terbaik negri….
Stasionnya betul-betul mirip yang di Ambarawa.
Mudah-mudahan bangunan lama ini tidak diganti menjadi bentuk baru ya Bu. Lebih indah dengan bentuk bangunan lama seperti ini
Sister station ya Pak. Mengikuti arahan cagar budaya tidak boleh mengganti bentuk bangunan. Semoga.
suka bangettt .. stasiun kereta api zaman kolonial begini .. kerennn
sekarang sudah mulai dipergunakan lagi ya mba .. tempatnya terlihat bersih dan terawat
Betul Kang, meski masih layanan terbatas perhentian beberapa kereta. Semoga nanti jalur ke Tuntang selesai sesuai target. Salam