Tag
Dinamika Kereta Kuda
Kereta kuda merupakan bukti dinamika peradaban manusia di bidang transportasi. Pada awalnya manusia mempergunakan ke dua kakinya untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain, hingga akal dan budinya menuntun dengan melibatkan kuda untuk mencapai tujuannya.
Kereta kuda juga berkaitan erat dengan budaya. Para petinggi yang semula dilayani dengan cara ditandu dengan tenaga manusia, menjadi ditandu dengan kereta berhias megah yang ditarik kuda gagah. Hampir di setiap keraton mengabadikan era keemasan kereta kuda dengan kereta kencananya.
Di beberapa daerah kereta kuda dengan berbagai sebutan seperti andhong, dokar, delman yang dikendalikan sais/kusir juga menjadi sarana alternatif transportasi keseharian. Puluhan tahun lalu dokar menjadi kendaraan umum yang mengangkut beberapa penumpang dengan pembayaran individual (mirip angkutan kota sekarang). Kereta ditarik oleh 2 ekor kuda berbadan kekar, di bagian belakang diikatkan ‘bongkokan rumput’ jatah makan siang kuda. Sekarang ukuran kereta lebih kecil dan penumpangnyapun perorangan atau keluarga.
Menyesuaikan dengan kondisi wilayah, terdapat variasi ukuran roda maupun lebar ban. Ada yang beroda berjari-jari lebar dengan lebar ban standar, ada juga yang menggunakan ban ukuran besar. Kereta kuda juga menjadi bagian daya tarik wisata baik di negara kita maupun di manca negara. Modifikasi tampilan kereta kuda menjadi berukuran cekli dan berdandan nyeni.
Jujur sekarang saya tidak terlalu berani naik dokar, semakin berumur semakin sulit tuk naik ke badan kereta. Paling hanya menjadi pengantar bagi para keponakan yang ingin menikmati sensasi naik kereta kuda dan bergaya bak puteri dan pangeran sesaat.
Bagaimana dengan penampilan dan pengalaman bersama kereta kuda di kota sahabat?
Ditempat saya kereta kuda malah bermesin sepeda motor cek aja
____
kreatif ya
di bagian wilayah brebes selatan masih banyak dokar-dokar ini beroperasi bu, khususnya di wilayah Bumiayu. Kalau di sirampog sih gak ada.. heheh
Menurut saya, naik dokar memiliki rasa yang gimana gitu yah, nikmatlah pokoknya, serasa kembali ke jaman dulu.. 😀
Bumiayu, nama yang indah ya, sementara baru melewati bila naik kereta Jakarta-Sala. Sukurlah Bumiayu juga menyediakan rizki bagi sais dokar.Salam
waktu saya pulang summer kemarin,
di depan rumah saya masih ada dokar berkeliling.
Langsung kami panggil dan RIku serta Kai kesenangan menaikinya.
Bahkan papa mama nya juga ikut naik dan berkeliling.
Mau nyanyi “Pada hari minggu kuturu ayah ke kota…….” hari itu bukan hari minggu sih 😀
Wah Riku dan Kai komplit nih naik becak di Yogya, naik dokar di opa oma. Salam
Permisi, cuman mau share aja nih. ada info lomba bikin artikel. Hadiahnya lumayan ada 2 buah printer laser jet dan voucher. Caranya tinggal like fanpage >> http://www.facebook.com/anugrahpratamacom. Dan ikuti Contest menulis artikelnya.
Terima kasih
Di kampung saya dulu ada yang punya kereta kuda yang disebut dokar, tapi sekarang sudah tidak ada. Saya masih sering melihat kereta kuda waktu jalan pagi di Monas dan juga ketika jalan2 di Malioboro.
Kereta kuda juga dijadikan media adegan mesra antara Bambang Irawan (alm) dengan Rima Melati pada film Bermalam di Solo (tahun 1960an waktu saya masih SR). Kedua dengkul remaja itu bergesekan ketika mereka duduk di sebuah kereta kuda.Rima melati memakai kebaya dan jarit he he he he.
Keretan kuda yang lain saya lihat di film Benhur, juga saya tonton ketika masih SMP.
Kereta kuda mudah-mudahan masih lestari di Jogya, Solo dan daerah lainnya karena banyak turis yang senang naik kereta kuda.
Salam hangat dari Pengumpul Cerpen
Terimakasih pak Lik, wah kereta kuda jadi bagian setting beberapa film ya. Semoga masih tetap lestari sesuai dengan proporsinya sebagai bagian budaya transportasi. Selamat memfasilitasi para cerpenis. Salam