Tag
Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi, empat unsur alam, gunungan, kirab gunungan, panen gandum, Tari Prajuritan Kopeng, Tradisi upacara wiwit
Kirab Wiwit Panen Gandum
Ibu Pertiwi …..Paring boga lan sandhang kang murakabi ……Peparing rejeki manungsa kang bekti……Ibu Pertiwi…..Sih Sutrisna ing sesami……Ibu Pertiwi kang adil luhuring budi…..Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi…..[ Ketawang Ibu Pertiwi]
Ayo, ayo, ayo sungkem mring Ibu Pertiwi…. Tradisi wiwit merupakan ungkapan syukur petani atas panen padi raya di akhir musim penghujan, kini diadopsi oleh keluarga besar Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana atas berkat panen gandum di akhir musim kemarau. Untuk segala sesuatu ada waktunya, ada waktu menabur benih dan kini tuaian telah menguning sedia dipanen.
Pasukan kirab diawali oleh tim penari Prajuritan melambangkan mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis bersama masyarakat petani yang berikrar sedia menjadi Panji Bumi Pertiwi. Prajurit yang sigap merespon tantangan pemenuhan kebutuhan pangan seraya menjaga kelestarian bumi. Prajurit yang trengginas berpikir global dengan tetap meluhurkan nilai budaya lokal dalam tindakannya.
Keempat dara pinunjul, terpilih sebagai pembawa simbol empat unsur alam. Tanah, air, api dan angin, keempat unsur penyala kehidupan yang saling melengkapi. Unsur alam yang menyala membakar, mengobarkan, meneduhkan memadamkan serta rapat menyimpan. Keempat unsur yang disediakan di Taman Eden bahkan sebelum manusia diciptakan.
Dua ksatria gagah pengawal gunungan, bersenjatakan ilmu pengetahuan pengaman kehidupan. Pandang matanya siaga menatap ke depan masa depan sejahtera bangsa.
Gunungan sayur yang dipikul oleh empat ksatria pilihan melambangkan pengucapan syukur atas anugerah alam nan subur di lereng Merbabu. Sayuran menjadi emas hijau tumpuan harapan masyarakat Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Dalam pewayangan, ‘gunungan’ menduduki peran sentral sebagai penanda pembuka dan berakhirnya pagelaran. Gunungan berhiaskan simbol flora dan fauna, kiasan kesatuan ekosistem penunjang kehidupan. Rusaknya ekosistem menjadi penanda rusaknya kehidupan.
Bagi masyarakat gunung, kata gunung selalu memiliki daya pesona yang khas. Secara fisik kegagahan gunung menimbulkan rasa aman, ‘berlari ke gunung’ sering diungkapkan sebagai penanda gunung sebagai benteng perlindungan. Pemazmur yang menyeru “Allahku, gunung batuku” bermakna alegoris (kias) yang berarti, Allah tempat perlindunganku. Gunung dipergunakan dalam kiasan tempat berlindung.
Puncak gunung yang senantiasa menengadah mengajarkan pada titah untuk senantiasa menengadah dalam doa dan syukur. Badan gunung tak lelah memberikan dirinya sebagai sarana kehidupan kesejahteraan umat bersama. Kaki gunung dengan kuat mencengkeram bumi agar kuat menyangga kehidupan meneladankan kekuatan pengetahuan dan kerendahhatian. Gunungan sayur juga mengingatkan kepada peneliti gandum Fakultas Pertanian dan Bisnis untuk semakin kreatif merakit teknologi yang mengintegrasikan gandum dengan sayur. Gunungan sayur merangkum pengakuan bahwa “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, ….”
Berduyun-duyun peserta kirab mengiring gunungan sayuran. Setiap warga sivitas akademika mengambil bagian dalam pengucapan syukur ini. Aneka wujud persembahan dibawanya sebagai perlambang bahwa setiap talenta dan kemampuan akan diracik menjadi persembahan bagi Ibu Pertiwi yang penuh kasih. Rangkaian buah yang disangga meneladankan bahwa hidup harus berbuah, buah sebagai identitas diri dan buah yang dapat dinikmati oleh sesama.
Kirab Wiwit Panen Gandum, mengisyaratkan kepada kita bahwa bertani adalah membangun relasi, relasi manusia dengan Sang Pencipta, antar sesama titah ngaurip serta relasi dengan alam. Indahnya berbagi, tertata dalam harmoni keselarasan. Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi…..
Narasi kirab….. Postingan sebagai apresiasi atas tandang trengginas para teruna kebun, terima kasih diantaranya Kukuh, Chris, Yoan, Tanti, Sisca, Shofyan, Sindu serta keluarga besar kebun. Selamat berkarya…..
Salatiga, Medio Oktober 2014
Catatan: narasi ini menjadi bagian dari tulisan di Majalah Manager Scope yang disajikan di blog sebelah.
Ping-balik: Sumpah Pemuda dalam Visualisasi Karya | RyNaRi
Ping-balik: Salatiga How Art You #4: Topeng Ireng di Rinai Hujan | RyNaRi