Tag

,

Ulat, Ujar, Ulah

Pagi itu terdengar rengeng-rengeng tembang lawas di kebun, iramanya dilantunkan dengan jenaka sumringah. Tembang pitutur yang dipopulerkan oleh Koes Plus…..

Aja padha nelangsaTembang tersebut jadi top hit pada zamannya dan pesan moral yang disampaikannya tetap up to date sepanjang masa. Jadi teringat dengan pitutur ‘telu U’ alias 3 U yang diberikan oleh swargi Bapak yaitu Ulat, Ujar lan Ulah.

Ulat, merujuk pada raut wajah yang konon merupakan cerminan jiwa. Raut wajah akan mempengaruhi suasana sekitarnya. Raut wajah tenang teduh pimpinan rapat saat sedang memimpin pembahasan masalah gawat rasanya separuh masalah telah didapat jalan keluarnya. Dari tembang tersebut terpetik ulat aja peteng, raut wajah jangan muram…. aha kiat merawat raut wajah tetap tenang, pesan indah sekaligus sulit.

Ujar, merujuk pada perkataan. Salah satu hal yang tidak dapat dikembalikan adalah perkataan yang sudah terlanjur keluar, pesan untuk menata perkataan dengan matang. Kudune ra usah ngomel….seharusnya tidak perlu mengomel, lah sudah terlanjur seringnya mengomel duluan baru tersadar tidak menyelesaikan masalah….. Mengelola lidah tak bertulang jadi tantangan besar.

Ulah, merujuk pada kridha alias tindakan kerja seseorang. Nyambut gawe karo seneng…..bekerja dengan hati gembira. Bekerja sebagai bagian pernyataan diri yang dilakukan dengan senang didorong oleh hati yang tenteram. Tembang Koes Plus sungguh mberek mendorong setiap pendengarnya menata tiga U dengan permati. Tembang tersebut sedang menegur dan mulang tukang kebun yang suka pasang ulat peteng, ujar ngomel dan ulah kurang mau rekasa mbudidaya.

Selamat berkarya seraya berdendang tembang aja pada nelangsa….