Tag
Desa Cuntel, Gua Maria Pereng, Gunung Andong, Merbabu Park, Pinggang Merbabu, salatiga, Taman Nasional Gunung Merbabu, Umbul Sanga
Menyusur Pinggang Merbabu
Mendapat kunjungan kasih adinda 2S duh senangnya. Menikmati setengah hari ke mana ya? Mari menyusur pinggang Merbabu saja. Peserta dolan diramaikan oleh Mbak Im asisten dan Vira putrinya.
Merbabu Park
Penanda waktu pk 11.52 kami sampai di pemberhentian pertama Merbabu Park. Bila dari arah Salatiga tinggal ikuti gmap, searah dengan desa Cuntel. Taman yang mengandalkan panorama lereng Merbabu ke arah bawah dengan latar pasangan gunung Telomoyo dan Andong.
Menuju ke Merbabu Park disambut dengan lereng hutan pinus. Disambung dengan lahan sayuran penduduk setempat. Pastinya udara terasa sejuk meski lumayan tertutup kabut dan mendung sehingga latar gunung tidak kentara.
Berbekal HTM 20K per orang pengunjung dapat menikmati hampir seluruh bagian. Serunya kanak-kanak yang memberi pakan kelinci. Tersedia tempat camping baik berupa tenda langsung di lahan, tenda panggung hingga fasilitas mirip caravan.
Penyuka foto dan feed media sosial dimanjakan dengan aneka spot. Bila terasa lapar ada café yang mengambil rupa kastil di tengah hutan. Nah salah satu pojok andalan adalah tempat ngopi yang dapat dijangkau dengan ‘jembatan layang’ dengan pemikat wajah duo gunung Telomoyo Andong.
Untuk edukasi pengenalan tumbuhan juga asik. Adik yang pengajar Biologi disuguhi tampilan ungu bunga Senduduk, pepohonan Sempur pun rumpun bambu. Simbuk kebun mah menikmati saja tatanan taman yang tersaji.
Saatnya kembali ke arah Kopeng. Sejenak belok di parkiran Umbul Sanga bagian dari Taman Nasional Gunung Merbabu. Pastinya kami tidak hendak ikutan camping ataupun menuruni tangga ke air terjun Umbul Sanga.
Menjejak sejenak, bersyukur kaki ini pernah berkelana ke bagian lembah. Menengok para teruna camping. Menepuk lutut berterima kasih dulu kala diajak turun naik tangga.
Melongok Pagi Senja, Andong Valley, dan Omah Kembang
Saatnya makan siang. Simbok penasaran dengan café yang memanjakan pengunjung dengan panorama gunung Andong. Ada Pagi Senja dan Andong Valley yang berjajar. Terpikat dengan unggahan di sosial media.
Pk 13.07 kami beriringan dengan rintik hujan sampai tujuan. Ooh kebanyakan konsep outdoor. Melongok menu enaknya ngopi dan kudapan ringan. Waduh kami membawa mbak dan putrinya yang pastinya butuh asupan siang yang agak berat.
Ya wis sekedar melabuhkan mimpi ke kotak mimpi. Memenuhi penasaran rupa Pagi Senja dan Andong Valley. Asiknya lain kali dijabanin lagi untuk ngemil ngobrol.
Segera gulirkan pilihan cadangan. Bagaimana kalau Omah Kembang. Posisinya sedikit di atas café Cerita Kita yang kami kunjungi sekian bulan berselang.
Ini dia Omah Kembang. Konsep Traditional Highland Coffee. Paduan rumah makan dengan bangunan gaya colonial putih tinggi menjulang. Penginapan baik berupa kamar berjajar, Villa maupun ala glamping.
Panorama di lereng Merbabu, Kembali menyuguhkan pasangan Telomoyo Andong. Diantara pesanan kami mengenal Nasi goreng awur, paduan antara nasi goreng dan sega jagung goreng. Ada juga sup senerek kacang merah andalan Magelang.
Nah minumannya bisa menjajal yang tradisional. Wedang tape, paduan tape ketan hijau dan gula merah. Mau Jajeke, jahe jeruk nipis dan kencur? Semua seba geprek dan iris spiral, wow terasa hangat, mirip OBH sajian angkiringan alm Pak Mul di lereng Lawu.
Mampir Pasar Kopeng
Niatnya mencari jajanan campuran jadah wajik. Sayang penjualnya tidak buka. Penunjuk waktu 14.53. Tidak ada jadah, jeruk keprokpun jadi. Baru musim buah jeruk manis batu, alias jeruk babby. Tetap dengan tujuan buah jeruk keprok.
Biasa bonus izin foto sayuran yang segar. Lobak merah muda menyala alias shock pink. Atau dompolan petai yang memikat. Pasar Kopeng godaan besar buat pembelanja sayuran dan buah segar. Juga tanaman hias yang siap diangkut.
Gua Maria Pereng
Baru kali ini mengunjungi Gua Maria Pereng (GMP). Mas Dwi rent car yang mengantar kami sangat paham dengan ziarek di Gua Maria Pereng. Memandu kami dengan suka cita.
Melangkah di alam terbuka GMP sore hari sangat menyenangkan. Pelan agar tidak mengganggu kekhusukan peziarah kami menikmati pereng/lereng. Artikel menyesap spiritualitas ekologis di GMP simbok sajikan di laman sebelah.
Sungguh penataan alam yang menggambarkan pertobatan ekologis. Manusia sebagai pengemban Amanah penjaga dan perawat bumi. Ketaatan kepada Pencipta diwujudkan kepada empati sesama termasuk sayang alam. Pk 15.37 saatnya undur dari lereng pinggang Merbabu.
Wedang Ronde Ny Ong
Mengakhiri perdolanan pinggang Merbabu, kami melabuhkan diri di wedang ronde Ny Ong. Penanda waktu 16.03. Selain ronde andalan gerai ini adalah kroket, namun kami hanya pesan ronde dan wedang roti bungkus bawa pulang biar santai.
Aha merasa tidak asing dengan posisi gerai. Ini adalah eks garasi atau bengkel bus ESTO. Masih terbayang jajaran bus ESTO Eerste Salatigasche Transport Onderneming perusahaan transportasi bus pertama di Kota Salatiga.
Tenda soto dan dawet ikutan mangkal didepannya. Cikal bakal soto ESTO yang kawentar. Kini menempati gerai permanen di seberang agak maju ke kanan. Sesaat menyusur pinggang Merbabu. Terima kasih dinda kunjungan kasihnya.
Oyen said:
Belum pernah ke Merbabu Park, deket padahal yah, kapan-kapan ah. Apa kabar Bude?
rynari said:
nggak apa lain kali longgar jalan ya kak Fira dan Adik. Terima kasih, budhe disapa. Salam sehat.
rynari said:
NakOyen, apa khabar? budhe sehat. saling mendoakan sehat nggih.
Evi said:
Serasa ikutan jalan-jalan dengan Mbak Prih. Dengan Telemoyo dan Andong, membuat Salatiga begitu cantik. Belum pernah ke Taman Merbabu, jadi pengen bika suatu saat ke Salatiga mampir ke sana
rynari said:
Uni Evie, apa khabar? Moga selalu sehat bersama keluarga. Merbabu Merapi menunggu kunjungan ulang Uni Evie dan keluarga. Terima kasih sudah singgah di lapak. Salam hangat ya, Uni.
Avant Garde said:
Wah, komplit bu Prih jelajah Merbabunya. Baru ke nyonya ong aja, sama pasar kopeng. Terkesima sama lobak merah muda. Selama ini saya pikir lobak cuma ada yg varian putih, itupun jarang makan karena mikirnya makan lobak cuma pas ke bandung makan soto bandung. Terima kasih infonya bu Prih, salam sehat
rynari said:
Sebentar meluncur ke blog panjenengan. wuih saya luama nggak nulis di blog. Yuup lobak kurang umum disukai. Namun melihat pajangan di pasar nampaknya indikasi peningkatan permintaan. Idem, bagi saya lobak identik soto Bandung hehe. Salam hangat
Avant Garde said:
Sama bu Prih, saya juga sebenarnya lama nggak nulis kok hehe