Salatiga How Art You #4: Topeng Ireng di Rinai Hujan
Nada keras menghentak mengiringi barisan tegap penari Topeng Ireng. Gagahnya bulu-bulu di bagian mestaka, gemerlapnya busana, rumbai menghias tubuh serta dering krincing setiap hentakan kaki membuat semua penonton terpaku pandang. Belum lama berparade, tes..tes…gerimis hujan lalu menderas. Bubarkah pertunjukan? Tidak….tarian terus berlangsung jadilah pertunjukan yang mengagumkan …..Topeng Ireng di Rinai Hujan…..
Menonton tarian topeng ireng tak pernah membosankan selalu muncul kreasi baru yang tetap berakar kuat dari budaya lokal. Tarian ini ditengarai berasal dari lereng Merbabu Merapi utamanya daerah Magelang. Derap gagah barisan penari dari IAIN Salatiga, menari berlatar akulturasi tembang Jawa dan lantunan syair Islami.
Tarian topeng ireng yang lahir dari tekanan saat penjajahan dimana gerakan perkumpulan seni beladiri dalam hal ini pencak silat dihambat perkembangannya. Pecinta seni budaya mengolah keadaan menjadi koreografi yang memadukan ketangkasan gerak, kegagahan busana bahkan mengusung tema semacam kepala burung Enggang, burung sakral bagi suku Dayak Kalimantan, disemangati oleh syair Islami. Tarian yang merekat perbedaan melalui asimilasi, tarian yang mengejawantahkan kesatuan Bhineka Tunggal Ika. Bila dicermati dengan hati bening, setiap syair yang dilantunkan melafalkan nasihat tentang kebaikan dalam hidup.
Topeng Ireng…apakah penarinya mengenakan topeng berwarna hitam? Olala Topeng Ireng merupakan akronim dari “Toto Lempeng Irama Kenceng” Bermakna ditata lurus dan diiringi dengan nada irama keras nan cepat gagah. Koreografi berbentuk barisan yang membutuhkan kedinamisan dan keteraturan sinergi. Terbayang bila tarian ini dimainkan komplet ada pemain musik menghentak, barisan penari yang rancak serta pelantun tembang dan syair yang menyampaikan pesan indahnya kebersamaan secara live.
Bagi masyarakat agraris, tarian topeng ireng ini juga sering dibawakan saat kirab ruwat bumi, syukuran panen. Bagi petani, bertanam adalah menari, kerja keras menabur benih bekerjasama dengan alam lahan dan iklim di dalam ketidak pastian. Ada hentakan menyapa Dewi Sri, bumi sumber kesuburan, gemerincing usaha mengajak iklim bersahabat, surai bulu mendamba doa agar beroleh rezki panenan yang menjadi sarana berkat bagi keluarga dan sesama.
Apakah hanya tarian ini yang disuguhkan? Ooh tidak… sebelumnya digelar modern dance dari Salatiga Move On Movement, ada pula persembahan dari Sanggar Tari Sakuntala serta grup tari lain yang tumbuh subur di bumi Salatiga. Belum lagi fire dance tarian api yang selalu tampil fantastis setengah mistis.
Terima kasih para pemerhati seni tari khususnya civitas academica IAIN/STAIN yang membabar kegagahan Topeng Ireng di Rinai Hujan, Forum Seni Salatiga yang menggawangi Salatiga How Art You 2015. Selamat terus berkarya.
Lanjutan dari Salatiga How Art You 1, 2 dan 3…
leluhur kita kreatif..
bikin nama tarianpun penuh makna
____
Sepakat Mbak, bikin penasaran berusaha membuka maknanya
Membaca judulnya saya juga mengira penari mengenakan topeng berwarna hitam, tp ternyata akronim ya bu prih 🙂
Rintik hujan menjadikan tarian lebih indah pastinya… semoga kesenian seperti ini tetap lestari di kalangan anak muda 🙂
____
Terima kasih Jeng Tia, itu alasan membahas kepanjangannya yang penuh makna
Amin doanya, generasi pecinta seni budaya bagian pengharum nama bangsa. Salam
Ping-balik: Salatiga how art you #5: Buka dulu topengmu….. | RyNaRi
Saya kira ireng ada hubungannya dengan warna hitam ternyata hanya singkatan 😀 .Salut dengan para penari, walau hujan namun tetap nari menghibur pengunjung 🙂 .
___
Sehati Jeng Nella, dedikasi seni penari yang tak takut luntur oleh hujan…
Membaca judulnya tadi aku berpikiran benaran topeng hitam, Mbak Prih. Oh ternyata singkatan. Dan dengan topeng ireng ini sekali lagi kita menyadari betapa kayanya budaya Nusantara ya 🙂
____
Sepakat Uni Evi…. betapa kayanya budaya Nusantara ya ……
Ah Topeng Ireng, sudah lama dengar namanya dan sudah lama juga pengen melihat langsung tariannya tapi belum jodoh sampai sekarang. Bahagianya Bu Prih yang kotanya punya event seperti ini . . .
___
Semoga lain kali ya Pak, Magelang event sebagai daerah asalnya menggelar acara lebih komplit ala Magelangan. Bersama Pak Krish pastinya picture and notes nya menjadi sangat menawan. Terima kasih sahabat pecinta seni budaya Salatiga menggelar acara ini. Salam
Sama kayak kata Bu Enny, menikmati budaya lokal itu sesuatu yang mahal untuk jaman sekarang. Saya pun kangen ingin melihat tari2an lokal..
___
Terima kasih Jeng Zee, menikmati setiap kesempatan berharga ini. Salam hangat
Saya liatnya agak mirip sama cakalele dari minahasa ya bu..tapi kalo cakalele itu untuk perang sih 😀
___
Selalu ada unsur kesamaan antar tarian etnis ya Jeng, yah Cakalele tarian adat untuk perang dan penyambutan tetamu ya. Salam
Wahh mbak Prih betapa beruntungnya masih bisa menikmati budaya lokal…..jadi pengin lihat seperti apa tari topeng ireng tersebut. Para sesepuh kita sangat arif menyiasati hal-hal yang tak diperbolehkan oleh penjajah, diolah dengan koreografi sedemikian rupa tanpa menghilangkan makna nya.
___
Inggih Ibu Enny, kabegjan sahabat Forum Seni Salatiga menggelar event Salatiga how art you ini. Aneka seni disajikan, bukti sejarah ketangguhan leluhur, ‘mengalah bukan berarti kalah’ malah menggugah kreativitas. Salam
pas baca judul dan lihat gambarnya, dalam hati mbatin kok nggak sinkron.
lha dalah ternyata topeng ireng itu ada kepanjangannya, bukan berhubungan dengan warna topeng
____
Betul Jeng Nanik, ternyata kepanjangan tuk menyingkat makna tarian. Salam