Tag
akulturasi budayadi Bali, Bale Kulkul, gapura candi Bentar, GKPB Buduk, Hitam Merah Terang di Buduk Badung
Hitam Merah Terang di Buduk Badung
Melihat foto-foto cantik GKPB Buduk, Mengwi, Kabupaten Badung di Bali yang berseliweran di medsos sungguh membuat kemecer. Bersyukur berkesempatan mengikuti ibadah di bulan Juni 2013 silam setelah menikmati semalam di Blimbingsari Kabupaten Jembrana.
Akulturasi budaya dalam arsitektura rumah ibadah tumbuh subur di Bali. Gapura mengadopsi candi bentar dengan materi granit hitam. Pelataran meliputi pelataran luar, tengah dan dalam atas. Tiga pintu merah berjajar di bagian depan. Sepasang pohon kamboja berbunga lebat yang membingkai bangunan. Sepasang bale kulkul (kentongan) di balkon depan. Kubah utama yang menjulang dengan tiga tingkatan tingkap. Keelokan arsitektura wadag/tampak fisik yang berpadu dengan simbol makna.
Mari berbimbingan tangan mendaki tangga berdasar hitam memasuki gapuranya. Membawa segala ‘warna hitam’ diri aneka alpa, kedegilan hati dan ketidaktaatan.
Berdiam diri sejenak di pelataran bawah, menghidu harum kamboja, menatap kubah tiga tingkap dan bersiap mendaki tangga lagi
Memasuki pelataran tengah, semakin memantapkan hati, menanggalkan pusat keakuan…
Hingga menapaki pelataran atas. Menunduk sejenak, menatap ke bawah hamparan warna dasar hitam, menyepikan diri dari kehingaran.
Berhadapan dengan pintu merah utama yang tertutup, mari masuk melalui pintu merah pendamping di kiri kanan kori tengah. Ruang ibadah berlantai putih terang yang sungguh kontras dengan warna hitam di halaman. Ruang dalam dengan cat dinding terang.
Menapaki hamparan karpet merah yang berujung di altar dan mimbar utama. Hanya ‘merah’ pengorbanan beralaskan kasih tiada terperi yang mampu membasuh ‘warna hitam’ yang melekat di hati. Hitam dibasuh merah menjadi warna terang. Perdamaian dianugerahkan. Ornamen alfa omega dalam ornamen khas Bali menghias altar.
Sepasang bangunan kulkul di balkon depan. Bunyi kulkul menjadi penanda waktu berhimpunan para umat.
Usai ibadah, pintu utama tengah dibuka. Pengutusan memasuki kehidupan sehari-hari bagian dari ibadah. Berdamai dengan sesama ciptaan termasuk lingkungan.
Siklus hitam merah terang, pertobatan yang senantiasa perlu diperbaharui. Selamat Jumat Adi.
bersapedahan said:
unik banget ya … mengawinkan berbagai budaya tapi tetap enak dilihat dan indah
rynari said:
Perpaduan alami selalu enak ya, mengalir saja.
chris13jkt said:
Gerejanya cantik banget, Bu.
Waktu itu sempet denger ceritanya dari Bli Budi sehingga pengen ke sana juga, sayang waktunya waktu itu nggak cukup. Untunglah Bu Prih sempet ngajak ke sana melalui foto di postingan kali ini
rynari said:
Suksma Pak. Gereja Blimbingsari dan Buduk bagus sekali arsitektura-nya. Perpaduan dengan religi budaya setempat memperkaya pemaknaan secara lokal lebih mudah tercerna.
Roy Vandi Tambunan said:
wah arteristik banget ya . kental balinya dan bali ini merupakan kota yang sangat sangat saya suka semua hidup rukun pada jalurnya
rynari said:
Rukun awal damai ya, senang sekali berkenan singgah di blog ini.
ysalma said:
Bali menyelaraskan semuanya dengan lingkungan ya bu. Beribadah pun semakin terasa adem.
rynari said:
Tepat sekali Uni, selaras dengan Sang Pencipta melalui budaya dan alam setempat.
Nathalia DP said:
Cantik 🙂
rynari said:
Sepakat….
monda said:
menyesuaikan dengan alam sekeliling, arsitektur tradisional pun bisa dipakai untuk gereja..
tampil serasi tak mencolok.., gereja pun cantik
rynari said:
Ibadah bersama alam dan lingkungan sekitar ya mbak.
adelinatampubolon said:
aku belum pernah merasakan ibadah di daerah nich Bu. Lihat arsitektur rumah ibadah di Bali itu campuran akulturasinya berasa bangat dan malah jadi bagus yach bu.
rynari said:
Menikmati setiap perjalanan yang diizinkan terjadi ya Lina.
Lois said:
Cantik sekali, dari luar kalau tidak melihat salib tak akan mengira itu gereja.
rynari said:
Benar sekali, memuliakan Pencipta melalui akal budi budidaya setempat.
kutukamus said:
Bali memang istimewa ya Bu Prih. Ada rasa suka dan kebanggaan tersendiri jika menemui tempat ibadah yang khas dengan warna kearifan lokalnya.
Menjalani keyakinan akan Ilahi, dengan tetap memelihara Ibu Pertiwi
rynari said:
Bali sungguh tepat menyandang nama pulau Dewata dg kekayaan budaya dan kearifan lokalnya.suksma