Melongok Keindahan Danau Toba
Mata seorang kanak-kanak siswa SD membelalak lebar saat pelajaran Ilmu Bumi sang guru menjelaskan tentang danau terbesar di Indonesia yaitu Danau Toba. Menyimpan impian berdasawarsa, berkesempatan melongok danau Toba. Melongok? Yaaa sekedar melongok, karena niatan sedikit menyisir meski hanya sebusur berakhir dengan beneran melongok dari beberapa spot. Inilah longokan dari tepian Toba.
Danau dengan panjang 100 km, lebar 30 km dan kedalaman 505 m ini merupakan danau terbesar di Indonesia. Berada di kaldera gunung berapi Toba Purba. Letusan dahsyat yang menghasilkan kaldera cekungan yang akhirnya terisi air, inilah danau Toba. Proses geologis, memunculkan pengangkatan dasar kaldera di bagian tengah ke permukaan menjadi Pulau Samosir yang berada di tengah danau Toba.
Keelokan alam, laboratorium geologi juga geomorfologi yang pastinya tak lekang dari mitologi alias aneka dongeng penyerta. Kawasan ini sedang berbenah menjadi geopark kaldera Toba, sedang proses pengajuan ke UNESCO untuk memperoleh pengakuan sebagai UNESCO Global Geopark. Pemda Sumatera Utara menjadikan Geopark kaldera Toba sebagai ikon wisata.
(Meski belum lolos dalam ajuan UNESCO GGN, danau Toba tetap memikat hati kami)
Nah impian menyusuri sebagian tepian Toba harus kandas, karena kami sampai di Tongging, ujung Utara danau Toba sudah pukul 17.50. Bersyukur cuaca cerah tanpa hujan ataupun kabut, mengingat ketinggian tempat diatas 900 mdpl. Seruan wowww serentak menguar dari mulut kami. Alamak….inilah yang selama ini kami tatap dari aneka foto di medsos.
Paduan air terjun Sipiso-piso, gunung Sipiso-piso dan ujung Utara danau Toba dan mengintip ujung P. Samosir. Kelebatan hutan pinus menaungi tepian danau Toba. Rasanya kami enggan beranjak, namun waktu menunjukkan pk 18.28 kami harus bergegas undur diri. Puji Tuhan, alam merestui kunjungan kami, mendapat bonus lengkung pelangi membujur dari bukit Sipiso-piso ke arah danau.
Kamipun melanjutkan perjalanan ke arah Parapat, melalui pantauan GPS sekitar 2,5 jam dan kondisi lapangan diiringi hujan lebat serta beberapa sisa pohon tumbang yang bersandar di tebing, menjadi sekitar 3 jam.
Rencana awal, kami dijadwalkan tiba di Tongging agak sore, sehingga berkesempatan menilik sudut atas danau Toba sejenak. Lanjut menyisir tepian Toba, singgah sejenak di Bukit Indah Simarjarunjung (BIS) untuk menikmati tepian Toba dari atas bukit di senja hari. Menatap kerlap-kerlip lampu yang menyorot dari Pulau Samosir.
Lah rencana tinggal rencana, karena padatnya lalu lintas dari Medan ke Berastagi juga kami mampir di destinasi yang tak direncanakan. Setiap perjalanan memiliki jalur simpang yang tak selalu sesuai tujuan.
Jalur Tongging Sipiso-piso ke Parapat tak terlalu lebar. Berada di jalur hutan lebat, sebelah kiri punggung bukit barisan dan sebelah kanan adalah kawasan Toba. Kebayang eloknya bila perjalanan siang. Pengingat Bang driver untuk tidak membuka jendela, dengan alasan banyak monyet di tepian. Eh malah agak paranoid dengan sepinya jalan di malam hari dan keamanan dari hal-hal lain.
Tak berani ngantuk meski sangat letih, bergantian menemani driver dengan cara kami penumpang ngobrol biar tidak sepi. [Untuk pengunjung Parapat langsung dari Medan kebanyakan melalui jalur Tebing Tinggi Siantar yang relatif datar dan lebar. Tentunya tanpa bonus melongok tepian Toba dari sudut Utara]
Lega saat berjumpa dengan jalur Siantar-Parapat, lalu lintas terasa lebih ramai. Sekitar Pk 21an sampai di Parapat, bergegas mencari resto yang masih buka. Hm santap makan malam panas di Resto Singgalang. Lanjut dengan ngaso rehat malam di Ina Parapat yang berada persis di tepian Toba.
Hembusan angin dari danau Toba yang membelai tidur kami juga hembusan yang membangunkan kami. Rasanya penin mager alias malas gerak. Bagaimana tidak, begitu tirai jendela dibuka tersaji panorama danau berlatar bukit. Daun pintu dibuka sudah terasa hembusan aura Toba. Mari puaskan menikmati fajar merekah di tepian Toba. Seruput kehangatan kopi di tepian Toba.
Hayoooo semua gerak….kamipun bergeser sedikit untuk tetap menatap Toba. Mari ke ujung semenanjung kecil ini, hanya sepelemparan sendal dari Inna Parapat, kami sampai di rumah Pengasingan Bung Karno. Rumah bercat putih berdiri anggun persis di tepi danau. Sayang tidak bisa masuk hanya pepotoan saja dengan fokus Toba berlatar Samosir.
Meski tidak menyeberang ke Samosir, kami menyempatkan menengok dermaga Tiga Raja maupun penyeberangan ferry dari pelabuhan Ajibata. Semoga lain kali berkesempatan ke tepian Toba dengan waktu yang lebih longgar.
Mau menikmati eh menatap atau melongok Toba dengan cara berbeda? Mari berpindah ke Hotel Niagara. Lokasinya agak masuk ke lereng bukit menjauhi tepian Toba. Bila ketenangan dan keindahan lansekap yang sahabat cari, lokasi ini sangat pantas dipertimbangkan. Jauh dari pemukiman, resort berada di hamparan luas dengan lekuk yang mengikuti kontur alami perbukitan.
Simbok kebun terperangah dengan kerapihan taman, pepohonan, juga arena outbondnya. Eh kembali fokus, bukankah ini postingan melongok Toba? Nah dari kawasan lereng bukit ini, pandang mata lebih lapang melongok Toba meski tidak langsung menghirup uap airnya. Tetap saja terhirup bagian uap Toba yang dibawa angin.
Inilah sekilas melonggok Toba dari dua lokasi utama yaitu Tongging di sisi Utara dan Parapat di sisi Timur. [Danau Toba dikelilingi 5 kabupaten, yaitu Kab Karo, Simalungun, Asahan, Toba Samusir/Tobasa dan kab Dairi] Oh ya pastinya jangan siakan kesempatan melongok Toba ikon SumUt, andalan wisata Kabupaten Simalungun di sisi Pantai Bebas dengan tulisan gede…I love Toba Simalungun.
Tanah airku Indonesia…negeri elok yang sangat kucinta…salah satunya Danau Toba…
Danau Toba memang memukau.
Aku yang saban bulan kesana saja tak bosan2. Selalu dan selalu ingin kembali….
Setuju….. danau Toba kebanggaan warga SumUt sekaligus juga kebanggaan Indonesia. Horas
Horas🙏🙏
danau toba termasuk destinasi di wish list saya .. hehe
tapi belum kesampaian … baca blog ini jadi kebayang mesti kemana saja kalau nanti jalan jalan ke Danau Toba.
salam
Pada saat yg tepat akan kesampaian koq Kang. Danau Toba semakin berkembang daya wisatanya. Setiap sudutnya punya kisah menarik. Salam bolang
Kereeeen banget foto2nya…
Aloo mbak….asjep asal jepret…danaunya asli memikat elok banget. Salam
betul bu, saking gedenya kayak laut, terus bukit yg mengelingi juga gede kayak gunung, kueren….
Iyesss setiap kali saya tanya yg menjulang itu gunung apa Bang? Driver itu bukit sana bukit..lah iyalah kan bukit barisan hehe. Tepian danau juga disebut pantai laiknya laut.
Lah wong Salatiga kan bandingannya Rawa Pening hehe…
kangen main ke toba dan samosir 🙂
Nah kan yg di Sumatera juga kangen dengan Toba dan Samosir. Lah sy yg baru pertama langsung ndomblog terpikat. Salam
aah.. jadi terkagum2 lagi dengan Toba karena paparan dari bude yang sangat pandai menggambarkan keindahannya, jadi kangen Toba
Negeri leluhur ya mbak. Salah satu impian masa kecil nih mbak. Ada kota bukik dengan lembahnya lalu danau Toba. Masih pengin susuri Toba hehe