Budaya Sarana Pemersatu: antara Siger, Tahuri dan Kuda Sumba
Terdengar nada dan musik menghentak dari lapangan kebun, ooh saatnya pagelaran Pesta Budaya, di kebun digelar Indonesian-International Culture Festival 2015 (IICF 2015). Untuk kegiatan pembukaan diadakan pawai budaya keliling kota Salatiga yang diikuti oleh 19 etnis pewakil yang diawali dengan ikrar damai, perbedaan budaya bukan sebagai wahana pertengkaran justru pengekal persatuan.
Nah kali ini ngintip budaya Lampung, Maluku dan Sumba yook diwakili oleh siger, tahuri dan kuda Sumba.
Siger Lampung
Menghampiri pasangan pewakil etnis Lampung, dengan ramah merekapun berpose dan berbagi cerita. Pria berkopiah/berketupung, berkawai kemeja putih modern, dan bersenjangkan kain bersulam benang emas yang elok. Tak lupa membawa senjata keris. Seolah mengurai simbol, seorang pria Lampung mestilah soleh, berpendidikan dan memiliki keunggulan dalam bermasyarakat dengan tetap menjunjung tinggi nilai adat budaya.
Sang wanita cantik bermahkotakan siger, berbentuk tanduk dari bahan kuningan yang ditatah cantik motif bebungaan. Bila diperhatikan detail ada sembilan jeruji meruncing ke atas, siger tarub begitu penjelasan pemakainya. Bagian puncaknya melengkung dengan tiga kembang hias yang disebut serenja bulan. Terpana dengan keelokannya lupa menanyakan seberapa beratkah, menatap senyum manis sang pemakai tergambar kebanggaan memperkenalkan busana adat daerahnya kepada khalayak.
Berbusana baju kurung putih berenda membulat indah di bagian leher. Ikat pinggang yang disebutnya bulu serti kain beludru merah mewah dengan hiasan keemasan. Mengenakan kain tapis, kain tenun penuh dengan sulaman benang emas. Amboi anggun sekaligus mewah.
Untuk menyapa kekinian, inilah modifikasi busana putri Lampung, Ibu…demikian penjelasan dua putri dengan busana Lampung modern ini. Tetap dengan kerah renda membulat, siger melingkar berbentuk rantai mutiara dan bulu serti penghias pinggang. Usai mengobrol, sang dara berbaju berenda merah mengangsurkan kotak kuning berisikan permen, didampingi dara cantik berbusana putih memegang rebana. Saatnya dulu kotak emas ini berisi sirih pinang yang ditawarkan kepada tetamu simbol keramahan dan penerimaan sebagai sahabat masyarakat Lampung. Kembali menegaskan bahwa putri Lampung siap berkiprah di dunia modern dengan tetap bersendikan ketakwaan dan nilai luhur budaya.
Tahuri Maluku
Tahuri, alat musik tiup dari kerang memikat perhatian. Berukuran cukup besar diperagakan oleh sahabat teruna Maluku, ditunjukkannya lubang yang dibuat dengan bor untuk ditiupnya. Masyarakat Maluku yang lekat dengan wilayah pesisir pantai, menggali keluhuran seni budaya lokal bertumpu dari alam pantai. Seorang teruna pembelajar seni musik mendemonstrasikan cara meniup dan terdengar nada rendah bersuara keras dari tahuri tersebut, beliau menjelaskan variasi nada ada di perbandingan lubang bor dan ukuran kerang. Saya hanya manggut-manggut karena kurang paham dan semakin mengagumi keragaman budaya Nusantara.
Pada awalnya tahuri lebih digunakan sebagai sarana komunikasi. Pengumuman penting yang digelar oleh petinggi kepada khalayak. Diawali dengan ditiupnya tahuri, khalayak berkumpul dan pengumuman diberikan. Mirip dengan kentongan di Jawa.
Sebagai karya seni dan kekayaan budaya, tahuri sangat layak dibanggakan, diperkenalkan kepada masyarakat luas dan dipelihara kelestariannya. Tahuri kebanggaan Maluku anak bahari.
Kuda Sumba
Siapa tak kenal kuda Sumba? Kini teruna Sumba dengan piawainya memperagakan menunggang kuda. Alam Sumba dengan padang rumput, iklim kering tegas menjadi penghasil kuda utama di Indonesia. Kuda bagian kekayaan, pernyataan simbol status pemiliknya juga menjadi sarana transportasi pada zamannya. Teringat saat mendapat tugas membacakan biografi seorang Begawan asal Sumba, beliau dengan khusus berpesan untuk membacakan bagian bagaimana beliau menempuk pendidikan sejauh sekian jam perjalanan naik kuda dengan khas, kebanggaan bahwa kudalah sarana beliau berguru dan berburu ilmu.
Mari teruna Sumba seiring derap kaki kudamu yang lincah bersiap membangun Sumba. Putra-putri Lampung siap menjunjung kehormatan mahkota siger melalui cemerlangnya prestasi. Yong Maluku tiupkan kebesaran bahari tahuri demi kejayaan negeri. Salam budaya
Ah jadi ngiri sama Bu Prih yang bisa melihat aneka budaya di satu tempat begini.
Ini event tahunan ya Bu? Apakah waktu penyelenggaraannya tetap?
___
Sebenarnya event tahunan kebun Pak Krish, mirip dengan parade drumblek, hanya saya tidak mengetahui info jadwal. Bagus ya kalau tanggal dipublikasi sehingga teman2 penikmat budaya bisa mengatur jadwal kehadiran. Salam
Semoga acara spt ini tetap ada agar saling tahu & mengenal adat budaya masing2… Makin kenal makin sayaang.. 🙂
Maturnuwun sdh mengajak kita menikmatinya, Bu Prih…
____
Sepakat Jeng, menjadi agenda tahunan di kebun, mangga kapan-kapan rawuh.
Salam hangat kami
IICF 2015 meriah ya bu … apakah kuda Sumbanya khusus didatangkan dari Sumba ?
___
Meriah ya Mas, apa khabar?….walah belum sempat ditanyakan ini kuda kumba asli atau turunannya….
bahkan baju daerah pun sudah mengalami kekinian, ya. Tapi, gak apa-apa juga sih selama tidak menghilangkan nilai budayanya 🙂
___
Seraya yang asli tetap dipertahankan, variasi adaptasinya dikembangkan ya Jeng Chi. Salam
Cangkang kerangnya harus yang besar ya Bu kalau mau dijadikan alat musik ?
Memang asik & seru kalau melihat acara2 budaya seperti ini.
____
Mungkin ya Jeng, ada batasan ukuran kerang. Sepakat Jeng, sebagai sarana saling menghargai perbedaan
wow keren banget festival nya
___
Kegiatan tahunan Pak, pengenalan antar budaya
senang sekali bisa melihat berbagai macam budaya yang jarang kita lihat di satu tempat . Saya baru tahu tentang Tahuri ini Bu Prih…walaupun pernah lihat juga gambar-gambar kerang besar seperti ini yang dipakai kaya terompet..
____
Persentuhan antar ragam budaya melahirkan kekaguman atas perbedaan ya Jeng Dani. Apalagi bagi pecinta seni seperti Jeng Dani yang sudah melanglang aneka daerah dan budaya. Saya juga menulis karena baru melihat langsung tahuri ini. Salam
Indahnya adat budaya Indonesia, apalagi jika masyarakat nya saling menghormati.
____
Inggih Ibu, dasar Bhineka Tunggal Ika yang mengikat persatuan….
kebaya pengantin putri Lampung itu pakemnya nggak berlengan mbak, tapi aku minta khusus pakai kebaya lengan panjang, setelah dikonsul ke sesepuh adat akhirnys dibolehkan
siger yang kupakai saat itu nggak terlalu berat, cuma agak miring2 dikit he..he.. kurang besar ukurannya
____
Nah ini tambahan berharga dari pengguna langsung. Apresiasi luar biasa kepada sesepuh adat yang terbuka komunikasi dan kelg pemangku adat yang memberikan penjelasan permintaan dengan baik, shg adat dan kaidah agama tetap selaras.
Paduan budaya daerah Lampung dan Batak menghasilkan nasionalisme keluarga ya Mbak, sangat menghargai perbedaan.