Dolan Tuban
Catatan ringan saat dolan ke Tuban bersama keluarga besar kebun JeTe dengan peserta kebanyakan berusia lansia, beberapa hampir yuswa 80 tahun dengan semangat luar biasa. Kepada para beliau kenangan keriaan dolan ini dipersembahkan. Hampir pukul 23 bus melaju dari Salatiga menuju Tuban. Semarang, Demak, Kudus, Pati…mata masih tetap terjaga dengan sesekali obrolan ringan antar peserta, Rembang ah terlewat oleh lelap.
Pk 03.45 pun bus sampai di kota Tuban. Klenteng Kwan Sing Bio menyambut kami, memberi tumpangan untuk beristirahat maupun mandi pagi. Bagi para pejalan, Klenteng ini membuka diri untuk disinggahi. Bonus pagi menikmati fajar di pantai yang persis dihadapan klenteng.
Pk 06 rombongan bergerak ke GKJ Tuban, disambut hangat oleh jemaat, kudapan mengawali energi pagi sebelum mengikuti ibadah pk 07-08 yang dilanjutkan dengan ramah tamah plus santap pagi dengan sajian Tuban hingga pk 10. Beberapa sedulur Tuban menemani kami saat dolan di Bumi Wali ini.
Pk 10, yook ke Pantai Boom dan singgah dulu belanja ikan panggang di sepanjang bantaran pantai. Berada di seberang alun-alun Tuban, pantai Tuban memiliki lansekap yang khas berupa semenanjung yang sempit menjorok ke laut yang ditata elok mulai dari taman hingga air mancur. Mari sempatkan membaca sajian sejarah tirtha jaladhi pada dinding pun diorama betapa harmoni mewarnai Tuban, dari sejarah Majapahit, masuknya budaya Tiongkok hingga sejarah para wali sanga. Bila enggan berjalan, untuk mencapai ujung semenanjung tersedia kereta dengan tiket 5K pp.
Pk 12, mengagumi bentukan alam Goa Akbar. Bila para petualang membutuhkan perjuangan untuk menikmati keelokan goa, goa Akbar memaparkan keindahannya di tengah kota. Tak perlu mendaki, hanya perlu berjalan sebentar bahkan beberapa sahabat kebun bersantai dengan becak 5K dari tempat parkir ke lokasi goa. Sedulur Tuban yang mengawal bercerita, persis di bawah pasar inilah goa berada. Saatnya memasuki perut bumi. Fasilitas keamanan sungguh layak diacungi jempol, pagar maupun anak tangga dirancang agar seluruh bagian goa dapat dinikmati. Berjalan pelan sambil menikmati stalaktit stalagmite yang masih bertumbuh, tetesan air dari bebatuan, penamaan sendang maupun bebatuan yang melibatkan sejarah maupun kiprah para wali merupakan cara cantik agar tidak ngos-ngosan meski tak urung peluh membanjiri tubuh. Penghargaan luar biasa bagi beberapa sahabat kebun yang berusia lewat 70 tahun yang menikmati goa ini. Meski rancang keselamatan sangat diperhatikan, mohon dengan sangat kasepuhan didampingi keluarga yang muda kuat loh.
Pk 13.30, kami kembali menikmati Klenteng Kwan Sing Bio. Makan siang dalam jumlah berlimpah disediakan di hall yang besar tanpa keharusan membayar. Bisa juga rombongan menghaturkan tali asih suka rela. Untuk ‘kehalalan’ makanan rasanya sangat perlu diperhatikan aspek ini sebelum menyantapnya. Arsitektura negeri tirai bambu sangat kental bahkan great wall pun dilukiskan di tembok raksasa. Hasil foto para pengunjung rasanya tak terlalu ‘beda nyata’ dengan kunjungan ke Asia Timur, hehe… Untuk pemahaman antar umat beragama tersedia tur dengan petugas pemandu yang dengan suka cita memberikan penjelasan.
Pk 15. Saatnya kami bergerak ke Mangrove Centre Tuban. Pembibitan awal sudah mulai berkembang. Udara pantai yang sejuk, pengunjung dapat menikmatinya di keteduhan hutan Casuarina si cemara laut. Pancang-pancang untuk penanaman mangrove sudah terlihat semoga pada saatnya hutan mangrove ini menjadi wisata pendidikan upaya pemeliharaan pantai dari abrasi. Meski hampir terkantuk oleh buaian angin laut kami harus terus melanjutkan langkah. Saatnya pamitan dengan para sedulur Tuban. Matur nuwun untuk semuanya, kami tunggu rawuhnya di Salatiga.
Pk 17-18 Kami rehat di RM Wahyu Utama perbatasan Tuban dengan Jawa Tengah. Bangunan masjid yang cantik dengan kamar mandi bersih air melimpah. Suasana rumah makan lapang dengan sajian masakan yang enak pun berbonus pantai cantik.
Pk 18 kamipun berarak meninggalkan Tuban dan Puji Tuhan, sampai di Salatiga pk 23an. Sehari dolan ke Tuban, 24 jam yang berkesan, membuhul kebersamaan, merajut harmoni perbedaan.
mama hilsya said:
waduh, ga nyangka Tuban itu secantik ini viewnya..
makasih sudah berbagi cerita, Bu
rynari said:
Setiap kota memiliki kecantikan tersendiri ya, mari nikmati sekitar kita..
adelinatampubolon said:
Belum pernah ke Tuban buu. Tapi setidaknya sudah bisa membayangkan keindahan kota lewat foto ibu.
rynari said:
Lah Lina telah melanglang bagian bumi yang lain dan berbagi keelokan juga
ysalma said:
Ternyata Tuban sangat menarik Bu. Foto fajarnya menghangatkan hati yg membaca. Pantai terlihat bersih.
rynari said:
Iyo Uni, setiap tempat menyuguhkan kecantikannya ya. semburat merah jingganya memancarkan semangat pagi. Salam
mysukmana said:
wah indah sekali, belum pernah ke daerah pesisir jawa timur gini saya bu..btw ikannya menggoda 😀
rynari said:
Kuliner pesisir Utara juga menggoda, Mas. Mangga sisir alam dan penganan pesisir…
chris13jkt said:
Maturnuwun sudah diajak jalan-jalan ke Tuban.
Ngomong-ngomong, foto fajar di pantainya cantik sekali, Bu
rynari said:
Sami-sami. Terima kasih Pak, dapat bonus fajar pantai.