Dolan ke Desa Nelayan Volendam
Dolan ke desa nelayan? Mau nonton apa sih? Tulisan ini merespon tulisan mas Isna Saragih yang mendapat kiriman kartu pos dari seorang grandma di Netherland dengan gambar pakaian khas. Seuntai doa harapan Mas Isna bisa menjumpai sang Oma Rita (75 th) ataupun negaranya, ini secuil cerita dari desa nelayan Volendam dekat Edam.
Pengunjung hanya perlu berjalan kaki sebentar dari parkiran bus pengantar bila mengikuti acara tur. Juga mudah diakses dari moda transportasi umum. Mari mendaki sedikit tangga. Yuup aslinya desa nelayan ini juga rentan terendam banjir saat air laut pasang. Ciri khas desa nelayan pinggiran pantai.
Namun tekad kuat masyarakat pada zamannya mampu membuat semacam tanggul untuk menahan air laut, sehingga desa terlihat lebih rendah dari muka air laut. Tanggul menjadi sarana jalan. Olala keunikannya menjadikan desa nelayan Volendam menjadi salah satu tujuan wisata.
Kami memasuki toko souvenir Tobben. Tujuan utamanya adalah menikmati pemutaran film sejarah pembuatan tanggul, teknologi yang menghindarkan desa dari rendaman air laut. Sajian film secara free. Secara umum teknologi kanal sangat berkembang di Belanda khususnya kota Amsterdam dan penyertanya. Nah, usai mengagumi film, silakan pengunjung bebas menikmati desa nelayan yang cantik ini.
Salah satu jujugan adalah Foto Zwarthoed. Pengunjung dapat menyewa kostum untuk foto, pegawai akan melayani dengan ramah bahkan dapat menyapa dengan beberapa kosa kata bahasa Indonesia. Banyak pajangan foto pesohor Indonesia di gerai ini. Saya lupa biaya sewanya, pengunjung akan difoto pada beberapa spot dan tergantung hendak dicetak ukuran berapa. Juga dapat dicopy ke flashdisk. Diizinkan juga saling memotret dengan hape. Jangan lupa meminta nota untuk nanti pengambilan gambar cetaknya.
Lanjut jalan-jalan yook, bisa masuk ke museum dan tempat industri kelom si sepatu kayu khas Belanda. Semua tanpa biaya, bagian dari promosi budaya wisata. Umumnya pengunjung yang terpikat melanjutkan dengan membeli beberapa produk. Karena kami sudah mengunjunginya di De Zaanse Schans kami melewatkannya. Juga untuk industri keju. Oh ya di Volendam beberapa toko menjual keju dengan kemasan mungil layaknya dodol selain kemasan besar. Kemasan mungil aneka taste keju yang sangat apik untuk oleh-oleh masal.
Dolan ke kota nelayan sangat sayang kalau tidak sampai di pelabuhannya. Cukup berjalan lurus sedikit menjauhi kawasan pertokoan. Dari teman-teman rombongan dolan sangat jarang yang mau mengunjungi pelabuhan, setiap kita berbeda ketertarikan.
Kunjungan siang hari saatnya makan siang, ada banyak pilihan tempat makan. Kami memilih Finest Food Corner, merujuk dari tulisan aneka blog. Menu yang disasar utamanya ikan herring. Bagi yang kurang berani menjajal masakan lain, smoked herring terasa pas di lidah. Buat yang kangen makan nasi silahkan dipuaskan. Semua dihitung harga berdasarkan hasil timbangan, fair bisa ambil secukup ukuran yang diinginkan. Aneka penganan tanah air dengan aroma nama Belanda tersedia, bagi lidah asli Indonesia terasa enakan penganan di daerah.
Volendam juga surganya pembelanja. Barang-barang fashion dijajakan dengan harga relatif miring, termasuk aneka souvenir. Aneka baju hangat, saat kunjungan musim semi, baju musim dingin aneka model diobral. Scarf motif khas Belanda semisal kembang tulip, syal wool kotak-kotak dipajang memikat. Oh ya jangan lupa untuk meminta struk pembayaran dan form tax refund untuk penukaran di bandara terakhir kepulangan. Cerita kecil, saat kelupaan minta bukti pembayaran dan kembali ke toko dengan ramah kasir memberikan struk belanja yang tertinggal seturut dengan item belanjaan, diangsurkan form tax refund.
Selaku emak kebun abal-abal, perhatian saya tersita oleh pajangan benih dan bibit tanaman hias. Kunjungan musim semi dengan ikon bunga tulip. Harga 1 kemasan isi 10 umbi adalah €3,95, kalau membeli 3 pax lebih murah hanya €10. Tanpa malu melongok taman halaman mungil di pemukiman sepanjang jalan tanggul.
Termasuk menikmati jajaran pot berbunga yang terlihat di ambang jendela mereka. Menjual suasana pemukiman, beberapa keluarga membiarkan pintu terbuka dan duduk-duduk santai di ruang tamu atau ada beberapa opa oma yang sedang santai di teras rumah. Begitupun tampilan lorong sempit dan njeglong alias menurun agak curam dari permukaan jalan yang ditata apik memikat rapinya.
Puas menikmati desa nelayan tepian pantai tanpa ancaman terendam. Belanja-belanji, melongok pembuatan kelom juga keju, mencicip ikan herring. Saatnya undur dari Volendam, eits jangan lupa mengambil foto diri dengan kostum yang sudah dipesan. Sekilas kunjungan ke desa nelayan.
Saya hanya dengar saja kalau salah satu spot destinasi wajib di Belanda adalah Volendam dan … memang benar tempatnya sangat menyenangkan .. bersih rapi .. dan bangunannya unik unik .. bagus untuk spot foto
salam
Branding wisata ya Kang. Kebayang kalau kita juga punya paket wisata tentunya dibarengi kesiapan desa secara fisik maupun SDM.
Hanupis Kang.
Wah, terimakasih banyak atas postingan istimewa tentang desa Volendam yang kece dan asri ini bu Prih 🙂 Semoga bisa mengikuti jejak ibu kesana… Amien 🙂 Terimakasih….
Aha…saya juga berterima kasih, jadi update postingan. Amin mangga sambil dolan keluarga atau beasiswa studi lanjut dan tugas sejenak ke sana.
Selamat berakhir pekan.
Amien amien, makasih bu Prih 🙂
teringat dulu ke sini, foto pakai baju Holland mah incaran turis Indonesia ya mbak, kami pun he.. he.., di etalase dulu itu dipajang foto Gus Dur sekeluarga, dan orang2 ngetop Indonesia,
fotografernya orang Malaysia ..
film yg sama juga diputar , cuma sayangnya tour guide mau buru2 nggak sempat jalan2 ke pojok2 desa ini
Kunjungan sah dengan pepotoan dengan kostum ya mbak…..
Nah kalau ikut tur khas sekali semua terburu2 ya mbak. Selalu tanya berapa lama di satu destinasi, trus longok sudut incaran cepet2 hehe…
Cantik banget desanya bu…rapi sangat ya, adem liatnya 😍
Iya nih Jeng…tertata rapi menarik kunjungan wisata. Kita bisa juga ya dengan semangat kebersamaan dan cinta alam. Salam hangat
Desa nelayan yang cantik 😍
Bibit bunga-bunganya Indah 😍
Tampil unik selaras alam ya mbak. Hehe emak kebun matanya hijau lihat bibit bunga. Salam
Rumah di Volendam itu unik ya mba. Liat fotonya aja bikin penasaran.
Desa nelayan disana cakep dan asik.
Desa nelayan kita dengan sentuhan tertentu juga layak jadi desa wisata ya Uda. Menonjolkan harmoni lokal. Salam
Jadi kangen pengen ke Volendam lagi 😀 .Untuk bibit bunga bnetuk umbi, aku pernah beli bibit umbi bunga tulip, ga rekomen banget beli di Volendam, karena kita tidak bisa lihat isinya. Kemasannya berupa kantong coklat mirip kertas semen. Pas buka dirumah, semua umbinya sudah busuk/hancur, kalau mau beli umbi tulip lebih baik di garden centernya 😉 .
Jeng Nella…apa khabar.
Nah ini dia rekomendasi dari pembeli yang penyuka bunga.
Betul dalam kemasan kita tidak tahu isinya. Saat di toko bibit Keukenhof terlihat umbi segarnya.
Salam berkebun di musim semi.
Kabar baik bu Prih 🙂 . Iya benar klo di Keukenhof bagus2. Umbi2 bunganya banyak yg ditaruh dipeti gitu, nanti pembeli bisa pilih sendiri yg disuka.
Puji Tuhan, kelg Jeng Nella sehat semua
Yuup naksir sekali, baru mikir masalah imigrasi karantina-nya. Siap menikmati kebun musim semi dari balkon Jeng Nella.
Sangat keren, kak.
Sepertinya warga disana sangat sadar betul akan wisata ya …, sampai-sampai toko souvenir pun mengadakan pemutaran film gratis tayangan pembuatan tanggul.
Patut dijadikan contoh untuk diterapkan di Indonesia.
Kira-kira saat musim angin besar dan gelombang laut, apa airnya ngga meluber ke perkampungannya ya, kak ?
Allo Mas Him, belajar dari kearifan lokal desa pinggir pantai ya.
Ekowisata yang jadi gerbang euro mengalir deras ke desa ini.
Kondisi desa yang diadaptasikan dengan lingkungan setempat. Berita meluapnya air laut tidak terbaca, moga lestari alam ini.
Salam