Tag
bangunan cagar budaya, kandang menjangan, Panggung Krapyak, Plengkung Gading, sumbu imajiner Utara Selatan
Terhenyak Sejenak di Panggung Krapyak
Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang selalu ngangeni. Berkunjung selalu mendapati hal baru menggenapkan kenangan sebelumnya. Nah saat sowan Ibu yang lenggah di tempat adik, saya menggunakan moda transportasi daytrans. Shuttle Salatiga-Yogyakarta dengan banyak jam keberangkatan yang memudahkan pilihan. Kantor pusat daytrans di Yogyakarta berada di sebrang plengkung Gading.
Hmm singgah sejenak dimana ya yang sangat dekat dengan plengkung Gading juga di jalur ke Selatan arah Parangtritis? Pilihan jatuh pada panggung Krapyak. Sekian tahun lalu pernah melewatinya dan menumbuhkan tanya, bangunan apa ya koq di tengah perempatan jalan. Mendapat jawaban itulah Panggung Krapyak.
Bersyukur diantar pengemudi gocar yang pyayi Yogya, dengan keramahan khas Yogya beliau dengan senang hati melewatkan saya di panggung Krapyak, memberi kesempatan turun sejenak. Juga menambahkan cerita, kalau penduduk sekitar lebih sering menyebutnya ‘Kandang Menjangan’.
Sebutan kandang menjangan, merujuk pada fungsi bangunan pada masanya adalah sebagai tempat Raja Mataram ameng-ameng, bersantai sambil melihat para prajurit berburu. Menandakan daerah sekitar pada masanya adalah hutan dengan aneka binatang sebagian berupa buruan. Diantaranya adalah rusa yang dalam bahasa Jawa disebut menjangan.
Predikat Panggung Krapyak, karena secara administratif bangunan ini terletak di Kampung Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Secara fisik, bangunan bersejarah berbentuk ruangan menyerupai kubus. Memiliki dimensi ukuran 17,6 m x 15 m dan tinggi 10 m. Tampilannya setiap sisi bangunan bercat putih ini memiliki sebuah pintu yang diapit oleh dua buah jendela. Tembok tebal dari batu bata merah yang dilepa. Pintu dan jendela bukan bersifat masif, lajur besi yang tidak rapat sehingga pengunjung bisa melihat bagian dalam. Bagian atas pintu dan jendela melengkung setengah lingkaran.
Papan nama bangunan Panggung Krapyak berada pada sisi Utara dari arah Jl DI Panjaitan. Saya turun sejenak dari mobil untuk menyimaknya. Lalu mengitari bangunan searah jarum jam ke arah Selatan yaitu Jl KH. Ali Maksum. Kembali pengemudi menawari melihat dari sisi Selatan. Menyimak lantai atas yang berupa ruangan terbuka layaknya panggung yang dibatasi pagar dengan ketinggian sedang.
Merunut dari web cagar budaya, Panggung Krapyak memiliki No registrasi nasional RNCB.20170406.02.001450, SK Penetapan SK Menteri NoPM.89/PW.007/MKP/2011 Kategori Cagar Budaya: Bangunan.
Menurut catatan, Panggung Krapyak dibangun sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono. Secara filosofi berada pada sumbu imajiner Utara Selatan dengan acuan Utara G. Merapi dan Selatan adalah laut Kidul dengan sumbu tugu Yugya, keraton Yogya dan panggung Krapyak.
Menurut para peneliti, mestinya panggung krapyak ini bukan bangunan tunggal. Sebagai bangunan keraton lazimnya berpagar yang diduga sudah menjadi bagian dari pemukiman. Begitupun sebagai kawasan pos amatan berburu diduga memiliki sumur untuk membersihkan hasil buruan. Bahkan ada dugaan segaran semacam kolam untuk bersantai yang berada di sekitar bangunan panggung. Tentunya masing-masing sudah beralih fungsi.
Bagi para sahabat yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta, mari silakan singgah sejenak di Panggung Krapyak. Tidak jauh dari alun-alun Selatan, melewati Plengkung Gading yang eksotik dengan sebutan plengkung nirbaya, tinggal lurus ke Selatan. Sungguh, setiap sudut, pengkolan, titik di kota Yogyakarta selalu menawan. Terhenyak Sejenak di Panggung Krapyak…..
aku nga pernah merhatiin bangunan ini pas ke keraton jogja, hiksss..
Hwhe agak di luar keraton koq Lina. Begitu banyak obyek menarik hingga nggak semua bisa teramati ya. Salam
gedung ini zaman dulu untuk dipakai tempat rehat ketika berburu ya mba …
keren sekali para Raja dan pangeran … tempat rehat berbuburu saja bagus seperti ini
salam
Melihat perkembangan pemukiman. Daerah yang semula hutan buruan jadi pemukiman padat sekarang.
Benar…kagum dengan rancang bangun pada masa itu.
Salam
Itu sudah direnovasi…dulu saya sering lewat situ bangunannya masih kotak kusam gak keurus
Terima kasih tambahan berharganya. Terima kasih singgah di blog ini.
Oma langganan singgah ke plengkung gading.. benar kata oma setiap sudut yogya itu ngangeni dan bikin penasaran, terkhusus buat oma dan makwo monda yang kepo habis 😄
Aha….. Ibram dan eMak LJ, apal banget sama perilaku oma dan makwo yang suka kepo hehe…. Lah plengkung yang terlihat biasa bagi banyak orang, berkali disambangi.
Apalagi kawasan Kotagede yang jejak Mataram kuna, cantiikk betul.
Peluk Ibram dan eMaknya.
plengkungnya udah dipelototi setelah baca tulisannya bu dhe peri..,
panggung Krapyak dilewati nggak ya waktu itu.. nah lho penasaran lagi nih
Aha….kumpulan emak penasaran lanjut pelototan. Kangen jumpa Ibram ya MakWo. salam hangat
Panggung itu jadi dulu tempat raja leyeh leyeh ya mba?
Betul Uda…refreshing dengan berburu atau menikmati para prajurit berburu.
betul bu hehehe…
ini deket rumah budhe saya di sewon bantul, tp gak pernah sekalipun masuk ke dalam heheh..
Haha kalau sering kita datangi semisal dekat kerabat malah blum sempat mampir ya Mas.