Tag

,

Rona Rasa Pasar Martapura

“Bethara Bayu, nggak ada bukti nih kalau Limbuk sudah sampai Bumi Lambung Mangkurat”

“Lah kemarin sudah menyaksikan kesenian Mamanda dan hari ini jumpa cabe hiyung di Tanah Laut”

“Belum ada foto alun-alun Martapura dan menghidu suasana pasarnya….hm pasti Bethara mau bilang kan sudah menikmati gebyar malamnya dari Pendapa Kabupaten”

Ya wis, kita singgah sejenak, beneran loh tidak rewel minta lama, bisa-bisa kita ketinggalan pesawat balik Ngayogyakarta”

Martapura-prasasti intan

Martapura-prasasti intan

Alun-alun dan pasar bukan sekedar ‘lokasi’ sungguh menjadi penanda geliat kota. Meski mampir sangat singkat cukup menghidu auranya, mematerikan dalam rasa, memintalnya menjadi harap suatu saat dapat berkunjung lagi. Alun-alun Martapura…prasasti kota intan. Intan batu permata dengan tingkat kekerasan 10 skala Mohs. Tidak menyangka dari area pasar ini betapa nominal besar tertuang dan berputar pesat melalui perdagangan batu mulia, kerajinan maupun penganan khas Kalimantan Selatan.

Pasar Martapura

Pasar Martapura

Dari perut bumi Borneo

Dari perut bumi Borneo

Mematuhi nasihat Bethara Bayu untuk tidak berlama di pasar, Limbuk menjelajah satu putaran dengan frekuensi mampir yang sangat terbatas. Ingatannya merekam pajangan aneka kain sasirangan, ramainya pembeli mengerubuti penjual dan menawar aneka perhiasan. Mengamati keuletan pengasong batuan mengejar pembeli, bus-bus besar menumpahkan penumpangnya untuk membelanjakan isi dompet di Pasar Cahaya Bumi Selamat.

Pasar Martapura-wanita dan keindahan

Pasar Martapura-wanita dan keindahan

Penjual di sarang pembeli

Penjual di sarang pembeli

Martapura

Martapura

[Sedikit terkantuk menanti jemputan di pojokan pasar. Tetiba tubuhnya menggigil mendapati tatapan tajam dari sesosok Hades saudara Poseidon. Tangannya teracung menancapkan tajamnya tanya, hai Gendhuk sebutir red Borneokah yang ada dalam genggamanmu? Sungguh beruntung tawa lembut Begawan Rahmat meredakan suasana. “Paduka Hades, lah si Gendhuk ini muridku yang suka mengantuk saat nyantrik ngelmu bebatuan di Padepokan Kota Hujan. Mana bisa dia membedakan kuarsa dengan berlian, serpentin dengan jade. Tenang saja paling asesori olahan imitasi yang dibawanya” Getaran lirih mengiringi hadirnya Begawan Antareja dari pusat bumi. “Weladalah Kakang Hades, si Gendhuk ini abdi saudaramu mbakyu Demeter Dewi  tumbuhan. Biarkan dia kembali ke tanah Jawa” “Hayo kakang Hades dan Akang Rahmat kita menikmati kuliner Ketupat kandangan dan aneka wadai saja”]

“Saatnya ke bandara, ndhuk mak jenggirat Limbuk menjajari Bethara Bayu. Senyum menghiasi wajah bulatnya, sah sudah kunjungan ke Martapura.

[Hades: Dewa bawah tanah; Poseidon: Dewa laut; Demeter: Dewi kesuburan tanah pertanian; Antaraja: Anak Bima dari Dewi Nagagini, memiliki ajian ambles bumi; Eyang Rahmat: Pakar geologi, mineralogi]