Tag

, , , ,

Catatan Adiyuswa Bepergian Saat Pandemi COVID-19

Bepergian saat Pandemi COVID-19

Saat pandemi Covid-19 maupun masa adaptasi kebiasaan baru, hal yang sangat perlu dihindari adalah bepergian. Apalagi bagi seorang adiyuswa dengan riwayat kesehatan tertentu dengan potensi comorbid.

Namun ada kalanya, bepergian tidak dapat dielakkan alias ditunda. Mari lakukan dengan sangat bertanggungjawab mengingat protokol kesehatan. Ini adalah catatan Simbok yang perlu bepergian melalui jalur penerbangan.

Sebelum bepergian

Aneka kegiatan membuat tidak sempat pesan tiket mandiri meski secara daring. Minta tolong agen travel menguruskannya via WA. Deal tiket didapat, semua disampaikan via WA, termasuk bukti transfer. Petugas agen perjalanan mengingatkan untuk membawa surat keterangan sehat dari dokter dilampiri hasil rapid test. Juga mempersiapkan Jakarta CLM dari aplikasi JAKI, semacam izin keluar masuk wilayah Jakarta. Corona Likelihood Metric (CLM) merupakan aplikasi pengujian atau screening mandiri berteknologi machine learning.

Protokol kesehatan driver OJOL

Untuk mengurangi kontak, saya tilp Lab Pro*** untuk layanan di rumah. Mendapat jawaban bisa, dengan rujukan dokter. Ya wis, ditempuh jalur ke dokter keluarga di klinik kebun untuk mendapat pengantar. Lanjut ke laboratorium. Mengikuti protokol pindai suhu, isi form tracing, menunggu antrian administrasi. Untuk mendapatkan hasil lab rapid test saja, dengan biaya standar. Pengambilan sampel darah melalui tusuk di siku dalam, pelayanan serba ramah, profesional.

Menunggu hasil sekitar 2 jam, pulang lanjut dengan pekerjaan ngebun dari tumah (WFH). Saatnya balik ambil hasil lab, minta driver gocar menunggu dan lanjut ke dokter klinik untuk mendapatkan surat keterangan sehat. Aha satu rangkaian langkah, surat keterangan sehat di dapat. Setiap tahapan kenakan masker, minimalkan kontak dan gunakan sanitasi tangan.

Lanjut dengan unduh aplikasi JAKI untuk mendapatkan Jakarta CLM. Membaca beberapa komentar, ada foreign yang lancar mengisi seluruh form. Saat submit sistem error dan flight gagal. [Terulang kasus yang sama untuk adik 6s yang hendak terbang dari Yogyakarta ke Jakarta] Mempersiapkan unduh aplikasi e-HAC sebagai langkah lain. E-HAC adalah singkatan dari Electronic – Health Alert Card, yaitu Kartu Kewaspadaan Kesehatan

Kembali mbak dari agen perjalanan mengingatkan untuk berangkat lebih awal ke bandara. Untuk antisipasi rangkaian pemeriksaat dari gugus tugas COVID-19 di bandara. Baiklah, mari berangkat awal….

Biar tidak ribet, saya menggunakan 1 koper jinjing ukuran kabin, tetap masuk bagasi menghemat energi punggung. Satu tas selempang banyak kantong ala organizer biar mudah ambil tissue dll. Tas punggung isi cangkul eh laptop, diselipkan satu set pakaian ganti agar pas di rumah tujuan bisa segera mandi tanpa nunggu bongkar koper. Oh ya mengenakan jaket tipis berhodi, kantong jaket tuk simpan perlengkapan siaga semisal tissue, masker ganti dan sanitasi tangan mini, biar tidak selalu ubek-ubek tas.

Bandara A. Yani Semarang

Selama masa pandemi, ini kepergian saya pertama ke bandara. Beneran sepi sekali dibanding suasana Februari’2020. Begitu banyak gerai yang tutup, penumpang juga lenggang.

Sepinya bandara A. Yani saat pandemi

Memasuki ruang check in, pemeriksaan awal kartu identitas, e-tiket dan surat keterangan sehat. Lanjut pada validasi hasil rapid test, ketersediaan e-HAC. Petugas dengan ramah membantu menunjukkan tahapan pengisian. Sila diisi di ruang tunggu, Ibu diperlukan data NIK dari KTP juga no penerbangan.

Protokol sebelum ruang keberangkatan bandara A. Yani

Lanjut ke bagian check in yang terasa sangat longgar. “Ibu, sudah chekin mandiri?” Ooh mengurangi kontak dan personil, armada ****link memberlakukan wajib chekin mandiri. Ya wis, Simbok dibantu petugas. Masukkan koper untuk bagasi. Lanjut ke ruang tunggu, biasa melalui 2 tahapan pemeriksaan.

Ruang check in nan longgar

Ruang tunggu keberangkatan… senyap

Memasuki ruang tunggu bandara yang super lapang, kembali terasa suasana pembatasan gerak atau bepergian. Mengisi form e-HAC di gawai, deal. Sambil santai menghitung berapa banyak uang mandeg tidak berputar, sektor kuliner bandara dan para pegawainya yang sementara dirumahkan.

Roda perekonomian yang senyap

Di pesawat dan bandara Halim

Penantian berakhir dengan diumumkannya saat boarding. Petugas memeriksa kartu identitas dan boarding pass. Pemeriksaan data e-HAC nanti di bandara tujuan. Senang sekali para penumpang bersedia tertib masuk sesuai urutan kursi dengan panduan petugas. Jaga jarak aman antar penumpang.

Para awak kabin tetap menyambut ramah para penumpang. Mengalirkan rasa teduh di tengah rasa kurang nyaman bepergian. Tetap wajah cantik tampan dengan APD, masker, face-shield, sarung tangan. Penataan kursi berjarak selang satu kosong. Rata-rata hanya diisi untuk no A, C, D dan F. Saya mendapat kursi F.

Penerbangan lancar. Kembali sambil santai, mata merambah berapa persen kursi kosong. Bermakna berapa persen penurunan pendapatan maskapai. Sungguh nyata dampak dari pandemi ini.

Begitupun saat turun, penumpang kembali dihimbau urutan sesuai kursi untuk menghindari penumpukan, dan menata jarak. Begitu memasuki ruang kedatangan, petugas gusgas COVID memindai barcode e-HAC. Beberapa penumpang yang belum mengisi atau unduh aplikasi melakukannya.

Baru kali ini, turun dari penerbangan disambut dengan bagasi yang siap diambil. Penanda begitu sedikitnya maskapai yang beroperasi. Dadah… Halim, saya dijemput kerabat yang sebelumnya juga sudah memiliki hasil rapid test nonreaktif.

Selama di tempat tujuan

Mengikuti protokol kesehatan, begitu tiba di rumah Mas Tengah, langsung bebersih total. Betapun kami kangen anak, tiada peluuk dulu. Cerita-cerita saja. Keesokan harinya diantar Mas Ragil, kembali rapid test di klinik yang menyatu dengan lab dan apotek.

Lah untuk apa nih koq rapid test lagi? Lebih buat ketenangan bersama. Klinik yang saya datangi menggunakan model yang benar-benar rapid hehe. Tusuk ujung jari, tunggu hasil test, ukur saturasi oksigen darah, tensi, suhu dll, sesuai standar. Sekitar 20-30 menit kelar sudah.

Sesuai tujuan tilik anak, beneran selama hampir 3 minggu mengeram di rumah. Toh bukan bolos jadi bisa tetap sambil mencangkul. Berusaha menjaga kesehatan dengan asupan makanan, gerak sedikit. Juga bisa mengikuti zoommeet yang dilakukan oleh para sahabat Paguyupan Pelangi.

Saatnya kembali

Aha liburan pun berakhir….. juga dipicu hangatnya berita PSBB jilid 2, Minggu pertengahan Sept saya kembali. Mas Tengah mencarikan tiket, adanya Bat** ya Ma. Okelah…

Kembali ikuti prosedur, siapkan rapid test dan surat keterangan sehat. Hasil test saat kedatangan sudah tidak berlaku, sedikit lewat dari 2 minggu. Sebenarnya saat beli tiket daring, ada tawaran voucher tuk rapid dari group ‘singa’. Namun mengurangi kerumunan, saya memilih rapid test mandiri.

validasi……

Tahapan awal di bandara Halim bermula di chek point 1 untuk validasi hasil surat keterangan sehat, check aplikasi eHAC. Lanjut masuk ke ruangan keberangkatan. Saatnya chek in lanjut antrian ke ruang tunggu. Protokol kesehatan diberlakukan dengan tertib santun.

Ruang tunggu Bat** lumayan ramai. Mengontak Mas Ragil yang masih menunggu atau putar-putar di sekitar bandara. Aman kak…silakan lanjut balik rumah. [Aha…sediaan kalau harus evakuasi tidak dapat terbang]

ruang tunggu dan kedai kosong bercerita….

Amatan hal yang sama begitu sepinya suasana perekonomian bandara. Maskapai Bat** juga menerapkan protokol yang sama dalam kabin pesawat. Penataan giliran masuk, APD awak kapin. Giliran mendapat kursi A, dari deret A,C,D,F yang terisi.

Penataan saat turun pesawat senada. Jaga jarak, rajin menggunakan sanitasi tangan secara berkala, tidak perlu malu memakai face-shield. Saatnya pindai barcode e-HAC. Pergerakan penumpang terpantau dari mana ke mana, naik pesawat dengan no penerbangan berapa dan kursi duduk no berapa.

Pindai barcode e-HAC saat kedatangan di A. Yani

Puji Tuhan, sudah kembali ke rumah. Rasanya ini kepergian saya yang terpanjang. Candaan anak-anak, ada berkah tersebunyi, biasanya Simboknya Jumat sore datang dan Senin subuh balik. Lah ini bisa kunjungan hampir 3 minggu.

Protokol kembali diikuti. Sanitasi semua bawaan. Melakukan isolasi mandiri dulu di rumah. Bersama mari hambat penularan. Lindungi kluster keluarga.

Teruntuk para adiyuswa terkasih, apalagi dengan riwayat kesehatan tertentu semisal penyintas Ca, diabetes, jantung dll. Mari sebisa mungkin tunda bepergian. Namun bila harus bepergian, mari lakukan dengan ketaatan protokol kesehatan.

Catatan:

  1. Mengutamakan keselamatan kesehatan dengan memenuhi protokol kesehatan
  2. Bila harus bepergian, menyusun bawaan seringkas mungkin
  3. Apabila bepergian sendirian, dibarengi kemandirian. Dapat juga dicicil, semua swacheckin, sehingga sudah mendapat no penerbangan dan no kursi. Kerabat membantunya dengan mengisi form e-HAC sebelumnya.

Semoga bermanfaat dan salam sehat